Chapter 9

1162 Words
Seorang Kevino Adrian, seumur hidup gak pernah pegang yang namanya pohon mangga kini harus mencari pohon mangga yang berbuah untuk ia panjat. Kevin sudah membeli buah rambutan yang bisa ia dapatkan dengan mudah di supermarket, lalu kini Kevin tinggal mencari buah mangga yang menggantung di pohonnya. Mengendarai mobil di malam hari saat pukul tujuh malam, sudah hampir dua jam Kevin mencari pohon mangga yang berbuah tapi tidak ia temukan. Hampir menyerah, tapi sekali lagi Kevin ingat jika ia mencari buah mangga muda ini demi calon bayinya. Pencarian Kevin tidak sia-sia, ia menghentikan mobil di tepi jalan lalu berhenti saat melihat pohon mangga yang cukup tinggi itu sedang berbuah, pemilik pohon mangga itu terlihat sedang duduk di teras rumah, dan Kevin tebak jika rumah itu adalah milik seorang perwira tentara, pagarnya saja sudah kentara loreng-loreng. “Permisi, pak.” Sapa Kevin dari luar pagar. Seekor anjiing langsung menggongong membuat Kevin nyaris berlari terbirit-b***t. Orang yang di panggil Kevin berdiri, berjalan menghampiri dengan hanya memakai singlet putih dan sarung yang melilit pinggang. “Nyari siapa?” suaranya sangat garang, Kevin bergidik ngeri. Tapi ia ingat jika istri dan bayinya sedang menunggu ia pulang dengan membawa mangga. Gonggongan hewan peliharaan membuat bising telinga Kevin, dengan berani Kevin menatap pria yang ada di depannya ini. “Maaf pak mengganggu waktunya. Saya sudah dua jam muter-muter kesana kemari buat nyari mangga muda tapi gak dapet-dapet, kebetulan buah mangganya bapak berbuah, apa boleh saya minta beberapa biji?” tanya Kevin sopan. “Kamu kan bisa beli.” “Kalau begitu saya beli sama pohonnya boleh, pak?” kata Kevin yang tak paham maksud dari pemilik pohon mangga itu. “Malam-malam begini mau mangga muda, itu di pinggir jalan sana banyak kenapa minta yang di pohon?” suaranya sama sekali tidak ramah. Kevin meringis, ia menatap buah mangga yang bergelantungan itu. Apa ia harus menyerah saja ya? Tapi tidak, sekali lagi Kevin ingat permintaan Liora. “Istri saya lagi nyidam pak. Dia mau mangga muda kalau saya yang petik langsung dari pohonnya, boleh ya pak. Masa’ bapak tega sih sama bayi yang belum lahir, nanti kalau udah lahir ngeces terus gimana pak?” Kevin memohon dengan wajah yang tentu saja tetap terlihat sopan. Lelaki yang di ajak bicara oleh Kevin terdiam, lalu membuka pagar rumahnya dan membiarkan Kevin masuk. “Yaudah sana petik aja, kasian istri kamu udah nungguin di rumah.” Tiba-tiba suaranya melembut dan mempersilahkan Kevin untuk memanjat pohon mangga. Saat sudah berhadapan dengan pohon mangga, Kevin garuk kepala. Ia tidak bisa memanjat pohon, ini gimana caranya dia petik mangganya coba? Mengambil nafas dalam lalu membuangnya sekilas, Kevin memegang batang pohon mangga itu untuk berusaha memanjatnya, jika bukan karena Liora dan bayi itu, sepertinya Kevin gak akan pernah mendapatkan pengalaman manjat pohon malam-malam begini. Hampir setengah jam Kevin berusaha manjat dengan susah payah, akhirnya dia berhasil sampai di atas pohon dengan nafas kembang kempis. Pemilik mangga menggeleng geleng melihat Kevin seperti pencuri mangga. Kerja keras Kevin terbayar saat ia sudah memetik tiga buah mangga, senyum mengembang di bibir Kevin, Liora pasti senang kalau tau kerja kerasnya sampai kayak gini. Beberapa saat kemudian Kevin baru sadar, ia melihat ke bawah di mana ia tidak tau bagaimana caranya turun. “Pak. Tolongin pak. Ini gimana saya turunnya!” seru Kevin. Hewan peliharaan kembali menggonggong. Tak lama si pemilik mangga datang dengan membawa tangga, Kevin pun bisa turun dengan mudah. “Terima kasih, pak. Maaf banget udah ngerepotin malam-malam begini.” Kata Kevin. “Kamu pasti cinta banget sama istri kamu, ya? Udah sana balik, anak sama istrimu pasti udah nungguin tuh.” Cinta? Kevin belum sepenuhnya yakin apa ia mencintai Liora, ia berusaha seperti ini krena permintaan dari calon bayi. “Sekali lagi terima kasih mangganya. Kalau boleh ini saya beli berapa ya, pak?” “Bawa pulang aja. Gratis.” Jawab si pemilik pohon mangga. Kevin tersenyum, menjabat tangan pemilik mangga sekilas sebelum pamit pulang. Di rumah terlihat Liora sudah menantikan Kevin pulang, melihat penampilan Kevin yang kusut sana sini tidak Liora pedulikan, yang Liora pedulikan hanya buah mangga dan rambutan di tangan Kevin. “Aaa... manggaku datang!” Katanya antusias. Liora mengambil pisau buah lalu mengupas kulit mangga dengan santai, mengabaikan Kevin yang penampilannya acak-acakan karena naik pohon mangga tadi, bahkan kaos yang di pakai Kevin robek di bagian punggung ketika tersangkut oleh dahan pohon. Penampilan Kevin lebih mirip seperti orang gila, belum lagi rambut yang terdapat dauh kering nyangkut di sana. Tapi melihat Liora yang sudah anteng memakan buah yang ia bawakan tadi membuat Kevin menyunggingkan senyum. Usahanya petik mangga malam-malam tidak sia-sia setelah melihat raut wajah kebahagiaan Liora. Kevin duduk di depan Liora, memperhatikan betapa lahapnya Liora makan mangga muda seperti sedang makan ayam goreng. “Seenak itu, ya?” tanya Kevin, ia tidak ikut makan tapi giginya sudah ngilu semua. Namun Liora mengangguk antusias, “Enang banget. Aku gak tau kalau mangga muda bisa seenak ini. Kamu tadi pasti kesusahan pas metiknya, ini kayak ada bau-bau kerja keras buat metik mangganya.” Jawab Liora, mulutnya yang mungil itu mnguncup, pipinya menggembung karena terlalu banyak mangga yang di masukkan. Menggemaskan sekali. Kevin menepuk-nepuk rambut Liora. “Kamu mau juga?” Liora menawarkan potongan Mangga, Kevin akan menolak tapi Liora sudah menjejalkan potongan itu ke mulut Kevin. Terpaksa Kevin mengingit mangga tersebut, masamnya tidak ketulungan. Kevin meringis menanahan asam dari mangga muda, Kevin membuang mangga yang baru satu kali ia gigit di mulutnya. “Kayak gini kamu bilang enak? Woah, orang hamil emang gak bisa di prediksi emang.” Kevin geleng-geleng sedangkan Liora sudah tertawa. “Ini beneran enak loh. Lihat nih, aku udah habis satu. Masa’ pak Kevin satu potongan kecil aja bilangnya gak enak.” Liora memamerkan betapa enaknya mangga muda di depan Kevin, ludah Kevin membanjiri mulutnya melihat Liora yang dengan santai melahap mangga asam tersebut. Bergidik. Kevin berdiri lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, ketika ia menatap wajahnya di cermin kamar mandi, tiba-tiba.. “Aaaaa.....!” Liora berjingkrak kaget, ia berdiri lalu menghampiri Kevin. “Pak Kevin? Ada apa, Pak!” panggil Liora. Kevin menatap wajahnya di pantulan cermin, “Ini beneran aku bukan sih?” sambil nepuk-nepuk wajahnya sendiri. “Pak Kevin!” panggil Liora dari luar pintu kamar mandi. Kevin mencabut daun kering yang nyangkut di kepalanya lalu membuka pintu di mana Liora menatapnya khawatir. “Gak papa, kamu lanjut makan mangga aja gih.” Lalu pintu kembali tertutup. Kevin menatap wajahnya di cermin sambil geleng-geleng. “Seumur-umur baru manjat pohon mangga, sekalinya pulang udah kayak tarzan.” Kevin membersihkan rambutnya lebih dulu dari rumah laba-laba dan daun kering. Setelahnya ia pun mandi dan menghampiri Liora. Takjub saat melihat istrinya sudah menghabiskan tiga mangga yang Kevin petik tadi, kini Liora sedang memakan buah rambutan tanpa sedikitpun melirik ke arah Kevin. Kepala Kevin menggeleng, ia berjalan menuju walk in closet sambil mengacak rambutnya yang basah agar cepat kering. “Kayaknya bakalan panjang nih urusan sama ibu hamil.” Batinnya. ____ Bersambung... Ayo boom komen biar aku rajin update wkwk
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD