CERITA

1026 Words
"Bagaimana bisa kamu tiba-tiba bersama Angga ?" Tanyaku saat kami berdua akan bersiap untuk beristirahat. "Aku pikir aku bisa membalaskan dendamku pada Abdi dengan mendapatkan orang yang jauh lebih baik dan lebih segalanya dari Abdi, dan orang itu adalah Angga." Kata Kayla dengan yakin. "Jadi kamu hanya memanfaatkan Angga ?" "Aku tidak memanfaatkan Angga, aku hanya butuh bantuan dia saat ini untuk menunjukkan pada Abdi bahwa aku bisa mendapatkan yang jauh lebih dari dia." "Kenapa harus Angga ? Gak bisakah yang lain Kay ?" "Ya dia yang menghubungi aku terus-terusan, disaat aku sedang galau karena Abdi dia masuk, yaudah aku manfaatin aja sekalian kan ? Kenapa sih emang ? Atau jangan-jangan kamu suka sama Angga ?" "Bukan begitu Kay, tapi kan ?" "Tapi apa ? Ambil sih kalau kamu mau, tapi nanti kalau misi aku hancurin Abdi udah selesai." Kata Kayla sambil berlalu menuju kamarnya. ***** Aku hari ini berniat untuk menyelesaikan novelku dan mengirimnya ke penerbit. Seperti yang sebelumnya jika aku bisa mendapatkan uang saku tambahan dari n****+ online dan n****+ buku di salah satu penerbit buku terkenal dan terbesar di setiap kota. Aku memang mencintai Angga, tapi aku menyadari aku jauh dari dia, dia terlalu tinggi untukku, terlalu sempurna untukku. Aku menyadari aku hanya menjadi wanita penghibur untuknya dikala dia merasa lelah dan bosan pada kekasihnya. Angga telah memiliki pendamping, dia memiliki calon istri yang begitu cantik yang pantas dan sepadan dengan Angga, Angga menjaga kesucian kekasihnya dan menjadikan aku pelampiasan seksnya. "I love you." Ucap Angga padaku. "I love you too." Balasku sambil mengecup bibir Angga. "Lusa aku akan menikah dengan Keysa." Kata Angga sambil merangkul punggungku. "Aku tau. Untuk itulah sebaiknya kita segera akhiri hubungan kita." "Bagaimana bisa aku mengakhiri denganmu, kalau aku rindu bagaimana ?" "Kan sudah ada istrimu." "Aku belum tau dia seliar kamu atau tidak, kamu yang bisa melayani dan memuaskan aku." "Nanti diajarin saja. Ijinkan aku pergi. Biarkan aku melepasmu walau itu berat untukku Angga." "Baiklah jika itu yang kamu mau. Tapi jika suatu saat kamu mencariku maka datanglah, aku selalu menunggumu." Seharusnya aku yang bilang seperti itu padamu, tapi kenapa justru kamu yang berbicara seperti itu. Angga bukan orang yang pemaksa, maka ketika aku bilang tidak dia juga pasti tidak akan memaksa. Angga mengecup keningku sebelum meninggalkanku. Dia membawa tas dan beberapa pakaian yang dia tinggal di rumahku sebelum dia pergi. Melihat dia membereskan semua barangnya membuatku terasa sakit. Aku begitu mencintai Angga, tapi Angga tidak pernah mencintaiku. Dia melangkah keluar dengan langkah santai tapi membuat jantungku berlomba dengan kencang di dalam sana. Kini aku harus memulai hidup baruku tanpa Angga. Mencoba memperbaiki diri dengan menjadi perempuan yang baik dan tidak lagi melakukan seks bebas diluar pernikahanku. Jika bukan karena Angga aku tidak mungkin menghancurkan masa depanku. Semua karena rasa cinta yang terlalu berlebihan, jika aku tidak terlalu berharap padanya mungkin masa depanku tidak akan sehancur ini. Angga mengencaniku bukan semata-mata seperti sebuah sampah, dia juga memberikan aku rumah, motor dan juga fasilitas yang menurutku mewah, dan dia pergi juga tidak meminta kembali segala fasilitas yang pernah dia berikan padaku. "Kanaya!" Panggil seseorang dari belakangku. "Angga ?" Aku menoleh ke belakang dan kaget melihat Angga berdiri di belakangku. Spontan aku langsung menutup laptopku tanpa mematikannya. Aku kuatir dia membacanya karena jelas-jelas nama tokoh pemeran utama novelku adalah Angga, dan hampir sembilan puluh persen inspirasiku dari cerita hidupku dengan Angga yang memang seidikit aku tambah ide cerita agar terlihat semakin menarik para pembaca. "Kamu ngapain disini ?" Tanyaku. "Aku kebetulan lewat sini, trus ngelihat kamu sendirian yaudah aku mampir." Jelas Angga. "Bukannya kantor kamu itu daerah Solo Baru ya ?" Tanyaku. "Kamu tau ?" Tanya Angga yang kemudian aku langsung menutup mulutku dengan kedua tanganku karena menyadari aku salah bertanya. "Oh itu, Kayla pernah cerita." "Sedetail itu ke kamu ?" Tanya Angga penuh selidik. "Aku ... Um ..... Angga kamu ngapain disini ? Ada yang bisa kubantu ?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan. "Kamu ngapain disini sendiri ?" Tanya Angga sambil duduk di kursi tepat di hadapanku. "Pak pesen es coklat satu ya !" Kata Angga pada penjual es coklat. Aku memperhatikan Angga yang tiba-tiba duduk di depanku tanpa seijinku dan memesan es coklat sama sepertiku. Mata Angga tidak pernah lepas dari ponselku dan miliknya yang entah sengaja atau tidak dia sejajarkan di atas meja. Aku yang merasa gerak geriknya mencurigakan langsung mengambil ponselku memasukkannya dalam tas dan kembali duduk. "Kamu ngapain sih disini ?" Tanyaku lagi. "Duduk saja dulu." Kata Angga. "Seneng ya kamu pasti dapat ponsel gratis dari Kayla." Sindir Angga. "Kalau kamu gak suka pemberianmu ke Kayla dikasih ke aku, biar aku kembalikan nanti ke Kayla." "Tidak usah. Kayla gak pantas juga dapat ponsel bekas. Dia terlalu sempurna untuk mendapatkan ponsel bekas yang kamu pakai." Kata Angga kali ini jujur saja menyinggungku. Aku sedikit kaget Angga bisa sekejam itu mulutnya. Andai saja dia tau jika ponsel ini adalah pemberian darinya sendiri untukku tentu dia tidak akan berkata seolah merendahkan aku begini. Aku tidak mau melanjutkan pembicaraanku pada Angga, aku menata segela perlengkapanku dan memasukkannya ke dalam tas dan bersiap untuk pergi. "Mau kemana ?" Tanya Angga. "Bukan urusan kamu juga kan ?" "Kamu kan calon adik iparku, jadi aku harus tau juga apa saja yang kamu lakukan." "Hah ?" "Aku menyukai Kayla." Kata Angga. Jangan tanya bagaimana rasanya hatiku mendengar pernyataan Angga yang bilang menyukai Kayla. Walau ini bukan hal yang salah tapi rasanya hatiku seperti bergemuruh. Siapapun yang melihat Kayla pasti akan langsung jatuh cinta, maka tidak salah jika Angga juga langsung bisa jatuh cinta pada Kayla. "Kamu harus membantuku agar bisa meyakinkan Kayla bahwa aku menyukainya." Lanjut ANgga. "Kenapa harus aku ?" "Karena aku merasa dia tidak menyukaiku. Aku mulai merasa nyaman pada Kayla saat dia merawatku. Aku pikir ini hanyalah efek patah hati karena aku masih merasa sakit hati kepada Maheka mantan kekasihku, tapi nyatanya saat Kayla menghilang dari hadapanku begitu aku bisa melihat dunia kembali aku malah merasa kehilangan sosok Kayla." Cerita Angga. "Aku setiap hari berusaha menghubungi Kayla meskipun tidak ada jawaban dari dia. Gara-gara Kayla aku menjadi pria yang melow, memupus rasa rinduku aku terkadang membeli bunga Lily dan kutaruh dikamar agar aku merasa kalau Kayla masih ada disisiku." Lanjut Angga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD