TAMU TAK DIUNDANG

1030 Words
Aku masih sibuk mengedit beberapa foto untuk di cetak. Di satu minggu pertama pembukaan studio memang aku memberikan promo sehingga banyak dari kalangan anak muda dan remaja bahkan pasangan muda yang mengabadikan momen diskon besar-besaran ini untuk kenangan mereka. Aku bekerja sendirian dan memang belum ingin mencari pegawai meskipun beberapa teman kuliah menawarkan diri untuk membantu di studioku. "Kamu gak pulang lagi Nay ?" Tanya Kayla via ujung telepon. "Kayaknya enggak dulu Kay. Banyak foto yang belum aku cetak nih. Deadline pengambilan besok dan lusa." Jawabku sambil mengedit foto di laptop. "Yaaah ... " Desis Kayla dari ujung telepon. Aku mengehentikan gerakan tanganku yang sedari tadi memegang laptop begitu mendengar Kayla mendesis. Jika begini dia pasti sedang butuh teman cerita. "Kenapa Kay ?" Tanyaku. Kali ini lebih santai karena hanya fokus ke Kayla. "Gapa-pa sih Nay, kebetulan tadi kalau kamu mau pulang aku mau cerita sesuatu sama kamu." "Cerita apa Kay ? Yaudah sih cerita ditelpon kan bisa Kay, aku pasti dengerin kok." "Aku habis jalan tadi sama Angga." Kata Kayla. Aku membuang nafas kasar. Sudah kuduga pasti tidak jauh dari Angga. "Kemana Kay ?" "Ke Palur Plazza tadi nonton film di XXI trus pulangnya makan di MCd, habis itu dia beliin aku boneka beruang besar banget." "Wah seru dong, kalian udah jadian ?" Tanyaku. Aku sebenarnya tidak penasaran, hanya saja berusaha antusias untuk mengumpan balik cerita Kayla. "Belum." Nada suaranya melemah. "Belum di tembak ?" "Mungkin gak sih kalau dengan Angga yang seperti ini dia tidak menyukaiku ?" "Ummm.. Kupikir dia menyukaimu Kay, tidak mungkin juga lho dia sering ngajak kamu jalan, beliin kamu ini itu tapi ga suka. Buang-buang waktu gak sih kalau cowok begitu ? Lagian mana ada cowok yang ga suka sama Kayla ?" "Iya juga ya Nay, yaahh meskipun setiap kita jalan kadang dia selalu nanyain soal kamu tapi merasa dia menyukaiku." "Hah ?" "Kenapa Nay ?" "Kalian membicarakanku ?" "Ya sering sih. Kenapa emang ? Ya mungkin dia mau tau tentang keluargaku. Wajar dong Nay, kamu gak usah mikir terlalu jauh juga. Kadang juga nanyain Kevin, ayah dan bunda juga." "Oh .... " "Udah kamu santai aja sih. Percaya sama aku ya. Nay akhirnya setelah sekian lama dia sering ngasih aku bunga lili sekarang dia ngasih boneka juga ke aku. Ini pasti karena cerita bunda kemarin pas bilang kesukaan aku." Aku sudah mulai menggelengkan kepala mendengar cerita Kayla. Entah kenapa perasaanku mengatakan Angga seperti menyelidiki aku lewat Kayla. Aku mencoba menghapus segala fikiran dan prasangka burukku, tapi dengan kebetulan yang terjadi aku seperti merasa Angga memanfaatkan Kayla. Kayla yang pintar kenapa sama sekali tidak curiga ketika Angga bertanya tentang diriku. Apa sebenarnya tujuan Angga ? Apa dia sudah tau tentang kebohongan kami ? Jika memang sudah tau apakah Angga akan marah dan balas dendam padaku ? ****** Aku mereganggkan punggungku setelah pekerjaanku mencetak foto selesai. Beberapa ada yang sudah diambil pemiliknya dan beberapa ada juga yang belum. Aku membuka studio saat diluar jam kuliah. Kadang saat kuliah kosong aku memilih menunggu jam sambil menunggu di toko, jika tidak sesekali pulang kerumah sekedar menemui ayah dan bunda meskipun kedatanganku juga sama sekali tidak dipedulikan oleh mereka. "Nay, ada uang tidak ?" Tanya bunda saat aku pulang ke rumah kemarin sore. "Ada bunda. Bunda butuhnya berapa ?" "Bunda minta tigaratus ribu ada ? Kebetulan kemarin Bu Ari nawarin bunda gamis, bunda suka tapi uangnya kurang. Mau minta ayah gak berani. "Maaf bunda Naya belum bisa ngasih uang banyak ke bunda, nanti kalau sudah stabil pemasukannya insyaAllah Naya akan sering ngasih uang buat bunda. Sekarang Naya baru bisa ngasih uang dua ratus ribu saja, bunda gak marah kan ?" Tanyaku sambil menyerahkan dua lembar seratus ribuan. "Mau!" Jawab bunda dengan sigap mengambil uang pemberianku. "Semoga studiomu laris ya Nay, jangan lama-lama ngasih promonya, biar uang kamu banyak dan bisa bantu-bantu mama." Kata mama sambil melangkah meninggalkanku ke dalam kamar. Sedikit penghasilan di studiku memang langsung aku belikan untuk membeli kebutuhan studio yang masih kurang, jadi aku belum bisa mengatur keuanganku. Tapi walaupun sedikit aku tetap menerima dan bersyukur karena semua yang kulakukan atas jerih payahku sendiri. Tok Tok Tok.... Aku meletakkan segelas kopi yang baru saja kubuat begitu mendengar ada orang yang mengetuk pintu. Aku melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Aku sudah menutup pintu dan papan nama TUTUP sudah kuletakkan di depan pintu, tapi kenapa ada yang mengetuk pintu studio. Aku berjalan mengendap-endap sambil mengambil pisau dapur untuk berjaga-jaga jika bukan orang baik yang datang ke studioku. Aku mencoba melihatnya dari gorden yang kubuka sedikit, tidak nampak ada orang diluar, tapi aku melihat ada sepatu tapi aku tidak bisa melihat wajahnya karena dia berdiri dibalik pilar tembok. Melihat dari sepatunya yang bagus dan bersih aku sedikit lega, setidaknya yang datang bukan orang jahat. Dengan memberanikan diri akupun membuka pintu dan melihat siapa yang datang di malam yang larut seperti ini. "Selamat malam Dokter Kayla." Sapa orang itu dengan segepok bunga lili di menutupi wajahnya. "Angga !" Mataku membulat melihat Angga berdiri depanku. Pakaian dan penampilannya sangat sopan, wangi parfumnya khas menusuk hidungku, tapi seringai senyumnya membuatku merasa ngeri seolah ada yang dia sembunyikan dariku. Melihat aku yang masih berdiri membeku Angga masuk ke dalam studio tanpa meminta izin terlebih dulu padaku, aku yang menyadari Angga memasuki studio langsung memutar badan dan mengikuti langkahnya yang tiba-tiba saja membuang bunga lili milikku dengan bunga lili yang dia bawa. "Bukankah ini yang setiap hari kamu lakukan disaar dirumah sakit atau dirumahku dokter Kayla ?" Tanya Angga begitu selesai membuang bunga lili milikku yang sudah layu ke tempat sampah. "Kenapa kamu tanya padaku ? Tanya saja pada Kayla. Lagian kamu ngapain malam-malam kesini ? Menggangguku tau !" Kataku dengan sedikit sewot. Angga melangkah ke arahku. Langkahnya pelan namun pandangan matanya penuh penegasan. Bibirnya mengatup tidak tersenyum sama sekali. Aku melangkah selangkah demi selangkah kebelakang menjauhi Angga yang semakin mendekat ke arahku. "Mau kemana lagi ? Sudah tidak ada tempat buatmu mundur dokter Kayla." Kata Angga begitu tau aku sudah mepet ke tembok kamar. "Mundur gak !" Perintahku saat kedua tangan Angga mengungkungku. "Tidak ! " Jawab Angga tegas. "Apa mau kamu ?" Tanyaku dengan berani. "Mauku cuma 1. Dokter Kaylaku kembali padaku !" Kata Angga sambil mencengkeram lenganku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD