"Ada apa lagi, Ruby?" seorang lelaki tampan dengan mata tajamnya menoleh kesal ke arah sekretarisnya yang mengetuk pintu kamar dan langsung masuk begitu saja ke kamar anaknya dimana ia baru saja mencoba menenangkan anaknya yang sedang rewel.
"Tuan, ada calon pengasuh untuk Laura," kata Ruby takut-takut. Anak kecil yang bernama Laura itu terus menangis di dekapan ayahnya saat ini. Willy menarik napas berat, dengan langkah kaki malas ia keluar kamar anaknya dengan sang buah hati yang terus saja menangis mencari ibunya.
"Dari Yayasan mana?" tanya Willy pada Ruby yang berjalan mengekor di belakangnya.
"Rekomendasi dari Pak Toni, pak. Gadis yang berasal dari kampung halaman pak Toni, bernama Anna," kata Ruby yang membuat langkah kaki Willy berhenti dan langsung menoleh tajam ke arahnya.
"Yang dari yayasan terkenal saja kwalahan dengan Laura, bagaimana kamu bisa menerima gadis kampungan untuk anakku? Memangnya dia tahu apa soal mengasuh anak-anak?" tanya Willy kesal sekali ke sekretarisnya.
Ruby bingung harus menjawab apa, "Pak Toni bilang kalau bapak meminta beliau untuk mencarikan pengasuh untuk nona Laura," kata Ruby.
"Tapi bukan gadis kampungan juga!" kata Willy kesal, "kamu lihat saya, saya yang ayahnya saja kwalahan mengasuh Laura, bagaimana dengan gadis kampungan itu?" tanya Willy dengan kesal.
Ruby makin tak enak, pasalnya suara Willy menggelegar di seluruh penghujung ruang rumah megahnya, mengalahkan suara tangsian Laura yang digendongnya itu. Ruby sangat yakin sekali kalau Anna yang sedang menunggu di bawah mendengar ucapan Willy barusan. Padahal, Ruby berharap Anna akan diterima menjadi pengasuh Laura karena ia sudah lelah mencari yang cocok sesuai kriteria Willy.
Sebenarnya bukan tidak ada pengasuh yang bagus, hanya saja ketika Laura menangis saat diasuh oleh babysitter dan kebetulan ada Willy, akhirnya Willy marah dan langsung memecat babysitter itu tanpa alasan yang jelas.
"Siapa tahu kali ini nona Laura akan cocok dengan nona Anna," kata Ruby memberanikan diri mengatakan hal tersebut meski setelahnya tatapan tajam Willy menusuk mata Ruby.
Karena Laura terus saja menangis, akhirnya Willy terpaksa turun ke bawah menemui pengasuh yang menurutnya tak akan bisa menenangkan Laura yang sedang menangis sekarang ini.
Gadis cantik dengan badan sedikit berisi itu berdiri ketika melihat Willy dan Ruby datang menghampirinya. d**a Anna berdegup kencang kala ia melihat tatapan lelaki tampan yang sedang menggendong bayi cantik yang menangis itu menatapnya tajam tanpa berkedip.
"Pak, perkenalkan ini.... "
"Kalau kamu bisa menenangkan anak saya, kamu saya terima bekerja," kata Willy yang memotong ucapan Ruby yang baru saja mau mengenalkan Anna secara resmi kepada Willy.
Willy langsung menyerahkan Laura yang sedang menangis itu kepada Anna yang terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Willy beserta keputusannya.
Anna menggendong Laura yang menangis, semula ia yang kaget itu tak siap tapi karena Laura terlihat memang membutuhkannya, ia pun mulai menenangkan Laura. Anna memeriksa tubuh Laura dengan merabanya pelan-pelan, sampai ia merasakan sesuatu yang hangat di p****t Laura dan akhirnya mencoba membukanya dan melihat isinya.
"Apa yang,-"
"Dia pup tuan," kata Anna memotong kalimat Willy yang hendak marah kepada Anna karena menganggapnya melakukan pelecehan pada anaknya yang masih bayi. "Bayi menangis ketika ia merasa lapar dan pup, tuan," kata Anna. Gegas Anna membawa Laura ke kamar mandi tamu yang tadi sempat ia gunakan. Dengan cekatan, Anna melepas diapers Laura dan membersihkan sisa-sisa kotoran yang ada di area p****t dan kewanitaannya. Setelah bersih, Laura berangsung berhenti menangis, apalagi dengan sangat ramah Anna terus mengajaknya bicara hingga perhatian Laura teralihkan dan ia sudah tak lagi merasa risih setelah ia bersih.
Ruby tersenyum lega, akhirnya hari ini ia tak akan pusing mencari babysitter lagi untuk Laura karena Anna akan diterima sesuai dengan titah bosnya.
Anna keluar kamar mandi bersama Laura yang diam.
"Permisi tuan, bisa tolong pegang nona kecil dulu, saya mau membersihkan sisa kotorannya di diapers dan celananya," kata Anna. Willy hampir menerima Laura tapi Anna kembali menarik Laura dan urung memberikannya pada Willy.
"Anu, tuan, sepertinya lengan anda sedikit kena kotoran nona kecil," kata Anna. Willy menatap lengannya dan kemejanya yang kena bercak kuning kotoran Laura. Ruby tersenyum kecil, merasa senang karena Willy kena kotoran anaknya sendiri.
Anna kemudian menyerahkan Laura kepada Ruby dan masuk kembali ke kamar mandi. Tanpa jijik, Anna membuang kotoran Laura yang ada di diapers ke dalam kloset dan mencuci celana Laura dengan tangannya. Willy melihat bagaimana Anna melakukannya tanpa risih sama sekali padahal Willy sendiri merasa ingin mual ketika mencium bau kotoran Laura. Willy tak pernah melihat babysitter membersihkan kotoran Laura dalam diapers dan membuangnya di kloset seperti yang Anna lakukan. Willy merasa Anna cukup baik untuk ukuran gadis kampung.
Willy melihat baik-baik penampilan Anna yang sederhana tapi rapi. Rambutnya bergelombang dan cukup panjang, ia mengikatnya jadi satu dan membuat wajahnya terlihat segar dengan dagu lancip yang sempurna.
"Saya harus jemur celana nona Lauda di mana ya, tuan?" tanya Anna membuyarkan lamunan Willy.
"Berikan pada asisten rumah tangga, biar dia yang keringkan ke mesin cuci," kata Willy seraya dagunya menunjuk ke arah perempuan paruh baya yang sedang sibuk membersihkan dapur.
"Biar saya saja tuan yang mengeringkannya, di mana ya mesin cucinya?" tanya Anna sopan lagi. Dahi Willy berkerut, "saya sungkan jika harus meminta tolong pada yang lebih tua dari saya," cicit Anna sopan. Willy menghela napas berat, baru kali ini ada orang yang segan dengan asisten rumah tangganya.
"Kamu di sini tuh fokusnya ngurus anak saya, makanya saya bayar kamu mahal, bukan buat nyuci baju anak saya," kata Willy.
"Cuci baju nona Laura juga bagian dari pekerjaan pengasuh, tuan," jawab Anna yang membuat Ruby melotot heran, baru kali ini ada orang yang berani menjawab ucapan bosnya.
"Lalu kalau kamu sibuk mencuci bajunya, yang mengurus Laura siapa?" tanya Willy.
"Saya bisa mencucinya saat nona Laura tidur, tuan. Dia tidak mungkin terus terjaga, kan?" tanya balik Anna yang membuat Willy geram.
"Ya sudah terserah kamu saja," kata Willy kesal. Anna mengangguk lalu berlalu dari hadapan Willy dan Ruby untuk bertanya dimana ia bisa mengeringkan celana Laura yang baru saja ia cuci dengan sopan ke asisten rumah tangga tersebut.
"Dia memang gadis kampungan, Ruby! Itu akan sangat merepotkan!" keluh Willy.
"Tapi dia peduli pada nona Laura, bahkan tidak jijik membersihkan kotoran nona Laura di celananya," kata Ruby.
"Kita coba dia dua minggu, aku yakin dalam dua hari dia akan segera mengundurkan diri atau aku yang memecatnya karena tak becus mengurus Laura," kata Willy meremehkan kemampuan Anna.
"Baik, pak" jawab Ruby pasrah. Ruby sangat berharap kalau Anna bakalan jadi pengasuh Laura yang permanen, karena kalau tidak maka ia yang akan kesusahan lagi mencari pengganti Anna. Sedangkan Willy sangat yakin bahwa Anna bukan pengasuh yang baik.