KEBETULAN

1116 Words
Aku melihat bunga lili yang baru saja ku beli untuk menggantikan bunga lili yang sebelumnya telah layu di dalam vas bungaku. Aku berkali-kali membuang nafas panjang dan membuangnya kasar agar air mata yang sudah ada di pelupuk mataku tidak terjatuh. Menahan tangis itu sungguh sangat menyiksa apalagi jika yang membuat hati kita bergemuruh adalah seseorang yang sangat kita kenal dan dekat dengan kita. "Aku bahagia karena setelah sekian lama tiba-tiba Kayla membalas pesanku dan menerima ajakanku untuk keluar hari itu." Cerita Angga. "Mungkin kamu tau apa penyebab Kayla sempet menjauhiku ?" Tanya Angga padaku. "Aku tidak tau." Jawabku singkat. "Dulu aku dan Kayla begitu dekat. Saat merawatku disaat aku buta aku merasa Kayla adalah sosok yang baik. Dia bisa memahamiku. Mengerti apa yang aku suka dan tidak suka." Aku menundukkan pandanganku menghindari wajah Angga yang begitu berbinar menceritakan sosok Kayla. "Saat aku buta duniaku terasa gelap, tapi Kayla yang memberiku terang. Saat aku merasa tidak bisa melakukan apapun Kayla yang melakukannya untukku, makanya aku merasa kehilangan ketika Kayla tiba-tiba menghilang dari hidupku." "Aku tidak menyangka dia jauh dari bayanganku, selain dia sosok yang penyabar dan telaten dia juga pintar dan cerdas." "Iya. Kayla memang pintar dan cerdas." "Dan juga cantik." Angga menambahkan. Aku bisa melihat betapa Angga bahagia ketika dia memuji Kayla. Aku tidak bisa membayangkan betapa kecewanya Angga jika nanti Angga tau jika ternyata akulah sosok Kayla yang selama ini merawat dan menjaganya. Angga memang pantas dengan Kayla, yang satu pemuda yang gigih dalam usaha dan yang satu pintar dan cantik pasangan serasi. "Nay!" Panggil Kayla mengagetkanku. "Hmm... " Jawabku. "Aku mau jalan lagi nanti malam sama Angga." Kata Kayla. "Kalau Angga udah mulai ngajak ngebahas masa lalu kamu alihkan ya pembicaraannya, jangan sampai salah ucap Kay." "Iyaa ... Kamu santai aja. Aman pokoknya. Aku gak akan sampai keceplosan kok." "Kamu masih terus melanjutkan misimu buat balas dendam ke Abdi ?" "Untuk saat ini mungkin iya. Tapi untuk nanti lihat kedepannya saja." ***** Aku tersenyum puas ketika naskah yang aku kirimkan sudah di terima oleh penerbit dan tanpa ada yang perlu kuperbaiki lagi. Bahkan sekitar satu bulan lagi sudah mulai cetak untuk di terbitkan. Belum lagi aku menerima email dari editor novel onlineku bahwa aku bulan ini menerima 65 dollar yang jika di rupiahkan bisa mencapai hampir satu juta jika dicairkan di innovel dan dreame. "Alhamdulillah." Ucapku penuh syukur ketika aku berhasil mencairkan uang honorku. Memang novelku yang berjudul DUA CINCIN dan ISTRI TERBUANG itu best seller sekali sehingga aku dapat memenangkan lomba menulis novel. Trus juga novel dewasaku yang kutulis dan sering kucetak hingga terulang 2 kali cetak membuat tabunganku semakin banyak. "Kanaya !" Panggil Abdi dari kejauhan menghampiri aku. "Mau ngapain lagi kamu ?" "Aku mau balik sama Kayla. Aku udah putus sama Siska. Aku menyesal udah ninggalin Kayla. Tolong bantu aku buat ngeyakinin Kayla untuk maafin aku." Kata Abdi memohon. "Itu bukan urusanku Abdi. Kamu sudah menyia-nyiakan apa yang sudah Kayla berikan untuk kamu, jika kamu mau kembali pada Kayla silahkan berusaha semampu kamu sendiri untuk mendapatkan hatinya kembali." Kataku sambil berjalan meninggalkan Abdi. "Tunggu Nay, tunggu !" Abdi menarik tanganku. "Lepas gak !" Perintahku pada Abdi. "Lepaskan tangan kamu dari Kanaya !" Kata Angga yang tiba-tiba datang dan menghentak tangan Abdi hingga melepas tanganku. "Kamu lagi ! Jangan suka ikut campur dengan urusan saya !" Kata Abdi marah dan membentak Angga. "Apa yang menjadi urusan Kanaya juga akan menjadi urusan saya." Kata Angga dengan wajah yang juga tak kalah garang. "Memang kamu siapa ?" "Calon suami Kanaya !" Kata Angga yang membuatku membulatkan mata. "Kamu ? Calon suami Kanaya ?" Tanya Abdi seolah ragu. "Iya. Ada yang salah ?" "Kanaya itu tidak lebih dari sebuah benalu. Dirumahnya saja dia tidak pernah dianggap. Bahkan dia tidak punya prestasi lebih, apa yang kamu lihat dari dia sehingga kamu mau dengan Kanaya dan kamu membela dia seperti ini ?" "Benalu masih lebih terhormat daripada sebuah sampah seperti dirimu. Sudah dibuang tapi masih terus berharap !" "Aku bukan sampah !" "Kalau begitu bangkaikah ? Sebaiknya kamu segera pergi dari sini dan jangan pernah berani munncul di hadapan Kanaya atau di hadapanku lagi jika tidak aku bisa saja menghancurkanmu dan pekerjaanmu !" Ancam Angga. Abdi tidak banyak berkata, dia pergi begitu saja meninggalkan aku dan Angga dengan wajah penuh emosi. Aku tidak ingin berlama berada di dekat Angga, aku memutuskan untuk pergi menjauh darinya. "Kamu mau kemana Nay ?" Tanya Angga menarik tanganku. "Aku masih ada urusan lain." Kataku sambil menarik tanganku dari Angga. "Tidakkah kamu berterimakasih padaku karena aku telah menolongmu dari sampah itu ?" "Terima kasih sudah menolongku." Aku kembali beranjak meninggalkan Angga. "Kamu tidak mau bertanya kenapa aku mengatakan bahwa aku adalah calon suami kamu di hadapan sampah tadi ?" "Tidak ! Karena aku tau kamu hanya bercanda dan hanya karena ingin menolongku. Sekali lagi aku ucapkan terimakasih dan berhenti untuk mengikutiku." Kataku tegas dan itu berhasil membuat Angga sudah tidak mengikutiku lagi. ****** Aku sedang membersihkan halaman samping rumahku, membantu bunda yang mencabut rumput sejak sore tadi. Sementara ayahku memilih untuk menyirami tanaman. Kayla yang baru saja pulang langsung masuk ke rumah dan belum keluar rumah sedari tadi dia sampai. Aku masuk ke rumah untuk mengambil bunga lili di kamarku yang sudah mulai layu, kebetulan sudah 4 hari airnya belum aku ganti jadi aku berniat untuk mengganti air di dalam vas bunga. "Nay ?" Panggil Kayla. "Ya Nay? Jawabku. "Udah cantik belom ?" Tanya Kayla. Aku melihat Kayla dari atas sampai bawah. Memakai celana jeans panjang dan kaos berkerah warna hijau rambut yang di gerai bergelombang dan sedikit riasan membuat Kayla terlihat semakin cantik. "Cantik Kay." "Makasih." Kata Kayla kembali masuk kamar. Aku keluar dan melanjutkan kegiatanku lagi. "Assalamualaikum." Ucap Angga saat baru datang. "Walaikumsalam." Jawab bundaku. Bagaimana bisa Angga sampai di rumah kami. Benarkah hubungan mereka berdua sudah berjalan ke tahap lanjut ? Secepat itukah ? Entah kenapa aku begitu tidak suka jika Kayla berhubungan dengan Angga. "Angga .... " Sambut Kayla dengan riangnya. "Hai Kay .... " Sapa Angga lagi. "Haloo ... Siapa ini ?" Tanya Ayah. Kayla memperkenalkan Angga pada Ayah dan bunda, respon mereka berdua begitu baik menerima kehadiran Angga. Mungkin memang Kayla dan Angga berjodoh. Aku sengaja tidak mau mendekat karena selain Kayla tidak memanggilku, aku juga tidak ingin bertemu Angga dan tidak ingin bergabung dengan mereka. "Sudah dilanjut ya ngobrolnya, ayah sama bunda mau lanjut bersih-bersih lagi." Pamit ayah. "Iya om tante." Jawab Angga. "Kanaya !" Tiba-tiba Angga memanggilku. Aku menoleh mendengarkan Angga memanggilku. "Kamu ngapain ?" Tanya Angga lagi. Aku memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Angga dan kembali melakukan aktifitasku. "Kanaya lagi repot ngurus bunga lili kesayangannya Angga, kalau udah kaya gitu biasanya dia gak mau diganggu." Kata Kayla menimpali. "Bunga lily ?" Tanya Angga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD