Keesokan harinya Ilyin pergi ke rumah sakit. Wanita itu telah diberitahu oleh Erina bahwa operasi ibunya berjalan lancar kemarin.
Ilyin memasuki ruang rawat ibunya, tatapannya langsung jatuh ke wajah rapuh ibunya yang pucat.
"Bu, aku di sini." Ilyin bersuara pelan. Dia menggenggam tangan ibunya yang dingin.
Perasaan Ilyin campur aduk, dia pikir dia akan kehilangan ibunya untuk selama-lamanya.
Ilyin tidak banyak bicara, dia hanya memandangi ibunya. Dia tidak akan bercerita pada ibunya tentang apa saja yang telah dia lalui selama beberapa waktu terakhir ini.
Pintu ruangan terbuka, sosok Damian terlihat di sana. Pria itu mendekati Ilyin. Kerinduannya pada wanita itu akhirnya tidak tertahankan.
"Ilyin."
Ilyin terkejut mendengar suara Damian. Wanita yang tadinya duduk di kursi itu langsung berdiri. Damian tidak seharusnya berada di sini, apalagi saat dia juga berada di sini.
Sebuah pelukan yang tiba-tiba membuat Ilyin semakin terkejut. Dia berusaha mendorong Damian. Di depan ada Erina, jika Erina melihat tentang hal ini dan melaporkannya pada Kallion maka hanya Tuhan yang tahu apa yang akan terjadi pada Damian selanjutnya.
"Damian, lepaskan aku."
Damian menolak. "Ilyin, sebentar saja. Aku sangat merindukanmu."
Tidak bisa. Ilyin tidak bisa membiarkan Damian memeluknya lebih lama.
"Damian, tolong." Ilyin bersuara sekali lagi sembari mendorong Damian lebih kuat.
Hati Damian sakit mendengar suara Ilyin yang tampak enggan menerima pelukannya. Dia akhirnya melepaskan pelukannya pada tubuh Ilyin.
"Bagaimana kondisi Ibu?" Damian beralih pada ibu Ilyin. Dia datang ke sini setelah mengetahui dari asisten pribadinya bahwa ibu Ilyin telah dioperasi.
"Operasi Ibu berjalan lancar." Ilyin ingin segera mengusir Damian dari ruangan itu, tapi dia masih tidak cukup tega karena Damian datang ke sana untuk menjenguk ibunya.
"Ini untuk Ibu." Damian menyerahkan buket bunga yang harum pada Ilyin. Itu adalah bunga favorit ibu Ilyin, dan Damian tidak pernah melupakannya.
"Terima kasih." Ilyin meraih buket bunga itu. "Damian, jika kau sudah selesai silahkan tinggalkan tempat ini."
"Aku belum berada di sini lima menit, tapi kau sudah ingin aku pergi. Apakah kau tidak ingin melihatku sama sekali?"
"Damian, mengertilah." Ilyin putus asa. Semakin lama Damian berada di dekatnya maka itu semakin berbahaya bagi Damian.
Akan tetapi, semuanya terlambat. Pintu terbuka. Sosok dominan Kallion ada di sana. Wajah pria itu suram dan dingin seperti biasanya.
Melihat keberadaan Kallion di sana membuat Ilyin merasa tercekik.
"Damian, pergi dari sini!" Dia segera mengusir Damian lagi.
"Ilyin, kau benar-benar berani." Suara dingin Kallion menembus tulang Ilyin.
Damian kembali berhadapan dengan Kallion, dia selalu membenci aura superior yang dimiliki oleh Kallion, hal itu membuatnya tampak kecil jika dibandingkan dengan Kallion.
Kallion berdiri di sebelah Ilyin, tangannya memeluk pinggang Ilyin. "Kau memiliki nyali bertemu dengan pria lain di belakangku."
"Ini tidak seperti yang ada di pikiranmu. Damian datang ke sini untuk menjenguk Ibu." Ilyin segera menjawab.
"Apakah seperti itu, tapi aku mencium aroma pria lain di tubuhmu. Aku benar-benar benci barang yang sudah aku beli disentuh oleh orang lain." Kallion memiringkan wajahnya menatap Ilyin. Lalu kemudian pria itu bicara lagi. "Haruskah aku memotong tangan orang lancang itu?"
"Tidak!" Rasa takut segera menyergap Ilyin.
"Tuan Kallion, kau tidak bisa bersikap sesuka hatimu!" Damian menahan amarahnya.
"Damian, pergi dari sini!" Ilyin menatap Damian khawatir.
"Aku tidak bisa bersikap sesuka hatiku?" Kallion tertawa mengejek. "Kau salah, aku bisa bersikap sesuka hatiku karena aku adalah Kallion Heinrich!"
Detik berikutnya Kallion mencium bibir Ilyin dengan rakus di depan Damian. Dia akan menunjukan pada Damian sejauh apa dia bisa berbuat.
Dada Damian dipenuhi oleh kemarahan saat ini. Dia ingin meledak melihat pemandangan di depannya.
Ilyin mencoba mendorong Kallion, tapi kekangan Kallion lebih kuat.
Apa yang dilakukan oleh Kallion selanjutnya lebih mengejutkan bagi Ilyin. Pria itu menurunkan resleting dress yang dia gunakan dengan paksa, lalu kemudian membukanya tanpa bisa dia cegah.
Kali ini dia dipermalukan di depan Damian. Kallion, pria tidak berperasaan ini sangat tahu bagaimana cara menghancurkan hati dan menginjak-injak harga diri orang lain.
Kallion menjatuhkan bra yang dikenakan oleh Ilyin ke lantai. Damian melihat benda itu dengan matanya yang memerah. Rahang pria itu mengeras, dia bergeraklalu meraih bahu Kallion dan hendak memukuli Kallion.
Akan tetapi, menyentuh Kallion tidak akan semudah itu. Alih-alih memukul Kallion, Damian terhuyung ke belakang karena tendangan Kallion.
"Damian!" Ilyin bersuara tercekat.
Kallion mendekati Damian, mencekik leher pria itu dengan kaut. "Ini peringatan pertama dan terakhir dariku untukmu, Tuan Damian. Jangan pernah berani menyentuh barang yang sudah aku miliki, atau kau akan kehilangan kedua tanganmu!"
Wajah Damian memerah karena sakit dan kesulitan bernapas.
"Kallion, lepaskan Damian!" Ilyin tidak tahan lagi. Dia ingin meledak karena rasa tidak berdaya yang membelenggunya saat ini.
Kallion melepaskan tangannya dengan kasar, dia segera berbalik dan kembali mendekati Ilyin. Dia melanjutkan apa yang tadi sempat terhenti.
Damian tidak bisa melihat lebih banyak, dia akan mati karena penghinaan dan rasa sakit. Pria itu keluar dari ruang rawat ibu Ilyin dengan ekspresi muram. Dia masuk ke dalam mobilnya dengan kasar.
Tangan Damian melonggarkan dasinya dengan kasar, dia membuka kancing teratas kemejanya. Dia merasa tercekik.
Sekarang dia tahu dari mana Ilyin mendapatkan uang untuk operasi ibunya, itu pasti dari Kallion. Dia tidak mengerti kenapa Ilyin lebih memilih untuk menerima uang Kallion daripada uang darinya.
Barang yang sudah aku beli? Damian mengingat kalimat yang diucapkan oleh Kallion beberapa saat lalu.
Apakah mungkin Ilyin menjual dirinya sendiri pada Kallion?
"Sialan!" Damian memaki geram. Dia membenci kenyataan bahwa dia tidak bisa melakukan apapun sekarang. Dia membenci kenyataan bahwa dia dikalahkan oleh Kallion.
Seperginya Damian, Kallion melepaskan Ilyin. Dia menyeret Ilyin ke dalam kamar mandi. Menyalakan air dan mengarahkan selang air pada Ilyin. Dia sedang membersihkan aroma Damian dari tubuh Ilyin.
Setelah puas melampiaskan amarahnya, Kallion melemparkan selang itu dengan kasar ke lantai.
"Erina!"
Erina masuk ke kamar mandi karena panggilan Kallion. Wanita itu tahu bahwa dari suaranya, atasannya itu sedang sangat marah sekarang.
Sebuah tendangan mengarah ke perut Erina, tendangan itu kuat dan terarah. Punggung Erina menabrak dinding dengan keras.
Namun, Erina tidak meringis atau mengeluh. Wanita itu segera berdiri tegak lagi.
"Ini adalah kesalahan pertama dan terakhir yang bisa kau perbuat, Erina."
"Saya mengerti, Tuan." Erina menjawab patuh. Dia tidak meminta maaf atas kesalahannya karena dia tahu bukan permintaan maaf yang dibutuhkan oleh atasannya.
"Bersihkan tubuhnya, bawa dia kembali ke hotel setelah selesai!"
"Baik, Tuan."
Kallion segera pergi meninggalkan tempat itu dengan suasana hati yang sangat buruk. Kekhawatiran Ilyin pada Damian membuatnya sangat ingin membunuh Damian. Hubungan keduanya memang sudah berakhir, tapi perasaan Ilyin untuk Damian masih ada. Dan dia membenci itu.
Begitu mudah bagi Ilyin untuk melupakannya dan mencari cinta yang baru, sementara dirinya tidak pernah bisa melupakan bayang Ilyin sedikit pun.
Rasa sakit ditinggalkan, rasa sakit karena menahan kerinduan dan rasa sakit karena tidak tahu di mana letak kesalahannya masih berdenyut menyiksa sampai detik ini, tapi Ilyin tidak merasa bersalah sedikit pun atas rasa sakit yang ditimbulkan oleh wanita itu padanya.
Cintanya pada Ilyin terlalu dalam, oleh sebab itu kerusakan yang Ilyin tinggalkan padanya setelah kepergian wanita itu sangat besar.
Dan sekarang Kallion merasa dirinya begitu bodoh, dia tersiksa karena kepergian Ilyin, tapi di tempat lain Ilyin bahkan tidak memikirkannya sama sekali. Wanita itu menjalin hubungan dengan pria lain.
**
Ilyin dibawa kembali ke hotel oleh Erina. Sekarang dia sudah benar-benar seperti tahanan yang tidak bisa bergerak bebas.
Bahkan untuk menjaga ibunya di rumah sakit pun dia tidak diperbolehkan. Hidupnya saat ini menjadi lebih menyedihkan dari sebelumnya. Entah sampai kapan dia akan berada dalam situasi ini.
Ilyin berdiri di sebelah dinding kaca, pandangannya jatuh ke luar. Saat ini menikmati dunia luar akan menjadi sesuatu yang mahal baginya.
Dia tidak tahu sejauh mana dia mampu bertahan dalam situasi yang menyesakan d**a ini.
Lelah, Ilyin membaringkan tubuhnya ke ranjang, ketika dia menutup matanya semua bayangan penghinaan yang dilakukan Kallion berputar menyiksanya.
Mata Ilyin terbuka kembali, tatapannya saat ini kosong dan hampa. Sudah tidak pernah terlihat lagi jejak kebahagiaan di sana.
Ilyin berharap bahwa apa yang dia lalui saat ini hanyalah mimpi. Namun, sekali lagi dia telah dihancurkan oleh harapannya lagi. Ketika dia membuka matanya, dia harus menghadapi bahwa semua yang telah terjadi adalah kenyataan.
tbc