5. Menyudahi Semua Rasa Sakitnya

1729 Words
"Bu, maafkan aku." Ilyin bergumam lirih. Wanita itu melangkah di tengah dinginnnya air danau. Dia tidak bisa lagi bertarung dengan kerasnya hidup yang dia jalani. Di masa lalu, dia pernah mendatangi tempat ini kala dia benar-benar terpuruk karena keadaan yang membuatnya sulit bernapas. Namun, saat itu wajah lembut ibunya menghentikannya. Meskipun ibunya mengalami gangguan jiwa, wanita itu masih bernyawa. Jika dia pergi, maka ibunya akan sendirian. Tidak akan ada yang mengunjungi ibunya, tidak akan ada yang datang untuk bercerita padanya. Sekarang cerita sudah berbeda. Ibunya terbaring dengan kemungkinan hidup yang kecil. Dia sudah berusaha, tapi usahanya tidak membuahkan hasil bahkan setelah dia menerima berbagai macam penghinaan. Dia lelah, pundaknya tidak bisa menanggung beban lagi, hatinya yang mati rasa mulai merasakan kesakitan yang begitu menyiksa. Dia hanya bisa meminta maaf pada ibunya, dia pergi lebih dahulu. Dia lelah ditinggalkan, kali ini dia yang akan meninggalkan, tapi dia tahu bahwa ibunya akan segera menyusulnya. Ini adalah akhir dari kisah hidupnya, akhir dari semua rasa sakit yang membelenggunya selama delapan tahun terakhir. Kaki Ilyin terus bergerak, air semakin lama semakin dalam. Dari pinggang bergerak menuju ke dadanya. Wanita itu tidak memiliki keraguan sama sekali. Semua hal buruk, semua rasa sakit, semua kehilangan telah membulatkan tekadnya. Sekarang air mencapai dagunya, bergerak menutup hidungnya. Ilyin memejamkan matanya. Menenggelamkan diri seperti ini bukanlah cara yang cepat untuk mengakhiri hidup, tapi hanya inilah yang bisa Ilyin pikirkan. Dia tidak bisa berenang, jadi dia pikir dia pasti akan mati jika dia tenggelam di sana. Belum lagi danau itu terletak di daerah yang jauh dari pemukiman warga, tidak akan ada yang datang melihatnya. Air mulai membuat d**a Ilyin sesak, tapi sekali lagi itu tidak mengurungkan niatnya untuk menyudahi semua rasa sakitnya. Dengan mata tertutup, Ilyin bisa melihat dengan jelas wajah ayah dan ibunya. Senyum kecil tampak di wajah wanita itu. Mereka akan segera berkumpul lagi. Perlahan-lahan Ilyin mulai kehilangan kesadarannya, dia akhirnya benar-benar menyerah pada hidupnya sendiri. Sementara Kallion yang sejak tadi menonton Ilyin dari tempat yang tidak terlihat, kini mulai memasuki danau. Nyatanya dia tidak bisa membiarkan Ilyin tewas. Pria itu tahu Ilyin tidak bisa berenang, dia ingin melihat sejauh mana Ilyin berani bertindak, dia tidak mengira bahwa Ilyin terus bergerak maju, bahkan tangan wanita itu tidak melambai di permukaan, menandakan Ilyin benar-benar ingin mengakhiri hidupnya. Tidak heran jika wanita itu bisa meninggalkannya dengan kejam, dia bahkan bisa sangat kejam pada dirinya sendiri. Kallion menyelam, meraih tubuh Ilyin lalu membawa wanita itu ke permukaan. Dia segera melakukan pertolongan pertama untuk menyelamatkan nyawa Ilyin. "Kau tidak diizinkan meninggalkanku lagi, Ilyin! Tidak akan pernah!" Kallion menggendong tubuh Ilyin lagi, membawanya menuju ke mobil dan pergi ke hotel tempatnya tinggal. Xavion datang memeriksa keadaan Ilyin. "Keadaannya baik-baik saja. Dia mungkin hanya akan mengalami demam dan flu setelah ini." Kallion hanya diam saja mendengar pemberitahuan dari Xavion. Demam dan flu, Ilyin bisa menanggungnya. Wanita itu bisa mengakhiri hidupnya sendiri, jadi demam dan flu hanyalah hal kecil. "Berapa lama ibu Ilyin bisa menunggu operasi?" "Dia tidak bisa menunggu lebih lama, semakin banyak waktu terbuang maka kemungkinannya untuk hidup akan semakin kecil." "Lakukan operasi segera." "Baik." Xavion tidak akan bertanya mengapa Kallion ingin dia mengoperasi ibu Ilyin. Setelah memeriksa Ilyin, Xavion meninggalkan hotel. Dia pergi ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan ibu Ilyin. Beberapa jam kemudian tubuh Ilyin mulai mengalami demam. Kallion membiarkan saja, jika keadaan Ilyin memburuk dia hanya perlu memanggil Xavion saja. Dia tidak akan repot mengompres tubuh Ilyin untuk mengurangi suhu tubuhnya. ** Keesokan paginya Ilyin terjaga dengan kerongkongan yang seperti terbakar, kepalanya terasa begitu berat dan sakit. Wanita itu melihat ke langit-langit kamar. Di mana dia sekarang? Bagaimana bisa dia masih hidup? "Kenapa? Apakah kau tidak senang karena kau masih hidup? Mati tidak semudah itu, Ilyin." Suara bariton itu membuat Ilyin terkejut. Dia memiringkan wajahnya, menatap si pemilik suara yang tidak lain adalah Kallion. Rasa pahit menyebar di d**a Ilyin, bahkan untuk mati pun dia tidak bisa karena keberadaan pria ini. Dia yakin bahwa alasan kenapa Kallion tidak membiarkannya mati adalah karena pria itu belum puas bermain-main dengan rasa sakitnya. "Tanda tangani surat ini!" Kallion bersuara lagi. Dia menyerahkan selembar kertas dan pulpen pada Ilyin. Ilyin diam sejenak, apa isi kertas yang disodorkan oleh Kallion padanya. Detik selanjutnya Ilyin meraih selembar kertas itu dan dia menatap Kallion lagi. Setelah pria itu membuatnya seperti kapal kecil yang terombang-ambing di tengah lautan luas, sekarang dia tampak seperti malaikat yang mengulurkan tangannya. Dia benar-benar sudah menyerah, tapi sekarang dihadapkan dengan selembar kertas yang berisikan tentang keselamatan ibunya, harapan kecil di hati Ilyin bangkit. Kallion tidak sabar, pria itu meletakan ibu jari Ilyin pada tinta yang juga sudah dia siapkan, lalu kemudian meletakannya di atas kertas, tepat di atas nama Ilyin. "Sekarang kau adalah barang yang sudah aku beli dengan uang. Ingat ini baik-baik, Ilyin Summer. Bahkan untuk mati pun kau memerlukan izin dariku!" Kallion mengambil kertas yang sudah dibubuhi cap jempol Ilyin. Ilyin mendengkus getir. Sekarang dia bahkan tidak memiliki kendali apapun pada dirinya sendiri. "Ibumu akan dioperasi hari ini, kau tidak diizinkan pergi ke rumah sakit hari ini. Jika kau ingin menemui ibumu kau bisa melakukannya besok atau lusa." Kallion memperingati Ilyin dengan serius. Ilyin lagi-lagi diam. Tidak ada gunanya bagi dia untuk bicara karena apa yang Kallion katakan itulah yang akan terjadi. "Selama aku tidak ada di kamar hotel ini, jangan coba-coba untuk meninggalkan tempat ini atau kau akan menyesalinya!" Kallion memberikan peringatan terakhir. Lalu setelah itu dia meninggalkan tempat itu. Ilyin mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk, tubuhnya sangat lemah sekarang. Dia melihat ke ibu jarinya yang dinodai oleh tinta. Dia tidak ingin memiliki hubungan apapun lagi dengan Kallion, dia juga tidak ingin mengenal pria itu lagi, tapi yang terjadi saat ini adalah sebaliknya. Dia bahkan terikat dengan pria itu. Takdir lagi-lagi mempermainkannya. Setelah Kallion pergi, seorang wanita dengan pakaian serba hitam berambut panjang yang diikat menjadi satu masuk ke dalam ruangan dan mendekati ranjang. "Nona Ilyin, perkenalkan saya adalah Erina, mulai hari ini saya akan menjadi penjaga Anda." Wanita bernama Erina memperkenalkan dirinya dengan sopan. Ilyin menatap Erina tidak berminat. Bahkan mulai hari ini akan ada seorang yang mengawasinya. Dia mungkin akan segera menjadi tahanan mulai detik ini. "Nona, ini adalah barang-barang Anda." Erina memberikan tas dan kunci mobil pada Ilyin, semua itu adalah milik Ilyin yang dia tinggalkan semalam. "Jika Nona membutuhkan sesuatu silahkan menghubungi saya, saya telah memasukan nomor ponsel saya pada ponsel Anda." Erina bicara lagi. "Sarapan Anda akan diantar sebentar lagi. Saya permisi." Erina kemudian undur diri. Ilyin meraih tasnya, wanita itu mengeluarkan ponselnya dari sana. Dia segera melakukan panggilan ke salah satu pegawai di restoran. "Aku tidak akan datang ke restoran hari ini." Setelah mendengar jawaban dari pegawainya, Ilyin memutuskan panggilan itu. Saat ini restoran yang dikelolanya sudah mulai membaik, ketika tragedi mengerikan menimpa keluarganya, restoran itu juga beada diambang kehancuran. Untungnya ada orang kepercayaan ibunya yang bisa mengelola restoran itu sehingga tidak mengalami kehancuran. Akan tetapi, terjadi kemunduran. Restoran itu kehilangan banyak pengunjung. Tahun-tahun panjang penuh perjuangan berlalu, hingga akhirnya restoran yang diambil alih oleh Ilyin mulai bangkit perlahan-lahan. Saat ini restoran itu cukup stabil meski pendapatannya tidak sebesar dulu lagi. Bagi Ilyin itu saja sudah cukup asalkan usaha yang digemari oleh ibunya itu masih tetap berjalan. Ketika Ilyin hendak meletakan ponselnya, sebuah panggilan masuk. Itu adalah panggilan dari Damian. Sejak Damian mengalami insiden pemukulan, mereka belum saling bicara baik secara langsung atau melalui panggilan sama sekali. Asisten pribadi Damian juga tidak mengabarinya, Ilyin yakin itu semua karena larangan dari ibu Damian. Dia bisa mengerti tentang hal itu. "Ya, Damian." "Aku mendengar ibumu dirawat di rumah sakit. Bagaimana kondisinya saat ini?" "Itu benar. Saat ini Ibu dalam kondisi yang tidak begitu baik. Dia memerlukan operasi." "Apakah kau sudah memiliki uang untuk operasi ibumu? Aku masih memiliki uang jika kau membutuhkannya." Ilyin tidak mau berutang lagi pada Damian. Utang nyawa dan utang budi pada pria itu saja belum bisa dia balas. Dia juga tidak ingin memberi Damian banyak harapan, yang terbaik bagi pria itu adalah tidak berhubungan lagi dengannya. "Tidak perlu, Damian. Saat ini kau juga sedang membutuhkan banyak dana untuk perusahaanmu. Aku akan menangani masalahku sendiri." Ilyin menolak bantuan dari Damian. Damian mengerutkan keningnya, bagaimana cara Ilyin akan menyelesaikan masalahnya sendiri ketika melibatkan jumlah uang yang tidak sedikit. Apakah mungkin Ilyin akan menjual restorannya? Satu-satunya hal yang bisa Damian pikirkan hanya itu, karena Ilyin tidak bisa mendapatkan uang melalui pinjaman bank atau pinjaman pada orang kerabat terdekatnya. Sejak kebangkrutan yang melanda ayahnya, seluruh kerabatnya segera membalik badan mereka dan bersikap seolah tidak mengenal Ilyin dan ibunya. "Ilyin, apakah kau memiliki waktu? Mari bertemu. Aku merindukanmu." Damian tidak ingin menyerah pada Ilyin meski ibunya telah melarangnya dengan keras untuk berhubungan dengan Ilyin lagi. Damian merasa bahwa ini benar-benar tidak adil baginya, dia telah mendekati Ilyin selama beberapa tahun dan akhirnya bisa menjadikan Ilyin sebagai miliknya, tapi sebelum dia menikah dengan Ilyin, dia dipaksa oleh keadaan untuk mengakhiri hubungannya dengan Ilyin padahal dia masih sangat mencintai Ilyin. "Damian, hubungan kita sudah berakhir. Tolong jangan lakukan ini." Ilyin harus bersikap kejam pada Damian, itu semua demi keselamatan Damian. Kallion bukanlah pria yang murah hati, menghilangkan satu nyawa seorang Damian itu tidak akan begitu sulit baginya. Dahulu ketika remaja, dia hanya mengira bahwa Kallion adalah pria dengan sosok misterius, tapi setelah dia bertemu dengan ibu Kallion, dia mengetahui bahwa sosok Kallion adalah sosok yang sangat berbahaya. Kallion adalah penerus sebuah organisasi bawah tanah yang berkuasa di benua Amerika. Pria itu tumbuh dan besar di antara p*********n dan darah. Jadi tidak heran jika Kallion memiliki sikap yang begitu sulit untuk didekati dan cenderung tidak berperasaan dalam memperlakukan orang lain. "Ilyin, aku mencintaimu, aku tidak bisa mengakhiri hubungan kita begitu saja." Damian berkata sedih. "Ini adalah jalan terbaik bagi kita, Damian. Aku mohon, tolong jangan membuatku menjadi sebab kesengsaraan orang lain lagi. Aku tidak ingin ibumu merasakan hal yang sama seperti yang ibuku dan aku rasakan." Damian tidak bisa menyalahkan Ilyin karena memilih jalan seperti ini, dia telah bertemu dengan Kallion secara pribadi, dia bisa memastikan bahwa pria seperti Kallion bisa membunuh orang lain seperti dia membunuh seekor nyamuk. "Bagaimana denganmu, Ilyin? Pria berdarah dingin itu mungkin akan menyakitimu lagi." "Aku bisa mengatasi rasa sakitku sendiri, Damian. Asalkan kau baik-baik saja, itu sudah cukup bagiku." Hati Damian tersentuh. Ilyin begitu memedulikan tentang keselamatannya. Dia harus mencari cara agar bisa mengatasi Kallion, dengan begitu dia bisa bersatu kembali dengan Ilyin, wanita yang dia cintai. tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD