Kecemburuan Ratih

1395 Words
Ratih kembali dari rumah mbak Tri dengan perasaan bahagia karena ia telah merasa sudah berhasil mempengaruhi mbak Tri dengan menceritakan berbagai kelakuan buruk Pesona bersama pacarnya, Ratih ingin keluarga Panca mengetahui tentang sisi buruk Pesona yang selama ini memang hidup tanpa cela untuk mereka walaupun sisi buruk itu adalah sebuah hal yang hanya ada dalam karangannya sendiri dan sebuah hal yang Ratih besar-besarkan untuk merusak Citra Pesona. Wanita cantik itu kembali dengan mengendarai mobilnya dan ketika dirinya akan memasukkan mobil ke car port Ratih melihat mobil Panca sudah berada di tempat itu yang menandakan jika suaminya itu sudah pulang dari bekerja, kening Ratih sedikit mengerut karena biasanya pada jam yang sama Panca belum kembali dari kantornya. Namun, walau bagaimanapun Ratih tetap merasa bahagia karena sang suami sudah kembali Karena Wanita itu bisa segera melepas rindu dengan laki-laki yang begitu ia cintai maka Ratih langsung keluar dari mobil setelah mobil yang ia bendera ini terparkir di sebelah mobil Panca. Wanita cantik itu bahkan belum menaruh dua buah paper bag yang ia bawa dari rumah mbak Tri, Ratih langsung melangkah cepat menuju kamarnya karena sudah ingin bertemu dengan sang suami tapi wanita itu harus menelan kecewa karena Panca ternyata tidak ada di sana. "Mas Panca ke mana ya biasanya kalau dia pulang kerja dan aku nggak ada di rumah dia bakal nungguin aku di kamar," kata Ratih setengah menggerutu sembari kembali menutup pintu kamarnya perasaan wanita itu langsung tidak enak dan dia segera berjalan menuju kamar Pesona, rasanya masih begitu trauma melihat sang suami berada di kamar perempuan lain dan melihatnya memeluk perempuan itu seperti kemarin maka Ratih segera berjalan terburu-buru mencari laki-laki tercintanya itu. "Ada apa Bu?" Mbak Nur yang sedang berjalan sembari membawa pakaian yang akan dia setrika ketika melihat Ratih menutup kembali pintu kamar pesona yang baru saja ia buka, Mbak Nur bisa melihat rasa kesal bergambar begitu nyata di wajah Ratih. "Aku cari Mas Panca, tapi dia nggak ada di kamar Mbak Sona. Mbak Sona juga nggak ada mereka di mana?" jawab Ratih dengan nada kesal sambil menatap Mbak Nur yang berdiri di depannya. "Pak Panca sama Mbak Sona ada di halaman belakang Bu," jawab Mbak Nur dan tanpa berkata apapun lagi Ratih langsung berjalan menuju halaman belakang masih dengan 2 paper bag yang ia pegang, Mbak Nur yang masih berdiri di tempatnya menghela nafas berat lalu menggelengkan kepala melihat tingkah Ratih dan wanita itu melanjutkan langkah menuju tempat di mana dia akan menyetrika pakaian yang ia bawa. Ratih sama sekali tidak melambatkan langkahnya wanita itu melangkah begitu cepat karena memang perut besar yang saat ini terlihat di balik pakaiannya bukan karena adanya seorang bayi di dalamnya hingga hal itu sama sekali tidak menghalangi pergerakannya. Wanita itu terlihat begitu kesal karena di kursi taman yang ada di belakang rumahnya Panca dan Pesona duduk bersebelahan, keduanya terlihat sedang bercengkrama hangat dan senyum bahagia begitu terlihat nyata di wajah Pesona. Ratih cemburu karena tahu senyum itu tercipta karena sang suami untuk Pesona. "Mas," panggil Ratih sembari berjalan mendekat wanita itu terlihat semakin kesal karena ternyata panca dan pesona sama sekali tidak menyadari kedatangannya, Panca dan Pesona menoleh lalu keduanya terdiam menatap hati yang sedang berjalan mendekat. "Sayang kamu udah pulang," ucap Panca menyambut sang istri sedangkan Pesona terlihat kikuk dan tidak enak hati karena Ratih melihatnya sedang bercengkrama dengan sang suami. "Harusnya aku yang tanya Mas kok jam segini kamu udah pulang," tanya Ratih setelah ia menunduk untuk mencium punggung tangan sang suami dan membiarkan Panca mencium keningnya sementara di tempat duduknya Pesona hanya diam menyaksikannya. "Ya kan sore ini kita ada rencana check up kandungan Pesona jadi Mas sengaja pulang lebih awal biar bisa istirahat dulu di rumah, eh pas Mas pulang kamu nggak ada, Kamu dari mana sih?" tanya Panca sambil menatap sang istri yang berdiri di samping kursi taman laki-laki itu sama sekali tidak terlihat berencana beranjak dari sana dan hal itu semakin membuat Ratih merasa kesal. "Aku dari rumah mbak Tri, walaupun kemarin kita udah ngobrol banyak tapi aku rasa Aku masih harus ngobrol sama mbak Tri lagi. aku nggak mau Mbak Tri atau Mas Agus terus salah paham sama Mbak Sona, aku habis ngerayu mbak Tri buat maafin Mbak Sona dan anggap Mbak Sona nggak pernah melakukan kesalahan," jawab Ratih membuat sang suami langsung tersenyum bahagia karena tentu saja Panca tidak tahu apa yang Ratih katakan adalah sebuah kebohongan karena yang wanita itu katakan pada mbak Tri tadi berbeda 180 derajat dengan apa yang dia katakan sekarang. "Terima kasih ya sayang, kamu mau repot-repot dan jauh-jauh datang ke rumah mbak Tri untuk hal itu," ucap Panca, Ratih tersenyum bahagia sementara pesona hanya diam mendengarnya. "iya Mas, aku kan nggak mau kalau mbak Sona jadi dibenci karena hal ini, apalagi Mbak Sona banyak berkorban untuk anak kita," jawab Ratih dengan nada bicara yang terdengar begitu bijak wanita itu bahkan terlihat begitu merasa berhutang Budi pada Pesona, "ayo kita ke kamar Mas aku mau istirahat." "Ya udah ayo kita istirahat sebentar sebelum kita berangkat ke rumah sakit," Jawab Panca sembari meraih tangan sang istri yang terulur padanya, laki-laki tampan itu langsung bangun dari duduknya dan berjalan mengikuti langkah sang istri meninggalkan istri yang lainnya dalam keheningan. Di tengah langkahnya seng sudah semakin menjauh dari kursi taman yang masih Pesona duduki, Ratih menghentikan langkah ketika teringat sesuatu membuat Panca juga ikut menghentikan langkahnya. "kenapa sayang?" tanya Panca pada sang istri yang berdiri di sebelahnya. "Aku lupa ini ada titipan mbak Tri buat Mbak Pesona," jawab Ratih sembari menatap paper bag yang masih ia pegang, 1 paper bag itu berisi barang-barang miliknya dari mbak Tri sedangkan satu paper bag lainnya adalah milik Pesona yang mbak Tri titipkan padanya. "Ya udah kalau gitu sini Mas kasih, Pesona," jawabannya dengan begitu sikap tetapi sang istri malah menjauhkan paper bag itu dari tangan sang suami. "Nggak usah, kita taruh aja di dapur nanti Mbak Sona juga pasti ke dapur kan," jawab Ratih cepat sembari menarik sang suami untuk melanjutkan langkah akhirnya Panca pun hanya pasrah menuruti keinginan Ratih. "Mbak Sona ini ada titipan dari mbak Tri aku taruh di dapur ya!" seru Ratih dengan suara agak keras sadar pesona yang masih duduk di kursi taman bisa mendengarnya, Panca hanya diam melihat hal itu sambil menatap pesona yang sedang tersenyum pada mereka. "Iya Mbak Ratih, terima kasih," jawab Pesona dengan begitu lembut, wanita itu lalu bangun dari duduknya dan berjalan menuju rumah untuk bersiap-siap Karena setelah ini mereka akan pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kandungannya. "Kamu kenapa sih sayang aku cemberut gitu? capek ya sini Mas pijitin," kata Panca dengan begitu lembut setelah ia dan sang istri memasuki kamar, Panca menata Ratih yang sedang membuka dressnya lalu membuka bantalan perut yang ia kenakan dari tadi dan melemparnya asal ke atas sofa. "aku tuh capeknya di sini Mas nggak akan bisa dipijitin!" jawab Ratih sambil mengelus dadanya membuat sang suami mengerutkan kening bingung mengapa Ratih mengeluh seperti itu tapi yang Panca lakukan adalah mendekati wanita cantik itu lalu memeluknya. "Capek hati Kenapa sayang, coba cerita sama mas," tanya Panca sambil mengelus rambut sang istri dengan begitu lembut. "Aku tuh repot-repot ke rumah Mbak Tri buat belain Mbak Sona, biar mbak Tri sama Mas Agus nggak benci sama Mbak Sona tapi setelah aku pulang aku malah ngelihat kamu deket-deket sama dia, Aku cemburu Mas!" keluh Ratih dengan nada kesal membuat sang suami tersenyum geli lalu saat kemudian senyum itu langsung hilang dari wajah tampannya. "Kami cuma ngobrol karena kamu nggak ada di rumah, kamu jangan cemburu buta gitu ah, jadi capek hati sendiri kan. Lagian masa Mas gak boleh ngobrol sama Sona, Kamu kan tahu kalau kami bersahabat sejak kecil apalagi sekarang Sona lagi mengandung anak kita," kata Panca memohon pengertian sang istri, Ratih menghela nafas berat karena walau bagaimanapun apa yang Panca katakan padanya benar. Ratih merasa tidak ada seorangpun yang bisa mengerti perasaannya kalau dirinya benar-benar merasa takut kehilangan Panca karena Pesona juga mencintai laki-laki itu, Ratih benar-benar merasa terancam dengan kehadiran Pesona dan cintanya. "Kamu yang tenang ya Sayang, kamu nggak akan pernah kehilangan Mas, cinta Mas hanya buat kamu dan nggak pernah berubah sedikitpun," ucap Panca sembari kembali memeluk sang istri, laki-laki itu tahu jika Ratih benar-benar sedang cemburu saat ini, selain cemburu pada istri muda sang suami Ratih juga merasa cemburu karena Pesona bisa mengandung dan melahirkan putranya sedangkan dirinya tidak bisa melakukan hal itu. Panca benar-benar mengerti apa yang istrinya rasakan saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD