Prolog

1069 Words
"Nyonya, bangun!" suara ketukan pintu di kamar Anna Jasmine terdengar cukup keras kala Anna baru saja terlelap dalam tidurnya dua jam lalu. Matanya masih terasa sangat berat untuk terbuka tapi suara dari asisten rumah tangganya membuat Anna mau tak mau membuka kedua matanya. Dengan langkah kaki berat, Anna menuju pintu kamar mewahnya dan membuka pintunya, ia merapatkan piyama di hadapan asisten rumah tangganya yang menatapnya dengan cemas. "Ada apa, bi?" tanya Anna dengan mengusap wajahnya agar rasa kantuknya seketika hilang. "Anu, nyonya, di bawah ...." "Mama Anna!" pekikan suara Laura langsung membuat wajah Anna terjaga sepenuhnya, matanya membola dan asisten di hadapannya juga tampak kaget, belum sempat asistennya memberitahu, suara anak kecil bernama Laura Moane terdengar, "mama!" teriakan anak kecil itu makin terdengar cukup keras membuat Anna langsung berlari menuruni anak tangga ke lantai bawah. Di bawah sana terlihat seorang wanita cantik dengan wajah judesnya sedang menyeret anak kecil dengan kedua tangannya. "Judith?" panggil Anna tak percaya melihat kehadiran mantan istri suaminya di rumah mewahnya pagi itu. "Mama Anna!" rengek Laura. Anna mendekat, hendak meraih Laura yang menangis karena tangannya ditarik paksa oleh perempuan bernama Judith tersebut. "Lepaskan Laura, Judith!" perintah Anna. "Aku ibu kandungnya Anna! Aku berhak atas dia!" kata Judith dengan tatapan marahnya, ia terus menarik tangan Laura kecil yang meronta ingin dilepaskan. "Mama Anna, mama Anna!" Laura kembali meronta kala Judith kesal dan hendak menggendongnya. Hanya Laura harapannya sekarang. "Judith, kamu tahu sendiri kalau hak asuh Laura sudah jatuh kepada mas Willy!" seru Anna pada perempuan itu. "Mas Willy sedang terbaring di rumah sakit dan kita semua tidak tahu kapan dia akan sadar!" kata Judith, "dan aku berhak atas Laura selama mas Willy belum sadar, dari pada sama kamu yang hanya ibu tiri!" kata Judith. "Kamu tidak bisa melakukan ini Judith, menurut ..." "Menurut apa? Hukum? Sana pergi dan cari tahu kamu atau aku yang berhak atas Laura kalau mas Willy dalam keadaan koma sekarang ini!" kata Judith. Laura terdiam. "Laura gak mau ikut mama Judith, Laura hanya mau mama Anna!" rengek Laura dengan tangisan keras yang membuat Judith sangat kesal dengannya. Hanya Laura harapannya sekarang karena ia yakin Laura adalah satu-satunya pewaris sah perusahaan mantan suaminya yang kini sedang terbaring lemah di rumah sakit. Judith tak akan membiarkan Anna menjadi wali sah Laura. "Diam kamu Laura!" bentak Judith pada putri semata wayangnya yang membuat Laura makin menangis histeris. Anna tak tega, ia tak bisa juga menghentikan aksi Judith karena Judith adalah ibu kandung Laura, jadi Anna berlari ke hadapan Judith, lalu berlutut dengan mata berkaca-kaca memohon agar Judith tak membawa Anna. "Aku memang hanya ibu tiri Laura, tapi tolong biarkan Laura tinggal denganku, Judith. Aku akan sering membawanya berkunjung ke rumahmu," kata Anna memohon. Judith hanya tersenyum kecil, ia tak peduli dengan rengekan dan permohonan Anna, baginya Laura adalah segalanya sekarang ini, jalannya juga yang akan membawa kepada pundi-pundi harta kekayaan mantan suaminya karena Judith tahu Anna belum hamil juga sampai sekarang. Tentunya, Judith tak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini, apalagi mantan suaminya masih koma di rumah sakit. "Minggir!" kata Judith kasar seraya mendorong tubuh kecil Anna di hadapannya, "ayo kita pergi dari sini!" titah Judith pada dua orang yang ia bawa serta untuk mengambil Laura dari kediaman mewah mantan suaminya. "Mama Anna! Mama Anna!" Laura terus merengek menangis di gendongan salah satu pria suruhan Judith yang berbadan besar. Anna hendak berlari meraih kembali Laura tapi tubuhnya ditahan oleh pengawal Judith yang berbadan besar. Anna hanya bisa memekik histeris karena Laura telah diambil alih oleh Judith dan tangisnya makin pecah kala mobil yang membawa Laura serta Judith pergi dari hadapannya. Tubuh Anna yang meronta-ronta dilepaskan oleh pengawal Judith kala mobil yang membawa Judith dan Laura sudah keluar dari gerbang rumah mewah mantan suami Judith. Anna mencoba mengejar, tapi ia malah terjatuh di jalan hingga keningnya membentur aspal. Mobil kian menjauh dan tubuh Anna seketika luruh ke jalan dengan tangis kehilangan yang tak bisa ia bendung lagi. "Nyonya," suara asisten rumah tangganya memanggilnya dengan pilu. Anna menoleh dengan wajah yang sudah basah oleh air mata. Ia kemudian bangkit dan berjalan cepat ke dalam rumah. "Suruh pak Supri siapkan mobil, saya akan temui pengacara mas Willy segera agar bisa membawa Laura kembali ke rumah," kata Anna dengan langkah kaki tergesa-gesa menuju kamarnya yang ada di lantai atas. Baru juga Anna hendak masuk ke dalam kamarnya, suara asisten rumah tangganya memanggilnya kembali "Ada telepon dari pihak rumah sakit, nyonya!" Anna berbalik dan berlari ke bawah kembali untuk meraih gagang telepon rumah yang ada di bawah, saking kagetnya karena ada telepon dari pihak rumah sakit, ia sampai lupa di lantai dua rumahnya juga ada telepon rumah yang membuatnya tak harus turun ke lantai bawah. "Halo," jawab Anna dengan tubuh gemetar. "Apa? Baik, saya segera ke sana," kata Anna dengan cepat lalu memutuskan sambungan telepon dan berlari cepat ke kamarnya. Kabar dari rumah sakit yang mengatakan kalau baru saja suaminya menunjukkan tanda-tanda kesadaran membuat Anna punya harapan untuk bisa mengambil Laura dari Judith lagi. Ia juga bersyukur bahwa selama tiga bulan sang suami koma di rumah sakit, akhirnya ada keajaiban kalau suaminya sudah sadar kembali. Anna mengganti piyama tidurnya setelah mencuci mukanya dan gosok gigi dengan cepat di kamar mandi. Setelah mengganti pakaiannya, Anna gegas menuruni anak tangga menuju lantai bawah. "Pak Supri sudah siap, nyonya," kata asisten rumah tangganya. "Aku akan ke rumah sakit dulu, mas Willy sudah sadar, baru setelahnya aku akan menemui pengacaranya," kata Anna dan asistennya tersenyum kecil karena senang mendengar majikan lelakinya akhirnya sadar juga. "Hati-hati, nyonya," kata asistennya yang membuat Anna mengangguk dan langsung masuk ke dalam mobil. Anna meminta sang sopir langsung membawanya ke rumah sakit yang kebetulan tak jauh dari kediamannya. Hanya butuh waktu sepuluh menit saja dan ia sudah sampai di rumah sakit. Anna berlari ke dalam rumah sakit dan langsung menuju kamar rawat paling mahal di rumah sakit tersebut. Saat masuk, Anna kembali terkejut melihat Judith dan Laura ada di dalamnya bersama suaminya yang tersenyum bahagia ke arah Judith. Hal yang tak pernah suaminya lakukan selama menikah dengannya, bahkan suaminya sangat membenci Judith. "Mama Anna!" seru Laura yang langsung turun dari kasur pembaringan suaminya dan menghampiri Anna yang tertegun di ambang pintu kamar rawat suaminya. Laura memeluk Anna dengan wajah basahnya. "Sayang ... Siapa dia? Kenapa Laura memanggilnya mama Anna?" tanya suami Anna pada Judith yang membuat Anna melongo mendengarnya. Apa-apaan ini? Kenapa mas Willy bertanya seperti itu pada Judith? Apa yang terjadi pada mas Willy? Kenapa dia tidak mengenaliku?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD