Butuh Pertolongan

1292 Words
Flo mulai membuka matanya dan dia terkejut bukan main karena dia menempati sebuah kamar yang luas dan itu bukan kamarnya. "Aku ada dimana?" gumam Flo sambil mengingat-ngingat kejadian sebelumnya. Serpihan ingatannya berhenti pada saat dirinya berada di lift dan bertemu pria misterius yang menyuntikkan sesuatu dilengannya. Flo buru-buru turun dari ranjang kingsize itu dan mencari pintu karena dia ingin keluar dari kamar itu tapi saat mencapai pintu, Flo tidak bisa membukanya karena dikunci. Seketika tangisnya langsung tumpah. "Mom, Dad..." Flo merasa bingung dengan apa yang terjadi, baru saja dia ingin hidup mandiri dan baru sebulan tinggal di negara orang tapi sudah mendapat hal seperti ini. Flo berlari kearah jendela tapi lagi-lagi dia dibuat terkejut karena ternyata dia ada disebuah bangunan yang tinggi. Jadi untuk keluar melalui jendela sangatlah sulit. "Apa yang sebenarnya terjadi?" gumam Flo. Hingga pintu kamar itu terbuka dan Axe masuk kedalam. Saat masuk Axe melihat Flo yang tengah menangis di balkon kamarnya. Dan Flo yang menyadari jika ada orang yang masuk langsung membalik tubuhnya dan melihat Axe mendekatinya saat ini. "Kau! Apa yang kau lakukan padaku? Apa salahku? Tolong lepaskan aku!" pekik Flo disana. Axe tidak menjawab justru dia menggendong Flo dan membantingnya keatas ranjang. Flo mulai ketakutan saat Axe menanggalkan semua bajunya dan mendekatinya. "Kau mau apa? Jangan macam-macam!" ucap Flo terbata. Tanpa menjawab Axe meraih dagu Flo dan langsung mencium bibir seksi gadis yang membuatnya penasaran itu. Flo tentu saja memberontak tapi tenaganya tidak mampu menandingi tenaga pria kekar yang mengukungnya saat ini. "Lepaskan aku!" ronta Flo saat Axe menindih tubuhnya. Axe dengan wajah dinginnya semakin b*******h melihat penolakan Flo padanya. "Kau harus menjadi milikku," ucapnya. Airmata Flo tidak berhenti mengalir sedari tadi saat sesuatu yang selama ini dia jaga dan akan dia persembahkan pada suaminya nanti telah direnggut paksa oleh pria yang tidak dia kenal. Tenaganya sudah melemah setelah melakukan perlawanan yang sia-sia. Tubuhnya hanya bisa menerima hentakan demi hentakan oleh pria yang tidak punya hati nurani yang terus menggagahi tubuhnya seperti tidak kenal lelah. Axe yang merasa ingin mencapai puncaknya untuk kesekian kalinya mempercepat hentakannya sampai akhirnya cairan hangat itu kembali menyembur masuk memenuhi celah inti Flo. Flo semakin menangis tergugu karena menerima cairan hangat itu lagi dan lagi. "Kejam!" batinnya menjerit. Setelah itu, Axe kembali menciumi wajah cantik Flo dengan mengusap airmata yang membasahi wajah itu. "Aku sangat puas!" ucapnya tanpa beban. Dia segera membersihkan dirinya ke kamar mandi meninggalkan Flo yang tak berdaya diatas ranjang dengan keadaan polos serta bekas kissmark disekujur tubuhnya. Axe menyeringai saat mengguyur tubuhnya dengan shower dimana cairan merah tanda Flo masih suci ikut terbawa air yang sebelumnya menempel dialat tempurnya. Ada kepuasan tersendiri saat melakukannya apalagi Flo yang terus meronta dan melawan membuat adrenalinnya semakin terpacu. Selesai membersihkan dirinya, Axe keluar dari kamar mandi dan melihat Flo yang tertidur dengan wajah yang masih basah dengan airmata. Axe lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh polos Flo. Kemudian dia keluar untuk mencari Kenzo berada. Di mansion besarnya yang layaknya istana itu, Axe tinggal bersama Kenzo dan beberapa anak buahnya. Sementara untuk markasbyang sebagai tempat penyimpanan obat-obatan terlarang dan senjata yang dia perdagangkan secara ilegal letaknya berada di dalam hutan yang tersembunyi. Kenzo yang berada di bar mini mansion itu tengah sibuk berkutat dengan laptopnya, dia yang seorang hacker tengah mencari informasi mengenai Flo dengan bermodal tanda pengenal yang dia dapatkan dari tas Flo. "Bagaimana?" tanya Axe kemudian. "Dia datang dari London untuk bersekolah disini, sekolah parfum Giuvadan. Flower OceanbHoult 23 tahun, anak sulung dari pasangan Silver Queen dan Grey Axton Hoult salah satu keluarga terpandang yang ada di Inggris. So, gadis itu bukan gadis biasa pasti keluarganya akan mencarinya jadi apa rencanamu selanjutnya?" Kenzo mendelik kearah Axe yang tampak mengutak-ngatik ponsel Flo dan melihat galeri di ponsel itu tanpa ekspresi. Saat melihat beberapa foto Flo bersama seorang pria, wajah Axe langsung geram dan dia segera menghapus foto itu. "Itu adalah Mattew Coulson, tunangannya. Mereka sudah berhubungan dari saat gadis itu kuliah di Oxford dan calon suaminya itu adalah CEO dari Coulson Tech, perusahaan IT yang terbesar di London. Produk dari Coulson Tech meliputi pasar hardware komputer, middleware, dan juga software, serta tawaran jasa dalam hal hosting, infrastruktur dan juga layanan konsultasi mulai dari komputer mainframe dan juga nanoteknologi," jelas Kenzo lagi. "Dan dia juga pasti tidak akan tinggal diam!" Mendengar semua itu, Axe semakin menginginkan Flo ternyata gadis itu bukan gadis sembarangan. Tak lama ponsel Flo berdering karena ada panggilan dari kekasihnya, nama Mattew yang memanggil disana dan Axe segera menerima panggilan itu tanpa suara. "Babe, apa kau sudah pulang dari sekolahmu?" tanya Mattew disana. Tapi Mattew merasa heran karena kekasihnya tidak bersuara. "Babe? Are you okay?" TUT! Panggilan itu langsung dimatikan oleh Axe lalu dia menatap Kenzo dan berkata. "Blokir semua akses komunikasinya! Dia adalah wanitaku sekarang!" ***** London, Inggris Mattew merasa kebingungan karena panggilannya dimatikan sepihak oleh kekasihnya. Dan saat dia mencoba menghubungi Flo kembali nomor ponselnya sudah tidak aktif. "What happen, babe?" gumam Mattew dalam hatinya. Tidak biasanya Flo bersikap seperti ini, sebulan setelah kepergian Flo ke Perancis mereka selalu lancar berkomunikasi bahkan kadang mereka semalaman melakukan panggilan video sebelum tidur karena perbedaan waktu yang hanya satu jam saja memudahkan mereka saat berkomunikasi tanpa takut mengganggu waktu mereka masing-masing. Mattew mencoba melacak keberadaan kekasihnya, dia yang selama ini menjadi CEO perusahaan IT tentu saja lihai dalam dunia teknologi informasi apalagi Mattew selalu menjadi kekasih siaga. Dia sangat mencintai Flo yang dikenalnya saat mereka sama-sama kuliah di Oxford dulu. Hubungan mereka sudah terjalin 3 tahun lamanya, saat Flo memutuskan ingin melanjutkan sekolah parfum di Perancis, Mattew melamarnya terlebih dahulu untuk mengikat gadis itu. Tentu saja Flo menerima lamaran kekasihnya karena Flo juga sangat mencintai Mattew, pria baik lembut dan selalu bertanggung jawab penuh atas dirinya. Oleh karena itu orangtua Flo, Silver dan Grey langsung menyetujui hubungan mereka. Karena Silver dan Grey yakin Mattew bisa menjaga putri mereka terbukti selama 3 tahun pacaran Mattew tidak pernah menyentuh Flo sebelum mereka menikah nanti. Mattew memasang alat pelacak pada cincin yang dia berikan pada Flo saat melamar gadis itu. Dengan itu, dia mulai melacak keberadaan kekasihnya. Dan Mattew bernafas lega karena lokasi cincin itu berada di apartemen Flo. "Mungkin dia kelelahan karena pelatihan yang dia jalani," gumam Mattew mencoba berpikir positif. "Aku merindukanmu, babe!" Bukan hanya rindu pada kekasihnya dia juga sangat rindu akan aroma khas Flo yang membuat siapa saja jika menghirupnya akan betah berlama-lama dengan gadis itu. Tanpa Mattew sadari jika aroma itu yang saat ini membuat Flo terjebak dan menjadi tawanan seorang bos mafia. Axe memang sengaja melepas cincin yang dikenakan Flo karena tahu jika cincin itu ada alat pelacaknya lalu meletakkan cincin itu di apartemen Flo saat dia dan anak buahnya kesana untuk mengemasi barang-barang Flo yang akan dia pindahkah ke mansionnya. "Semuanya sudah selesai dikemas, Bos!" lapor salah satu anak buahnya. Axe mengangguk. "Kita kembali ke mansion!" Sementara di mansion Axe, Flo sudah terbangun dan merasakan sakit disekujur tubuhnya apalagi di daerah intinya. Saat dia membuka mata dia kaget karena beberapa pelayan di mansion itu menunggunya bangun. "Kami diperintahkan oleh Tuan untuk membantu Nona membersihkan diri," ucap salah satunya. Flo menggeleng. "Aku bisa sendiri!" Dengan membungkus tubuh polosnya memakai selimut, Flo menyeret kakinya ke kamar mandi dan dia merasakan perih luar biasa saat berjalan. Saat berada dalam kamar mandi, Flo mengamati tubuhnya yang penuh kissmark di sekujur tubuhnya. Flo kembali menangis karena dirinya merasa sudah kotor, kesuciannya direnggut paksa oleh pria yang bahkan dia tidak kenali. Flo mengingat wajah Axe saat menggagahi tubuhnya dan dia sangat membenci pria itu yang tidak peduli jeritan kesakitan yang dia alami. Bahkan seakan dia tidak mendengar atas tangisan pilu dan permohonannya untuk berhenti melakukan hal yang seharusnya dilakukan pasangan suami istri. "Apa salahku?" Flo terisak hingga dia menyadari jika cincin di jemarinya tidak ada. "Matt, help me," lirihnya memanggil kekasihnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD