HUJAN

1051 Words
Aku mendorong Erlangga yang menduduki kursi roda. Melihat dia tergeletak selama beberapa hari bahkan hampir seminggu di ranjang membuatku sedikit iba. Awalnya aku ragu untuk menawari dia keluar kamar karena takut akan menyinggungnya. "Apakah di luar hujan ?" Tanyanya lagi. "Iya." "Dokter Kayla kapan saya bisa mendapatkan donor mata ? Saya ingin melihat hujan." Nyessss .... Hatiku tetiba iba mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Erlangga. Pasalnya aku sendiri tidak tahu kapan Erlangga akan mendapatkan pendonor mata. Aku sempat menanyakan hal ini pada Kayla, dan Kaylapun juga tidak tahu soal itu. "Kamu mau melihat hujan ?" Tanyaku. "Aku sudah tidak bisa melihat hujan." Jawabnya. "Tunggu sebentar." Aku berlari kecil keluar dari ruangan Erlangga, aku ke ruangan perawat jaga untuk meminta kursi roda dan membawanya ke Erlangga. "Kenapa ini ?" Tanya Erlangga yang bingung karena aku tiba-tiba menganggak badannya. "Ikut aku ya ?" "Kemana ?" "Ikuti saja." Erlangga tidak banyak perlawanan. Meskipun badannya sungguh berat dan aku sedikit merasa berat mengangkatnya tapi aku merasa senang ketika berhasil membawa dia menduduk kursi rodanya dan membawa dia keluar kamar dan menyusuri koridor rumah sakit. "Kita mau kemana ?" Tanyanya. Aku tidak menjawabnya. Aku membawa Erlangga ke gedung belakang rumah sakit, di depan kami ada taman kecil yang dibawahnya ada kolam ikan hias. Aku meraih tangan Erlangga dan menengadahkannya pada rintik air hujan. "Walaupun kamu belum bisa melihat hujan, tapi kamu masih bisa merasakan hujan." Kataku. Tidak ada suara yang keluar dari mulut Erlangga, jemarinya masih bermain dengan gemericik air hujan yang menjatuhi tangannya. Tak lama kemudian dia tersenyum. Aku ikut tersenyum melihat Erlangga ikut tersenyum. Aku mengambil ponsel dan headsetku, ku buka aplikasi pemutar musik, kupasangkan headset di kedua telinga Erlangga dan aku putarkan lagu milik Mariah Carey yang berjudu Trough the rain. "Percayalah Erlangga, kamu harus yakin kalau suatu hari nanti kamu bisa melihat kembali." Kataku sambil memegang lengan Erlangga. "Terimakasih dokter Kayla." ***** Pertemuan pertama kami tidaklah mengesankan, tapi itu meninggalkan rasa yang tertanam. Jika bukan karena Angga kecelakaan, tidak mungkin aku bisa mengenalnya. Suara roda yang berpadu dengan aspal jalan sangat kencang hingga membuat semua mata menoleh kearah pemuda yang menggunakan motor CBR 600cc berwarna merah itu sudah tergeletak bersimbah darah di jalan raya. Semua orang yang ada berlari ke arah pemuda itu untuk berbondong melihat apa yang terjadi, termasuk aku. Entah mendapat keberanian darimana aku mendekat kearah pemuda itu, entah sadar atau tidak dia meraih tanganku dan meminta tolong padaku. Aku meminta bantuan kepada orang-orang disekitar untuk membantuku mengangkat pria itu ke dalam mobilku. Aku membawanya ke rumah sakit terdekat untuk memberikan pertolongan padanya. Entah kenapa aku merasa memiliki ikatan dengan pria yang bahkan belum kutahu namanya tersebut. Belum selesai ceritaku yang kemarin, entah kenapa aku ingin menceritakan kisah tentang Erlangga. Kupikir ini akan menjadi semakin menarik jika dibumbui dengan beberapa hal yang dramatis walau tidak sesuai dengan keadaanku yang sebenarnya. Aku memiliki ide cerita yang akan mengubah beberapa hal tentangku. Entah kenapa perkenalanku dengan Erlangga membuatku muncul beberapa ide cerita yang mungkin bisa membuat novelku lebih bagus dari biasanya. "Nay!" Panggil Kayla yang tiba-tiba masuk kamar. "Hai Kay. Udah balik ? Tumben ?" Tanyaku. "Aku punya kabar baik dan buruk." "Kabar baiknya apa dan kabar buruknya apa ?" "Kabar baiknya besok Erlangga minta pulang." "Hah ?" Entah kenapa mendengar kabar Erlangga pulang bukannya aku senang tapi aku merasa sedih. Karena aku merasa setelah ini aku tidak akan bisa lagi bertemu dengannya. "Kenapa ? Sedih ya ?" "Enggak. Biasa aja." "Halah gak usah bohong. Aku tau kok kamu pasti sedih Erlangga pulang. Aku tau kok selama dua minggu ini kamu bolak balik kerumah sakit buat ngegantiin bunga lili dikamar Erlangga, trus kamu juga suka ngajak Erlangga jalan-jalan di rumah sakit kan?" "Aku cuma merasa kasihan aja sama dia Kay." "Suka juga ga pa-pa sih, emang aslinya ganteng juga tu orang. Cuma dia sedang apes aja sih." "Apa sih Kay kamu tuh." "Tapi tenang aja Nay, kamu masih tetep bisa barengan terus kok sama Erlangga." "Maksudnya ?" "Erlangga Kayla untuk menjadi perawat pribadinya di rumah. Dia mau Kayla tinggal bersama dia dan merawatnya sampai dia menemukan pendonor mata dan dia bisa melihat lagi. Erlangga juga berani membayar tinggi untuk itu." "Waow... Berarti kamu tambah sibuk dong Kay ?" "Aku ?" "Iyalah, dia minta kamu kan Kay ?" "Yang dia mau itu kamu. Bukan aku." "Apa sih Kay maksudnya ?" "Dia mencari Kayla yang sabar, pengertian dan yang setiap hari datang membawakan bunga tulip untuknya, siapa coba orang itu ? Kamu Nay, bukan aku." "Apa sih maksudnya ? Aku gak ngerti Kay." "Pihak rumah sakit tahunya aku akan menjadi perawat pribadi Erlangga ketika aku ga ada jadwal co as, tapi aku tidak akan kesana. Aku sangat tidak suka diperintah oleh orang lain jika itu bukan pimpinanku, aku juga masih ingin memiliki waktu luang untuk sekedar jalan-jalan dengan teman-teman dan Abdi, dan kamu harus bertanggung jawab atas apa yang sudah kamu lakukan." "Kay jangan bilang ...." "Yes .... Lakukan itu sepulang kamu kuliah, selepas kamu gak ada jam kuliah. Kamu bisa kesana berikan perawatan dan pelayanan yang terbaik untuk Erlangga seperti yang kamu lakukan selama ini ketika dia di rawat di rumah sakit. Kalau ada apa-apa kamu bisa telpon aku nanti aku bisa kasih tau obat apa yang bisa kamu berikan ke Erlangga." "Kay kamu jangan gila." "Lakukan yang terbaik, aku yakin kamu pasti bisa. Cuma sebentar kok. Aku usahain Erlangga akan dapat pendonor mata secepatnya biar kamu bisa lepas tugas ini. Nanti bayaran dari Erlangga bisa kamu ambil semua, aku gak akan minta sepeserpun. Soal ayah dan bunda aku bisa bantu ngomong ke mereka nanti kalau Erlangga meminta kamu tetap disana selama 24 jam." "Kay kamu gak bisa kaya gini Kay, harusnya kamu tolak aja kan bisa ?" "Kalau aku tolak bisa berhubungan dengan hasil nilai praktikku juga. Aku gak bisa bilang apa-apa selain mengiyakan apa yang jadi perintah dari dokterku. Lagian kamu kan yang udah bermain api, jadi kamu harus bertanggung jawab. Lakukan dengan baik agar aku juga mendapatkan nilai dengan baik. Agar aku juga bisa secepatnya lulus. Penilaian dari Erlangga juga berpengaruh padaku." "Kay ...." "Udah ya Nay, kamu bisa siap-siap mulai sekarang, bawa perlengkapan secukupnya. Untuk obat-obatan besok aku siapin dari rumah sakit. Aku mau mandi dulu, mau pergi sama Abdi." Kayla pergi meninggalkanku begitu saja. Aku menutup laptopku begitu saja tanpa mematikan terlebih dahulu. Jujur aku bingung harus bagaimana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD