Sosialisasi berlangsung selama empat puluh lima menit, ada banyak yang kepala sekolah dan guru kesiswaan jabarkan agar seluruh peserta didik baru SMA Antares selalu menjunjung tinggi kedisiplinan dan tata tertib sekolah. SMA Antares termasuk salah satu sekolah unggulan yang mempunyai pengawasan ketat, hingga jarang terdengar memiliki siswa-siswi bandel.
Kepala sekolah menjabarkan banyak sekali jenis pelanggaran yang tidak boleh dilakukan oleh peserta didik, beberapa di antaranya misalkan membawa senjata tajam yang membahayakan warga sekolah, membawa alat main, bacaan, serta gambar berbau p***o, merokok atau terlibat n*****a, aksi corat-coret, membolos, dan perkelahian antar sekolah.
Untuk menanggulangi berbagai jenis pelanggaran kedisiplinan dan tata tertib sekolah tersebut, guru kesiswaan menyebutkan empat pedoman yang menjadi kunci utama menemukan jalan keluar terbaik. Di antaranya seperti mempelajari kemunduran untuk menempuh jalan ke arah kebersihan, tidak menyalahkan keadaan atau nasib buruk yang sedang terjadi, menggabungkan ketekunan dan eksperimen-eksperimen baru, yang terakhir agar selalu mengingat bahwa dalam setiap situasi selalu ada segi baik dan buruk, maka temukanlah segi positif itu dan buang semua keputusasaan.
Seluruh peserta didik mendengarkan dengan baik apa saja yang disampaikan selama sosialisasi tadi. Guru kesiswaan juga membuka sesi tanya jawab beberapa menit sebelum menuju penutup. Ada banyak sekali yang mengangkat tangan untuk mengemukakan pertanyaan mereka, tetapi karena waktu terbatas hanya ada lima pertanyaan yang berhasil terjawab, sisanya boleh ditulis dalam sebuah kertas--berupa pertanyaan, saran, dan kritik, lalu dikumpulkan dalam satu kotak nanti akan dibaca satu persatu.
"Cla lo tadi nulis apa?" tanya Nurin sesampainya mereka di kelas.
Clara menoleh pada Nurin. "Saran."
"Oh, ya? Saran kayak gimana emangnya?"
"Gue minta agar kantin kita diperluas lagi, dibanyakin pondopo, terus diadain beberapa sepeda untuk kita biar gak capek mau jajan ke koperasi depan." Clara tersenyum miring, kemudian terkikik geli. SMA Antares sangat luas, tidak ada ruangan yang bertingkat. Dari kelas sepuluh menuju koperasi sekolah lumayan jauh, jadi tidak ada salahnya jika Clara meminta disediakan beberapa sepeda gratis untuk kenyaman bersama.
Nurin mengangkat tangan berniat menjitak kepala Clara, namun urung ketika Alby dan Galang memasuki ruang kelas mereka.
"Nyebelin lo!" desis Nurin dengan berbisik. Menurut Nurin, konyol sekali semua saran yang Clara kemukakan pada pihak sekolah. Ada-ada saja!
Jadwal selanjutnya bebas. Alby dan Galang sepakat untuk mengadakan permainan, seru-seruan agar tidak terlalu tegang.
Alby menulis judul permainan mereka, "Tebak kata dalam bahasa Banjar". Kemudian membagi 30 murid menjadi 5 kelompok yang berarti satu kelompok terdiri dari 6 orang.
"Yap, saya sudah membagikan kelompok kalian. Silakan untuk pindah duduk sesuai dengan kelompok masing-masing."
Nurin sedikit merasa sebal, Alby tidak memasukkan Clara ke dalam kelompoknya. Nurin berada di kelompok B dan Clara berada di kelompok A.
"Saya sudah menyiapkan 15 pertanyaan. Jawabnya cepat-cepatan, tapi harus tetap teratur dan dilarang membuat kegaduhan. Siapa yang duluan angkat tangan, dia yang akan saya tunjuk untuk menjawab pertanyaan. Dalam setiap kelompok hanya boleh satu orang yang mengangkat tangan, bisa disebut dia adalah ketua dalam kelompoknya."
Semua anak mengangguk mengerti, jadi Alby tidak perlu menjelaskan ulang.
"Satu lagi, tidak boleh langsung menyebutkan jawaban sebelum saya menunjuk salah seorang dari kalian. Mengerti semua?"
"Mengerti, Kak."
Galang tersenyum, kemudian melanjutkan ucapan Alby. "Oke. Kita akan segera mulai permainannya."
"Sebelum masuk ke permainan, silakan kumpulkan ponsel kalian untuk menghindari kecurangan." Setiap perwakilan kelompok maju ke depan untuk mengumpulkan masing-masing ponsel mereka.
"Selanjutnya saya akan memberitahu sesuatu untuk membangkitkan semangat kalian." Galang memperlihatkan 15 bintang yang berada di tangan kanan dan kirinya. "Siapa yang benar menjawab, akan mendapat bintang. Di akhir permainan nanti kelompok yang paling banyak mengumpulkan bintang akan mendapat hadiah."
"Apa hadiahnya?" tanya Rizky, salah seorang teman cowok berambut ikal--dia berada di kelompok D.
Alby mengeluarkan beberapa hadiah dari dalam kantong plastik, meletakkan semuanya di atas meja guru.
"Satu pack pulpen untuk juara satu, satu kotak wafer cokelat untuk juara dua, dan satu pack permen untuk juara tiga. Yang gak menang jangan khawatir masih kita kasih hadiah, kok, masing-masing mendapatkan satu buku tulis." Galang menjelaskan secara detail.
Mata Nurin berbinar melihat wafer cokelat kesukaannya menjadi salah satu hadiah. "Kita jangan juara satu, juara dua aja!"
Alby, Galang, dan kelima teman sekelompok Nurin menatap bingung. "Kok jangan?" tanya salah seorang cewek--teman satu kelompok dengan Nurin.
"Kita harus dapat sekotak wafer cokelat itu, gue suka wafernya!"
Gelak tawa anak kelas pecah, termasuk Alby dan Galang. Apa Alby tidak salah dengar, hanya demi sekotak wafer cokelat?
Merasa ditertawakan padahal sama sekali tidak ada yang lucu baginya, Nurin memberengut kesal.
"Sudah, sudah!" Galang menengahi. "Kita mulai saja permainannya."
Semua anak masing-masing mempersiapkan diri mereka, duduk dengan tegak dan menyiapkan telinga--mendengarkan dengan betul pertanyaan pertama dari Alby.
"Pertanyaan pertama ... apa bahasa Banjarnya jendela?"
Kelompok C yang diwakilkan oleh Devi mengangkat tangan lebih dulu. "Lalungkang."
"Satu bintang untuk kelompok C." Galang menempelkan satu bintang pada bagian kelompok C. Senyum bahagia mewarnai setiap wajah anak dalam kelompok itu. Sedangkan kelompok yang lain mendesah kecewa. Pertanyaan pertama yang begitu gampang kalah cepat dalam hal mengangkat tangan saja.
"Next! Dengarkan dengan baik, angkat tangan dengan cepat, dan berikan jawaban secara tepat." Alby menjeda beberapa saat ucapannya. "Pertanyaan kedua, di Hulu Sungai terdapat kata 'ka sia' yang berarti?"
Nurin perwakilan dari kelompok B lebih dulu mengangkat tangan sambil berdiri kegirangan. "Oh maaf, maaf, kebablasan saking semangatnya." Lantas kembali duduk ke kursinya, menahan malu.
Alby maupun Galang tak dapat menahan tawa. "Ya, Nurin, jawabannya?" tanya Galang.
"Ka sia artinya 'ke sini'."
Semua anak memberikan tepuk tangan yang meriah, Nurin tersipu malu.
"Benar!" Galang menempelkan satu bintang pada bagian kelompok B.
Alby mengambil potongan kertas selanjutnya. "Pertanyaan ketiga ini mengenai pribahasa, 'Susur Pinggir Tapih' yang memiliki arti ...?"
Fahrin perwakilan dari kelompok E mengangkat tangan. "Intropeksi diri sendiri."
"Benar!" Galang memberikan satu bintang pada bagian kelompok E. "Saat ini yang sudah mendapatkan bintang ada tiga kelompok, yang pertama didapatkan oleh kelompok C, kemudian kelompok B, dan baru saja didapatkan oleh kelompok E. Ayo yang kelompok A dan D semangat lagi, jangan mau kalah!"
Kelompok A dan D bersorak riang, pertanda kalau mereka sudah siap bertempur dan tidak akan menyerah sebelum memenangkan permainan.
Pertanyaan berlanjut dengan ramai dan mengasikkan, lelah mereka seharian ini lenyap tak bersisa, berganti dengan sejuta kebahagiaan. Larut dengan permainan membuat semua anak tidak sadar jika mereka sudah berada di penghujung permainan yang berarti keseruan kali ini akan segera berakhir.
Tercatat saat ini; kelompok A mengumpulkan 4 bintang, kelompok B mengumpulkan 4 bintang, kelompok C mengumpulkan 2 bintang, kelompok D mengumpulkan 1 bintang, dan kelompok E mengumpulkan 3 bintang. Melihat perolehan bintang, sudah didapatkan kelompok mana yang mendapat juara 3, 4, dan 5. Pertanyaan terakhir akan menjadi penentu kelompok mana yang akan menjadi juara 1 dan 2.
Apakah kelompok A atau kelompok B?
Galang dan Alby memberikan tepuk tangan sekali lagi. "Lanjut, pertanyaan terakhir kita cucupatian (teka-teki)." Semua anak dari kelompok A maupun kelompok B mengangguk dengan semangat membara. "Dengarkan, ini cucupatian dengan tiga buah pertanyaan tetapi hanya memerlukan satu jawaban saja,
1. Kanapa karupuk nang disanga bisa hangit? (Kenapa kerupuk yang digoreng bisa gosong)
2. Kanapa kakanakan mati lamas? (Kenapa anak kecil bisa mati tenggelam)
3. Kanapa iwak diunjun lapas? (Kenapa ikan yang dipancing bisa terlepas)"
Nurin refleks meangkat tangan lebih dulu, padahal sejak awal dia tak berniat menjadi juara 1, tetapi ketika melihat tatapan teman-temannya seperti sedang memohon agar dia menjawab dengan benar dan memenangkan permainan ini.
Dengan menghela napas kasar Nurin menjawab, "Talambat maangkat (Terlambat diangkat)."
Semua memberikan tepukan tangan. Kelompok B berhasil mengumpulkan 5 bintang dan mendapatkan hadiah 1 pack pulpen.
****
Sebelum membaca doa pulang, Alby kembali mengingatkan jadwal besok. Dimulai dengan senam sehat, bazar amal, cerdas cermat, pengambilan seragam baru, dan ditutup dengan beberapa permainan menyenangkan antar kelas. Besok siswa-siswi diharuskan membawa bekal, ketika jam makan siang mereka akan berkumpul di aula terbuka, makan bersama untuk menumbuhkan rasa kekeluargaan.
"Setelah berdoa, jangan lupa mengambil kembali ponsel kalian." Galang mengingatkan sekali lagi agar nanti tidak ada yang mengadu pada salah seorang guru kesiswaan perihal kelalaian meninggalkan ponsel di sekolah.
Semua anak mengangguk paham. Selanjutnya memulai doa yang dipimpin oleh salah seorang anak cowok berbadan tinggi seperti tiang listri. Namanya Revan, si calon ketua kelas.
Usai berdoa, mereka bergiliran dengan teratur mengambil ponsel masing-masing dan saling berjabat tangan dengan Alby dan Galang.
Alby dan Galang mengucapkan terimakasih kepada setiap anak ketika berjabatan. "Terima kasih untuk semangatnya hari ini, sampai bertemu besok dengan semangat yang baru."
Sesampainya di parkiran, Nurin dan Clara berpisah, "Gue duluan, lo hati-hati di jalan. Jangan ngebut bawa motornya!" Nurin memperingati Clara yang senang sekali melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata.
"Iya, iya."
Nurin melambaikan tangannya, melangkah lebar menuju mobil jemputannya.
****