PART 2

796 Words
Kumandang azan subuh menggema di pagi hari disambut dengan nada alarm Ayu yang juga berbunyi. Ayu terbiasa bangun saat azan subuh kemudian menunaikan sholat subuh dan bersiap-siap untuk berangkat bekerja. Ayu memang tidak mengambil cuti setelah pernikahan begitu dengan Aldy. Kedua tetap melakukan rutinitas seperti biasanya. Jika biasa pasangan yang baru menikah akan mengambil cuti bulan madu tetapi tidak untuk kedua orang ini. Bahkan untuk kabar pernikahan mereka tidak ada yang tahu kecuali keluarga dekat. Flashback on “Oke, Aldy akan ikuti semua keinginan Mama, tapi Aldy hanya akan melaksanakan resepsi pernikahan untuk keluarga dekat saja. Tidak akan ada pesta meriah, kalau perlu cukup dengan ijab qabul didepan beberapa saksi saja.” Ucap Aldy kepada sang mama yang tengah berbaring di salah satu kamar rumah sakit. Orang tua Aldy tepatnya sang Ibu kekeh ingin Aldy menikahi Ayu yang tak lain adalah anak dari sahabatnya. Mama Aldy dan orang Ayu berjanji akan menikahkan anak mereka jika berbeda jenis kelamin. Aldy sempat menolak keinginan sang Mama dan bersikeras tidak akan menurutinya. Namun Mama Aldy mengancam akan mengakhiri hidupnya jika Aldy tetap menolak. Alhasil sang mama nekat menenggak pil tidur dalam jumlah banyak hingga menyebabkan overdosis dan dilarikan kerumah sakit. Aldy hanya menunduk sedih duduk di bangsal rumah sakit. Dirinya benar-benar dihadapkan pada pilihan yang sulit. Aldy tak mungkin mengakhiri hubungannya dengan Putri yang sudah berjalan 4 tahun. Namun disatu sisi dia juga tidak bisa menolak permintaan mamanya setelah sang mama melakukan percobaan bunuh diri. Beberapa diri menghela napas kasar mencoba memikir solusi lain yang bisa dia lakukan. Namun keputusan sang mama sudah bulat. Aldy harus tetap menikah dengan Ayu anak dari sahabatnya. Setelah kepulangan dari rumah sakit kedua keluarga ini mulai melakukan persiapan untuk pernikahan Aldy dan Ayu. Aldy beserta kedua orang tuanya tengah duduk di ruang keluarga sedang membahas persiapan pernikahan. “Sayang, percaya sama mama. Ayu adalah istri yang terbaik untuk kamu.” Ucap sang mama masih berusaha meyakinkan anaknya. “Terbaik menurut mama tapi belum tentu terbaik untukku,Ma.” Ucapnya dingin membuang muka dari tatapan orang tuanya. Sang Mama, nyonya Adelia hanya menghela napas dalam berharap suatu saat hati anaknya bisa luluh dan menerima keputusannya. “Oh ya Aldy, apakah kamu sudah pernah bertemu dengan Ayu calon istrimu ini?” ucap tuan Arnold sang papa. “Belum pa, lagi pula Aldy tidak peduli seperti apa orangnya. Bukankah mama sudah kalau dia adalah perempuan terbaik.” Nada bicara seakan menyindir ucapan Mama sebelumnya. “Sebaiknya kamu bertemu dulu dengannya nak. Atau kamu hanya ingin bertemu nanti saja saat akad nikah?” ucap sang papa kali ini dengan nada menggoda. Aldy tetap tak tergoda dengan ucapan papanya justru malah memberikan tatapan tajam dan kemudian pergi meninggal kedua orang tuanya. Benar saja, menjelang hari pernikahan pun Aldy tak ada niat untuk bertemu Ayu. Dirinya dan Ayu bertemu untuk pertama kalinya didepan penghulu saat akan mengucapkan ijab qabul. Sekilas dari penglihatan Aldy pada Ayu, memang calon istrinya ini terlihat cantik dan manis. Tentu tidak melebihi kecantikan Putri kekasih Aldy sejak bangku kuliah. Putri adalah satu-satu perempuan saat ini yang mengisi hati Aldy dan sampai kapanpun tidak akan pernah tergantikan. Prosesi ijab qabul berlangsung lancar, setelahnya mereka hanya mengadakan syukuran kecil-kecilan karna sesuai permintaan Aldy tidak ada pesta pernikahan yang mewah. Aldy terkesan memang ingin menyembunyikan pernikahannya dengan Ayu dari orang-orang sekitarnya. Namun Aldy tidak menyembuyikan dari Putri. Perempuan itu mengetahui tentang kekasihnya yang dipaksa untuk menikahi gadis lain demi sang mama. Sakit hati tentu saja, putri sempat mengamuk mendengar kabar tersebut dan menghindari Aldy untuk beberapa hari sampai akhirnya Aldy memohon dan meminta Putri untuk menunggunya. Dari Awal Aldy memang berencana untuk membuat perjanjian pernikahan ini karna dirinya tidak bisa melepaskan putri yang sangat dicintainya. Flashback Off “Pagi Bang.” Sapa Ayu begitu dirinya keluar dari kamar dan mendapati Aldy tengah duduk di meja makan sedang minum kopi. Aldy terkejut mendengar sapaan Ayu pada dirinya hanya menatap Ayu yang sudah bersiap dengan seragam kerjanya. “maaf, karna aku tidak membuatkanmu sarapan pagi ini.” ucap Ayu berjalan menghampiri Aldy dengan sedikit rasa bersalah. “tidak masalah. Bukankah semalam udah gue bilang, kalau gue gak akan nuntut lo untuk melayani gue.” Jawab Aldy dengan nada santai kemudian asyik dengan handphone ditangannya. “baiklah.” Ucap Ayu kemudian meraih gelas di raknya dan mengisi dengan air putih untuk ia minum. “Apakah berangkat kerja pagi ini?” Tanya Aldy mengingat sekarang masih jam 06.30 WIB. Pria ini biasanya berangkat kerja jam 07.15 menggunakan motornya. “Iya, pertama kalinya aku berangkat kerja tidak dari kosan, aku tidak yakin estimasi waktu yang aku butuhkan untuk sampai dikantor. Jadi sebaiknya berangkat lebih awal. Abang sendiri tidak berangkat kerjakah?” “Gue biasa berangkat jam 07.15 lagi pula gue pakai motor paling Cuma 15 menit sudah sampai kantor.” “Baiklah, kalau begitu aku berangkat dulu. Takut nantinya Busway semakin penuh.” Ucap Ayu kemudian meraih tasnya dari atas sofa dan berlalu keluar rumah. Aldy masih menatap punggung Ayu hingga menghilang dari balik pintu. Pria ini kemudian tersenyum mengingat kembali Ayu yang memanggil “Abang” “Apa dia benar-benar menganggap gue sebagai kakakany?” pria itu menggelengkan kepala kemudian menghabiskan kopinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD