Sepuluh tahun yang lalu setelah Presiden Derek Yaga meninggal, Aprin Yaga sang anak pertama naik takhta sebagai presiden, meskipun menyebut diri sebagai presiden, namun sistem yang dianut adalah monarki keturunan.
Tahun ke-35 setelah pembentukan Linkton, Aprin menjadi presiden kedua yang cukup di segani, permainan mematikan yang di buat bahkan sebelum Linton berdiri di hapuskan.
Namun, pro dan kontrak mewarnai hal itu selama lima tahun kepemimpinan Aprin, bagian pro adalah rakyat miskin yang butuh anak mereka untuk bekerja dan juga menyambung keturunan, sementara kontra adalah mereka yang merasa Linkton semakin sempit.
Dari pihak kontra berdiri Lubes yang saat itu sebagai menteri teknologi, dengan kudeta Lubes dan beberapa pengikutnya, dia menggulingkan Aprin, lalu menghukumnya mati.
Meskipun adik dari Aprin, Lubes tak benar-benar peduli. Yang ada dalam pikirannya hanya bagaimana caranya ia bisa menguasai Linkton. Dan dengan otaknya ia bisa menggirim opini buruk sehingga memperkeruh kudeta, membuat militer bergabung dengannya.
Di tali gantungan ia melihat Aprin, kakak kandungnya sendiri mati dan mengusir kakak ipar serta keponakannya.
Beberapa waktu kemudian Lubes naik takhta. Tangan dingin Derek Yaga, ayahnya jatuh ketangannya, kebijakan-kebijakan baru yang lebih menakutkan pun dibuat, permainan mematikan kembali dibuat yang sudah masuk tahun kelima.
Dengan Lubes menjadi presiden, sudah ada setidaknya hampir satu juta penduduk yang berkurang, entah karena eksekusi masal ataupun ujian mematikan itu.
Lagi-lagi dengan otaknya Lubes bisa meyakikan semuanya seolah keadaan itu memang harus berjalan tanpa ada sedikitpun kesalahan di dalam pemerintahannya itu.
Tahun ini Lubes memasuki usia 60 tahun, dia sudah melewati banyak penderitan, mulai dari perang dan wabah yang menghancurkan dunia. Bahkan saat ayahnya membentuk negara adidaya ia menjadi saksi yang sampai sekarang masih hidup. Berbekal ilmu politik dan kecakapannya dalam berbicara, ia mulai mempengaruhi para rakyat Linkton.
Kebijakan paling mencolok yang di buat Lubes adalah setiap anak berusia tujuh tahun harus masuk sekolah, karena ia ingin anak-anak itu menjadi pandai dan suatu saat bisa membangun Linkton menjadi sebuah negara satu-satunya yang makmur. Meskipun ketika menginjak usia delapan belas tahun mereka lagi-lagi dipaksa ikut ujian mematikan agar bisa lulus dari sekolah dan mendapatkan pekerjaan yang mereka inginkan.
Hal itu sebagai bentuk terciptanya sumber daya manusia yang bagus dalam bidang tertentu.
Janji manis dan iming-iming selalu Lubes dengungkan setiap pidato sebelum ujian berlangsung, bahkan dengan mudah para rakyat mendapat simpatinya, mempersilahkan anaknya diambil paksa yang mereka tahu bahwa itu mungkin adalah terakhir kalinya mereka bertemu.
Sebenarnya dari semua itu ada sebuah ladang bisnis dari para milyader Linkton, mulai dari pengusaha hingga dokter bedah yang selalu menunggu tubuh-tubuh itu untuk dijadikan eksperimen ataupun di jual pada black market. Lubes selalu berdalih bahwa uang-uang itu untuk kepentingan negara tanpa dia sentuh sedikitpun untuk dirinya sendiri.
Padahal ia juga menikmatinya uang-uang itu, ia bisa menggunakan semua uang itu membuat hidupnya merasa nyaman begitu juga keluarganya.
Lubes memiliki istri yang cantik meskipun sudah memasuki usia baya, memiliki dua anak satu bagian dari menteri dan seorang lagi perempuan yang menjadi dokter.
Ia sudah mendeklarasikan diri sebagai presiden seumur hidup, jika ia turun takhta, maka kekuasaan anak jatuh ke tangan sang anak.
Maka dari itu ia berusaha meyakinkan semua orang untuk mendukung keluarganya menjadi penguasa di Linkton. Ia ingin keluarganya menjadi penguasa satu-satunya, terlihat egois memang.
Namun, ia selalu berpikir bahwa semua itu atas jasa dari ayahnya Derek Yaga yang menjadi salah satu bagian terpenting dari terbentuknya sebuah negara adidaya bernama Linkton.
Meskipun sebenarnya Derek diangkat menjadi kepala negara karena tak ada yang mau memimpin Linkton, yang saat itu masih menjadi sebuah negara miskin.
Apalagi Linkton menjadi satu-satunya negara yang berdiri, para anggota senat tak ada yang mau mengambil resiko tinggi meskipun akhirnya mereka juga yang membuat Linkton menjadi negara adidaya.
Mungkin suatu saat juga akan ada negara baru lagi. Hal itu juga yang membuat Lubes ingin tetap menguasai semuanya, ia akan dan keturunan nya akan berusaha tetap memimpin negara itu sampai kapanpun.
***
Sementara itu di kota Luxeoxon, seorang pemuda berusia 25 tahun seperti tengah berdebat dengan seorang perempuan paruh baya.
"Tapi, kenapa harus pergi secepat ini ke Capital City, Ayyan?" tanya Perempuan itu yang tak lain bernama Kasandra, ibu dari pemuda yang di panggil Ayyan.
"Secepat ini kata ibu? Setelah pengasingan di kota miskin ini selama 15 tahun, ini terlalu lama, Bu," kata Ayyan dengan sedikit menahan emosinya. "Aku sudah mengatur siasat untuk pergi ke City, mereka tak akan mengenali Ayyan sang anak Aprin."
"Tapi, Ibu khawatir, Ayyan," ujar Kasandra.
"Khawatir untuk apa, Bu? Aku sudah dewasa, sudah seharusnya aku mengambil hak keluarga kita yang sudah di ambilnya," ucap Ayyan lagi. "Ibu tenang saja, Ayyan pergi kesana bukan dengan tangan kosong."
Setelah mengucapkan hal itu Ayyan mencoba tersenyum dan menenangkan hati sang ibu yang terlihat begitu gundah.
Wajar saja, karena Ayyan akan pergi ke Capital City, kota yang sangat membekas di kepala keluarga Aprin.
Bagaimana tidak, kota itu sudah membuang mereka 15 tahun lalu setelah Aprin di hukum mati di tiang gantungan, karena sebuah kudeta yang di lakukan beberapa orang.
Kasandra dan Ayyan kecil saat itu yakin bahwa itu hanya sebuah kebohongan, tapi mau tak mau mereka harus mengikuti perintah pengasingan diri.
Setelah belasan tahun berlalu Ayyan mencoba mengambil kembali hak keluarga nya dari tangan Lubes. Mungkin tak semudah itu, tapi jika tidak maka mereka akan terus di sana sampai mereka mati.
Ayyan kini sudah berusia 25 tahun, pikiran dewasanya sudah begitu matang, ia adalah pemuda cerdas yang pandai berpolitik.
Setelah mengganti namanya menjadi Ryan, ia masuk sekolah dan ikut dalam berpolitik. Kota kecil dengan penghuni tak lebih dari 3000 penduduk itu tak pernah mengirim satu pun siswa yang di haruskan ikut ujian, karena di Lexeoxon penduduknya hanya akan menjadi pegawai kecil dan petani yang miskin.
Setelah mencoba menenangkan pikiran sang Ibu, Ayyan mencoba mengajaknya untuk tidur dan beristirahat, karena esok akan menjadi hari yang berbeda bagi Ayyan.
Kasandra mengikuti ajakan sang anak dan masuk kedalam kamarnya, meskipun ia tak benar-benar bisa tidur.
Semenjak di tinggal Aprin, yang ia punya hanya Ayyan, tapi kini Ayyan anak lelakinya berniat ingin pergi mencari keadilan untuk keluarganya.
Kasandra takut jika terjadi hal-hal tak baik jika Ayyan sudah berada di Capital City nantinya.
Meskipun ia tak tahu sudah sejauh mana Ayyan mempersiapkan itu semua.