SABRANG

1016 Words
Alarm ponselku terus saja berbunyi. Rasanya mataku terlalu berat sekali. Aku malas sekali untuk bangun. Semalam aku tidak tau tidur jam berapa, yang jelas saat adzan subuh berkumandang aku masih berbicara dengan Angga. Aku meraih ponselku dan mematikan alarm yang terus berbunyi, begitu melihat jam aku langsung terduduk karena jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. "Astaga !" Aku membuka jadwal kuliahku yang seharusnya sudah jam 8 tadi, sialnya aku terlambat satu jam. Mau menyusulpun tidak mungkin, aku masih harus mandi dan jam sepuluh aku ada jadwal foto ijazah anak fakultas teknik. Aku menyadari ada yang salah pada diriku. Aku memang lupa kapan persisnya aku tidur karena memang pembicaraanku dengan Angga terus berlanjut sampai pagi, tapi aku ingat betul kalau saat itu aku dan Angga ada di depan tv, bukan dikamar seperti pagi ini. Aku membuka mata dan tubuhku sudah tertutup selimut. Kipas menyala dan lampu kamarpun sudah mati. Apa mungkin Angga yang membawaku ke kamar ? "Oh tidak !" Aku segera beranjak dari ranjang tidurku, membereskan ranjang dan bergegas keluar. Tempat pertama yang aku datangi adalah ruang tv, Angga tidak ada disana. Lalu aku ke kamar mandi dia juga tidak ada. Selanjutnya aku ruang foto, hasilnya pun sama, Angga juga tidak ada. "Permisi !" Aku terkejut mendengar ada suara orang datang dari depan pintu. Aku beranjak keluar untuk membuka pintu, tapi tidak ada kunci menggantung. Berarti fiks kalau Angga memang mengunci pintunya dari luar. "Sebentar ya mas!" Kataku pada seorang pria yang mengenakan jaket ojek online itu. Aku mencari kunci yang aku pegang sebelum membuka pintunya. "Ada apa ya mas ?" Tanyaku begitu pintunya sudah kubuka. "Ini mbak ada pesanan go food." Kata mas ojeknya. "Oh tapi saya gak pesen itu mas." "Ini bener Nay production kan ? Dan mbak ini Kanaya bukan ?" "Iya sih tapi.... " "Kita mengantar sesuai pesanan lho mbak. Coba ini mbak cek." Ma ojeknya memperlihatkan aplikasi ponselnya yang berisi pesanan atas namaku dan alamatku. "Oh yaudah mas, maaf ya. Makasih. Udah dibayar belom ?" "Sudah mbak. Saya permisi dulu." Aku melihat isi makanan yang dikirimkan oleh ojol tersebut. Ternyata satu box nasi goreng dan satu gelas teh hangat. Ditambah lagi alpukat kocok kesukaaku. Kring .... Kringg .... Aku meraih ponselku dan membaca di layar ponsel bahwa ternyata Angga yang menelponku. "Halo .." "Sudah menikmati sarapan pagimu ?" Tanya Angga dari ujung telepon. "Oh ini kamu yang ngirim ?" "Menurutmu siapa ? Atau kamu punya kekasih lain selain aku ?" "Angga !" "Pulang kerja aku akan kestudio, siapkan lagi makan malam untukku. Atau kamu mau makan malam di luar ?" "Angga kayaknya kamu gak perlu ke studio lagi, aku ... " "Ingat Nay, jangan terlalu dekat dengan laki-laki lain selain aku. Kamu tau kan aku tidak suka jika kekasihku di berdekatan dengan laki-laki lain ?" "Angga dengar ... " Tut Tut Tut ..... Telepon mati. Aku belum selesai bicara dan Angga sudah mematikan telponnya. Aku tidak suka Angga melarang apa yang aku lakukan dan aku juga tidak suka jika Angga menyebut bahwa aku adalah kekasihnya. Aku tidak bisa membayangkan jika Kayla tau dia pasti akan salah sangka padaku. Aku mengambil piring untuk makan nasi gorengnya, setelahnya aku membersihkan studio, lalu mandi dan mulai membuka studionya. Langkah awal sambil menunggu pelanggan datang adalah dengan membuka laptop dan mengedit file foto kemarin selanjutnya mulai proses mencetak. "Selamat pagi ...... " "Kayla hai ..... kamu ga ke rumah sakit ?" Tanyaku mendekati Kayla yang tiba-tiba saja mendatangi studio tanpa memberitahuku sebelumnya. "Aku masuk siang nanti, ini pengen main aja kesini, udah lama juga kita gak ketemu Nay." "Main-mainlah kesini. Aku kan selalu disini Kay." Kayla menuju sofa untuk duduk sementara aku ke dapur untuk mengambil minum dan cemilan untuk Kanaya. Aku berhenti sejenak melihat Kayla yang duduk di sofa sambil memegang lukisan di kanvas. Wajahnya tampak serius melihat lukisan itu. Sejenak aku baru teringat bahwa itu adalah lukisan Angga semalam. Akupun belum melihat sama sekali itu lukisan apa, karena jujur aku lupa kalau Angga sempat melukis disitu. Entah kenapa fikiranku jadi kemana-mana, aku takut kalau Angga menulis sesuatu atau menggambar sesuatu yang membuat Kayla marah atau curiga padaku. "Kay .... " Panggilku ragu sambil mendekat. "Nay ini lukisan siapa ?" Tanya Kayla dengan wajah serius. Aku mencoba duduk mendekati Kayla, jangan tanya bagaimana kondisi jantungku, aku bahkan takut jika memang ada sesuatu yang tidak beres di kanvas itu. "Emang apaan Kay ? Aku belum lihat, bisa pinjam sebentar ?" "Kamu punya pacar ?" Tanyanya sambil menjauhkan kanvas itu dariku. "Hah ? Enggak kok. Kata siapa ?" "Ini buktinya !" Kayla memberikan kanvas itu padaku. Aku ternganga melihat lukisan di depan mataku, lukisan itu bergambar wajahku. Persis dengan posisiku semalam saat duduk dan saling berbicang dengan Angga. Dibagian bawah lukisan ada kode tulisan yang dibuat dengan aksara jawa, tapi aku bisa membacanya, jika dieja itu ada huruf E dan R. "Ini yang ngelukis pacar kamu kah Nay ?" Tanya Kayla sambil menggoyangkan bahuku. "Oh ini ... aku ... " Aku menjadi gugup karena aku takut jika aku salah bicara. "Kamu punya pacar kenapa gak cerita sama aku Nay ?" "Bukan begitu Kay, aku cuma .... " "Kanaya !" Tiba-tiba Sabrang datang dan sudah berdiri di depan kami berdua. "Ini ... Ini Sabrang ! Pacar aku." Aku langsung mendekat ke Sabrang dan mengatakan pada Kayla bahwa Sabrang adalah pacarku. Sabrang terlihat bingung dan melihatku dengan penuh pertanyaan. Tapi aku mengedipkan mata sebagai kode bahwa memang Sabrang harus bekerja sama denganku. "Kenalkan mbak, saya Sabrang. Saya Pa... Pacar Kanaya ." Kata Sabrang. Aku sedikit bernafas lega karena Sabrang mau membantuku, perkara selanjutnya nanti aku harus memberikan penjelasan seperti apa ke Sabrang biarlah itu urusanku. Yang penting sekarang Kayla tidak bertanya banyak hal tentang lukisan itu dan yang lainnya. "Aku Kayla. Kakaknya Naya." "Oh halo Mbak Kay, salam kenal." "Hey ... Umur kita gak terlalu jauh, janganlah mbak, Kayla aja sama kaya Naya manggil aku Kayla juga." Selanjutnya kita bertiga ngobrol-ngobrol sebagai tanda awal keakraban kita. Sabrang membawa sempol ayam dan bakso goreng telur tadi sehingga bisa langsung aku sajikan untuk teman ngobrol kita. Sesekali aku melayani pelanggan datang untuk konsultasi foto, berfoto atau mengamil hasil cetakan foto.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD