chapter 9

1929 Words
Suara tangisan itu tak bisa terlupakan dengan beberapa ingatan memori pada masa silam, pelukan yang seharusnya ia selalu hadirkan setiap saat. Peperangan itu menghadirkan luka tersendiri dengan kesahnya yang merelakkan sang buah hati. Ketika harapan itu ada ketika cinta itu hadir, kau tahu. Ibumu akan selalu cinta padamu demi para Eru. Ir i estel na- ennas ir i mel na- ennas, cin know. Cín naneth will always mel cin an i sake -o i Eru. Suara pekikan kuda itu kini terhenti ketika para volker membawa Rana Jarvish melewati Scanton hingga Zion. Kuda kesayangan Yang Mula Raja untuk sang istri tercinta, lagipula hampir tak pernah ia seperti ini sebelumnya dengan para volker yang menghentikan kuda-kuda mereka. Para volker kini melindungi Rana Jarvish dengan tombak yang mereka hunuskan ke arah depan ketika para petani itu melewati jalan menuju perbatasan menuju Wriston. Suara langkah kaki itu terlihat oleh Rana ketika dirinya masih dalam berada di dalam jubah tersebut. Hanya langkah kaki yang ia lihat dengan Rana yang masih terdiam diatas kuda kesayangan Yang Mulia Raja. Beberapa volker kini terdiam dengan para petani tersebut menghentakkan beberapa kacang hijau ke jalanan. "Kami kelaparan, apakah kalian memiliki emas yang bisa kami belanjakan ketika menuju desa di Kota Whitney," suara seorang pria tua itu kini membuka topinya dengan wajah yang memelas. Ia memohon dengan beberapa rekan-rekannya yang kini menatapnya para volker dengan pilu. Tak ada gerakan apapun dari Rana Jarvish ketika melihat masyarakatnya kini meminta kepingan emas, karena ia sangat tahu ini adalah tanda-tanda ketika ia keluar dari Wilayah Wriston. Jubah berlapis emas itu kini menjadi sorotan dengan Rana yang masih di lindungi oleh para volker, beberapa diantara prajurit itu kini saling melirik dengan salah satunya yang turun dari kuda mereka hingga memberikan satu keping emas untuk seorang petani tersebut. "Terimakasih, semoga Grissham semakin sejahtera," suara seorang pria tersebut kini meronta dengan tangan yang bergetar. Ia menangis dengan melihat banyaknya kepingan emas yang berada di tangannya. Beberapa volker kini membawa kembali Rana Jarvish menuju perbatasan hutan dengan kekuatan sihir dari Camello. Tak berselang lama wajah-wajah tua itu kini berubah menjadi salah satu wajah tengkorak dengan kepulan asap berwarna hitam. "Dia adalah Yang Mulia," suara bisikan itu kini menggema dengan kabut berwarna hitam di atas langit-langit Zion. Beberapa serigala hutan berwarna hitam itu kini mengeluarkan sepasang mata hitamnya dengan berlari mengejar para volker disana. Terompet gading itu kini terdengar dengan para volker yang melindungi Rana Jarvish menuju Wriston. Beberapa diantaranya menghadang para gerombolan serigala tersebut dengan para volker yang tewas dengan mereka yang menginginkan Rana Jarvish. Kalung itu kini bersinar dengan kedua matanya mengeluarkan sinar biru. Kau tak kuizinkan menggunakan kekuatanmu, Ir i estel na- ennas ir i mel na- ennas, Jarvish. Suara Camello kini terdengar di benak hati seorang Rana. "Percepat Whither, kau bisa. Sebrangi perbatasan lautannya. Kau pasti bisa Whither," suara Rana kini tak menggubris para serigala yang kini mengejar dirinya hingga melewati hutan di perbatasan Zion. Kedua mata itu kini mengeluarkan sinar biru dengan jubah emas yang masih melindungi tubuhnya. Whither, kuda putih itu kini terpanggil ketika Rana menyebutkan nama dari Evan yang memberinya. Kuda putih itu adalah hadiah untuk istrinya dengan Evan yang menginginkan Whither selalu menjaga Rana Jarvish ketika keluar dari Wilayah Wriston. "Kau bisa Whither, selangkah lagi. Sebrangi lautannya. Jalannya mulai terbuka, jangan lihat para serigala itu," suara Rana kini mengikuti kecepatan Whither yang berlari melewati jalan yang terbuka di lautan tersebut. Air mata itu kini menangis dengan mengingat Edward sang putra tercinta. Jika bukan suaminya sakit keras ia takkan keluar dari Wilayah Wriston, kekuatan batu itu kini bersinar dengan Rana yang masih menyebrangi lautan di perbatasan Zioris. "Aku sangat mencintaimu dan putra kita. Janjiku kepada Lord Vada dan Maha Eru Illuvatar," suara Evan kini terdengar dengan kedua bola mata Rana yang masih mengeluarkan sinar birunya. Ini adalah sihir dari Camello dengan dirinya yang memang melindungi adiknya dari jauh. Kau tak kuizinkan menggunakan kekuatanmu, Ir i estel na- ennas ir i mel na- ennas. Suara itu kini semakin menggema dengan kabut hitam berisikan para serigala hutan berwarna hitam yang mengejar Rana di perbatasan. Para volker yang satu persatu melindungi Rana Jarvish pun kini habis termakan oleh para serigala pembunuh tersebut. "Cepat Whither, Demi Akasia," suara Rana Jarvish kini menangis dengan melihat dinding tinggi dari Wriston. Dinding itu kini bercahaya dengan tembok raksasa dengan lingkaran emas bercahaya. Para Axon kini memasang pemanah dengan menunggu Rana memasuki gerbang utama tersebut. "Buka gerbangnya," teriak Vandielle ketika melihat istri dari Yang Mulia Raja itu memasuki gerbang Wriston. Sudah tak bisa di pungkiri jika Rana Jarvish tercium oleh para musuh di luar sana. Sinar sihir berwarna violet itu kini membentuk sebuah gelombang dengan menyingkirkan para serigala hitam tersebut. Beberapa serigala itu mundur dari Wriston dengan mereka yang kembali dan para volker yang telah mati dibiarkan begitu saja dengan nyanyian para axon dengan tubuh para volker yang hangus terbakar. Tubuh itu kini terlemas dengan Rana yang tiba di depan gerbang wriston. Kedua bola mata biru itu kini meredup dengan Whither yang jatuh diatas rerumputan. "Yang Mulia," suara beberapa para elvis dengan melihat Rana Jarvish terjatuh diatas rerumputan hijau tersebut. "Jarvish," teriakan dari Evanjors kini terbangun dari sebuah ranjang besar dengan seprai berwarna emas tersebut. Tubuhnya terlihat bugar dengan mahkota yang kini berada di puncak kepalanya. Ia terbangun dengan tubuhnya yang sudah kembali hingga kesemula. Keringat itu kini menuruni kening miliknya dengan pandangan mata sendu, ia tak menginginkan istrinya keluar dari Wilayah Wriston. Sayangnya Lord Vada menginginkan hal lain dengan pesan dari Yang Mulia Luza mendiang ayahnya yang mengorbankan Landmark untuk Jarvish dan juga putranya. Camello masih berdiri disana dengan kedua mata sinar merahnya memandang langit-langit. Ia berdiri diantara para Axon di atas istana dengan para Axon yang masih mengeluarkan kekuatannya melindungi wilayah kerajaan ini. Kepulan awan hitam di Wilayah Zion itu kini menghilang dengan kedua tangannya yang mengepal dengan dirinya yang merasa sakit di bagian ulu hatinya. "Aku tak pernah menginginkanmu mati, adikku," bisikan Camello dengan suara dirinya yang selalu mengontak isyarat kepada Rana Jarvish dengan kekuatannya membaca pikiran itu. "Salam Akasia yang Mulia Camello, saat ini Yang Mulia Raja Evan sudah sadar dari istirahatnya. Yang Mulia menunggu anda di Aula Kerajaan sekarang," suara seorang pelayan kini menemui Camello dengan perintah dari Evan. Wajah itu kini mulai terlemas dengan Camello yang menahan kekuatannya seusai melindungi adiknya di Perbatasan Zioris menuju Wriston tersebut. I feeling exists ir i iar mel gwedh na- connected until i tád are separated because -o destinui i wants, i mel will always n- ennas ir hain are go-. Suara nyanyian itu kini terdengar jelas dengan para ives yang berjaga di seluruh gerbang wriston. Rana Jarvish, wanita itu terjatuh dari whither kuda kesayangan Raja Evanjors terlebih ia keluar Wriston demi melihat suaminya yang dalam di ambang kematian. [Mereka saling mencintai, bahkan tidak ada satupun para eru yang mampu memisahkan mereka. cinta itu akan selalu ada bersama mereka berdua.] Hain mel each other, ú- even a minei eru tur- separate hain. Mel will always n- with hain ui- Tiara keemasan itu kini terukir diatas puncak kepala seorang Velorine seorang galadriël dari Wriston terlebih ia menguasai Wilayah Axon. Batu permata itu bersinar ketika Yang Mulia mencium Raja Evanjors. Itu pertanda jika mereka sudah mengetahui keberadaan Jarvish berada di Wriston. Vandielle kini mendengarkan Velorine ketika elvis itu berbicara. Beberapa para eru justru tak menginginkan Jarvish keluar dari Wriston, semuanya sudah terjadi bahkan setengah kekuatan Jarvish berada pada Ev, panggilan galadriël untuk Raja Evanjors di Idzackel. "I Magia was so polodren i hain even targeted i draganor with i rod plural rodyn sarn plural serni -o i gods." Suara Vandielle dengan menjawab Velorine. Elvis itu kini sangat tenang dengan dirinya membawa air suci untuk Jarvish, tubuh Yang Mulia yang baru saja ia genggam dengan puncak kepala yang ia genggam. Galadriël itu kini menatap Vandielle dengan dirinya tak berkata apapun. Apa yang ia lihat adalah rasa kecewa yang sangat besar dari rasa cinta untuk seorang Jarvish, istri dari Evan dengan panggilan kesayangan Yang Mulia Raja. Vandielle kini terdiam dengan Velorine yang berdiri dengan membawa air suci tersebut diantara para ives yang menyanyikan disana. Pepohonan itu mengeluarkan suara nyanyian para elvis dengan kekuatan magia dengan penyembuhan. Almightui galad chose ha. Because i rod plural rodyn -o i gemstone lies with i rí cóon, Ev wants hon bereth na always n- okaui. O eru's mel an Jarvish, suara Velorine kini bersama nyanyian para ives dengan para ives yang berputar dengan menyanyikan seruan para eru. Vandiell yang kini lebih memilih kembali menuju dinding gerbang dan berjaga di gerbang wriston. Manik mata hijau itu kini terlihat gusar ketika dirinya melihat ke sekitar bahkan magia selalu melindungi Wriston dengan kekuatan para Ives disana. Keringat dingin itu kini menghias di setiap kening Jarvish, teriakan bahkan kesakitan itu terdengar dengan Jarvish yang di selamatkan oleh ayah mertuanya, Luza yang kini membawa pedang dengan tubuhnya di penuhi darah. Dirinya berlari dengan menyelamatkan Jarvish yang tengah menggendong Edward diantara peperangan bahkan api yang berada di wilayah perbatasan. "Pergilah Jarvish. Temui Ev, kumohon. Lepaskan Edward, biarkan putramu bersama dengannya," suara Luza dengan tubuhnya yang terkena hunusan pedang tersebut. Bahkan beberapa para orc itu kini terlihat menyeramkan dengan tangisan Jarvish disana. "Edward," suara Jarvish kini terbuka dengan memanggil putranya, bahkan Velorine kini tersenyum dengan melihat wajah Jarvish yang tersadar dengan dirinya yang berada di atas ranjang berukuran king size. Kalung permata berwarna biru itu kini terlihat menyalang dengan Velorine yang melihat keindahan batu tersebut. Kalung pemberian Raja Evanjors untuknya dengan Jarvish yang tak diizinkan menggunakan kekuatannya terlebih jika kekuatan itu diketahui para morellëth para peri hutan yang siap memberikan kabar kepada makhluk immortal lainnya terlebih para serigala itu hampir saja menginginkan Jarvish. Wajah cantik bercahaya itu kini terlihat teduh dengan kecantikan Jarvis meliputi Wriston, bahkan ia adalah salah satu elvis paling tercantik dengan memasuki light elf. Saliva itu kini naik turun ketika ia berbicara bersama Vandielle selama proses penyembuhan Jarvish. "Kau akan baik-baik saja, jauh lebih baik kau tetap disini. Suamimu seperti apa yang di harapkan olehmu ia kini sudah kembali dengan kekuatan baru," suara Velorine dengan dirinya yang kini menatap wajah Jarvish. Lagipula Jarvish tak ingin berdebat dengan Velorine dengan statusnya yang menjadi galadriël di Wriston, suara kuda itu kini terdengar dengan keadaan whither yang baik-baik saja ketika Vandielle memberikannya rerumputan. Jarvish yang kini terbangun dengan wajahnya yang melihat keluar, terlebih kuda kesayangan suaminya itu kini terlihat sehat dengan dirinya yang baru saja membawa Whither diambang kematian demi keegoisannya menuju Grissham. "Aku sangat mencintainya, terlebih dengan putraku. Tidak ada seorang ibu yang menginginkan putranya terluka terlebih ia adalah pewaris dari Landmark," suara Jarvish dengan berbicara kepada Velorine. Velorine yang memahami Jarvish pun kini tersenyum dengan mengambil air suci ketika ia bersama para ives. Air suci itu kini berada di atas cawan berwarna perak dengan Velorine yang memegangnya. Jarvish kini membalikkan tubuhnya dengan mendekati Velorine, air matanya menetes dengan dirinya yang memegangi kalung permata berwarna biru tersebut. "Aku sangat mencintainya," bisik Jarvish dengan Velorine yang masih terdiam disana terlebih kedua mata itu melihat Jarvish meminum air tersebut hingga habis. Ia sangat sadar jika Jarvish sangat mencintai Evanjors dengan merelakkan putranya. Tetap saja para eru memilih putranya karena kekuatan itu ada pada putranya. Takdir Lord Vada tidak pernah berubah, "Kau harus menerimanya. Putramu akan menerima pemberkatan dari Yang Mulia Arthur." Jarvish pun kini menyeka air matanya dengan suara pekikan kuda yang kini Vandiell mengusap bulu halus kuda milik Raja Evanjors berwarna putih itu, beberapa sinar pun terlihat dengan Jarvish yang kini mengusap kalung tersebut. Ia sangat mencintai suaminya bahkan darah dagingnya sendiri, ia putraku dan ia akan sendirian disana dengan menemui naga itu. Kau tak mengerti perasaanku Velorine, suara bisikan itu terdengar oleh Velorine. Elvis itu kini lebih memahami perasaan Jarvish.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD