Professor Khalid (b)

1803 Words
Atlas menjatuhkan tubuhnya tepat di atas kasur king size miliknya, kedua mata yang sedang menikmati pemandangan di atas langit kamarnya membuat Atlas kembali memikirkan sesuatu tentang apa yang ia lihat sekaligus dengan apa yang dirinya bahas bersama dengan Carlos, Valerie, Enola dan Yara. Mungkin tadi memang mereka membahas pembicaraan yang sangat berat untuk di bahas oleh mereka semu di mana mereka umurnya masih menginjak umur dewasa, yaitu sekitar empat belas sampai tujuh belas tahun. Well, memang iya Yara masih menginjak umur empat belas tahun sedangkan yang paling tertua di antara mereka adalah Carlos di mana umur laki-laki itu sudah menginjak tujuh belas tahun. Walaupun hanya beda satu tahun dengan umur Atlas tetap saja laki-laki itu lebih waras ketimbang Carlos yang terkadang sikapnya seperti ke kanak-kanakan, ya sebagaimana terkadang Caros bisa memposisikan waktu dan kondisi jika ia harus bersikap serius memang. Atlas menarik nafas panjang, masih dengan posisi yang sama laki-laki itu masih bergeming di atas kasur dan belum membersihkan tubuhnya sama sekali sejak tadi siang. Iya, saat ini sudah sore akan menjelang malam dan misi akan di lakukan besok pagi sedangkan dirinya dan ke empat temannya belum melakukan persiapan sama sekali karena ada saja hal yang membuat kita semua membahas dan menghabiskan waktu yang ada. Sial! Kenapa hari ini full sangat melelahkan sih? Padahal mereka sedang tidak melakukan pelatihan fisik atau semacamnya. Yang ada pikiran mereka terus menerus bekerja dan itu membuat mereka berlima sangat kewalahan, memang sih hal itu memang hal yang wajar karena bagaimana pun otak bersinkron dengan baik pada tubuh. Karena apapun keadannya cara kerja mereka memang seperti itu bukan? Jika otak memikirkan sesuatu yang berlebih dan itu mampu membuat tubuh juga menyerap apa yang ada di tubuh kita berlebihan, dan ya! Tubuh menjadi merasa lelah sekaligus capek secara bersamaan. Dan lagi, setelah makan malam nanti mereka berlima akan kembali berkumpul di tempat yang sama. Yang tentu di saat mereka melakukan pertemuan Yara akan menutupi keberadaan kita semua seperti yang sudah-sudah. Maka dari itu, setelah percakapan tadi. Atlas merasa kita semua perlu untuk beristirahat untuk besok pagi. Karena apapun itu kita memang butuh tenaga yang banyak agar melakukan misi dengan baik dan penuh semangat juga bukan? Dan lagi, jika sampai mereka terus berlatih, menyusun strategi bahkan dan lain sebagainya. Itu akan menguras tenaga dan pikiran kita, jika hal tersebut di lakukan secara sekaligus kemungkinan terbesar Atlas, Carlos, Yara, Valerie dan begitu juga Enola akan merasakan kelelahan yang amat luar biasa. Sial! Kenapa harus mepet sekali sih waktu yang sudah di tentukan oleh professor Khalid? Apa memang keadaan sudah sangat mendesak sehingga laki-laki tua itu melakukan misi tersebut secara mendadak dan kesannya terlalu terburu-buru. Entah, Atlas tidak tahu pasti seperti apa kebenarannya. Karena jujur ia tidak ingin kembali berfikir keras atau apalah itu namanya untuk sekarang ini. Hal yang di butuhkan Atlas sekarang adalah beristirahat, hanya beristirahat dan tidur sekitar dua atau tiga jam senelum melakukan makan malam nanti. Terlebih lagi, jika dirinya tidak beristirahat. Atlas tidak ingin menjadi beban di antara teman-temannya yang rela membantunya secara suka rela sebagaimana nyawa mereka berempat adalah taruhannya. Hah! Sebenarnya ini kenapa sih? Ada apa? Kenapa bisa ini terjadi sebegitu mudahnya seperti halnya air mengalir. Lagi pula Atlas ini siapa? Dirinya ini siapa di dunia ini? Jelas-jelas ia bukan siapa-siapa. Tetapi kenapa ia harus melakukan hal tersebut? Bertanggung jawab untuk pernasalahan yang tidak ia ketahui sepenuhmya, jujur ini terdengar sangat tidak adil. Bahkan Atlas pun kadang sempat berfikir, bahwa sebaiknya hidup yang selalu ia jalani ini yang terkesan buruk bahkan memuakkan. Itu lebih baik ketimbang ia hidup di dimensi dan dunia ini di saat semua hal yang tidak ia ketahui adalah tanggung jawabnya selama ini. Dan bagi Atlas, itu melelahkan sekaligus mengerikan. Karena ia tidak tahu bahwa dirinya akan berhasil atau tidak melakukan misi tersebut. . . . Vion memasuki ruangan pribadi professor Khalid, sesudah ia mengetuk pintu akhirnya laki-laki tersebut menarik knop pintu dan membukanya lebar. Di sana sudah ada laki-laki tua yang ternyata memang sudah menunggunya sejak tadi dan itu membuat Vion tersenyum hormat kepada porfessor Khalid. Rasanya sangat melelahkan, di mana ia mengharuskan memberi peresaran surat perizinan untuk melakukan misi kepada seluruh wali murid di seriap sudut tempat kerajaan ini. Ayola, hal tersebut bukanlah hal yang di kakukan sesikit waktu atau semacamnya karena sejujurnya siswa siswi di akademi ini sekitar ratusan lebih atau bisa ribuam? Entahlah, Vion tidak ingin menghitung hal itu karena bagaimna pun itu cukup melelahkan dan cukup membuat kepalanya ingin pecah rasanya jika memikirkan itu kembali. Belum lagi kebanyakan dari orang tua murid mereka memang banyak yang tidak terima dan menentang misi tersebut secara terang-terangan, seperti dugaannya hal itu bukanlah hal yang sangat ramah untuk di jalani oleh anak-anaknya. Terlebih halnya di saat mereka percaya dengan istilah sejarah jaman dahulu dan juga legenda-legenda yang selalu di bahas oleh semua orang dan di percayai sangat keramat. Hah! Membingungkan! Apapun yang terjadi saat ini benar-benar sangat membingungkan dan cukup menguras otak sekaligus tenagannya. Langkahnya mendekat ke arah Professor Khalid dengan sopan. Lantas berdiri tepat di hadapan laki-laki tua tersebut dengan kedua tangan yang sengaja ia lipat ke belakang. “Bagaimana Vion?” Tanya Professor Khalid saat melihat asisten pribadinya itu kembali dengan baik sebagaimana ia tahu wajahnya terlihat kusut dan terlihat jelas bahwa ia memang merasa kelelahan. Vion menarik nafas panjang, “Sudah aku sampaikan ke seluruh irangvtua para murid, dan ya…..,” “Tidak semua dari mereka yang menyetujui anaknya untuk mengikuti misi ini professor,” Tangan Vion menyodorkan beberapa kertas yang bisa di hitung olehnya. “Namum ada juga yang menyetujui anak mereka mengikuti misi ini dan juga mereka mentandatangani perizininan tersebut,” lanjut Vion yang kedua matanya memandang kertas-kertas yang baru saja ia berikan kepada professor Khalid. Professor Khalid memandang kertas tersebut, kemudian tangannya mengambil salah satu kertas itu dan membukanya. Tak lama, tangannya ia kembali menaruh kertas tersebut. Diam tidak memberi komentar apapun karena ia juga memahami rasa ke khawatiran mereka sebagai orang tua. Dirinya tidak bisa memaksa, karena bagaimana pun hal tersebut adalah kewajiban para orang tua untuk mengizinkan atau tidak. “Hanya sekitar dua puluh orang yang di izinkan untuk ikut?” Tanya Professor Khalid kepada Vion dengan kedua matanya masih melihat kertas perizininan secara satu persatu. Vion menganggukan kepalnya, membenarkan ucapan professor Khalid yang baru saja di utarakan olehnya. “Dan itu terlalu banyak sekali pertimbangan yang di lakukan oleh mereka,” Jawab Vion jujur. Iya, itu benar. Beberapa orang tua yang mengijinkan anaknya menjalani misi ini banyak sekali hak yang di fikirkan dan di pertimbangkan oleh kedua orang tua mereka. Dari segi reward, posisi, kondisi, bahkan halnya kekuatan yang di miliki oleh anaknya. Karena biasanya orang tua yang seperti ini adalah orang tua yang memang selalu berfikir panjang jika ada hal yang terjadi sesuatu ke depannya. Memang itu adalah hal yang bagus dan hal yang patut di laksanakan dengan baik karena bagaimana pun sesuatu yang membuat nyawa adalah taruhannya adalah sesuatu yang resikonya sangat besar. Dan jika orang tua mereka yakin dengan apa yang anaknya miliki bahkan anak yang merasa mampu mereka juga bisa merasakan ketenangan bahkan kelegaan bahwa mereka bisa menjalani misi ini secara lancar tanpa adanya penghalang dan penghambat lainnya. Professor Kahlid pun tahu dengan semua hal tersebut, sebagai orang tua pun ia paham bahwa orang tua siswa dan siswinya ingin yang terbaik buat mereka semua. Bahkan melakukan perjalanan dan misi secara lancar, karena bagaimana pun semua butuh persiapan yang matang dan mental yang kuat untuk menjalani hal ini. “Apa Atlas akan mengikuti misi ini?” Tanya professor Khalid tanpa menatap ke arah asistennya sama sekali. Iya, dia masih sibuk membaca kertas tersebut satu persatu. “Seperti yang kau ketahui, kakak laki-laki Atlas selalu saja tidak peduli dengan apa yang adiknya yang akan lakukan. Jika kau mempertanyakan ia ikut atau tidak jelas Atlas akan mengikuti misi ini bukan? Karena bagaimana pun kunci permasalahan ini dan juga yang mampu menyelesaikan ini hanyalah Atlas seorang,” Jawab Vion sedikit ragu. Professor Khalid entah kenapa mendengar hal tersebut sedikit terkekeh pelan, “Ya, mungkin memang kunci penyelsaian masalah tersebut ada di dalam diri Atlas. Akan tetapi semua teman-temannya tidak akan membiarkan Atlas menjalani misi ini seorang diri, apa aku benar Vion?” Vion mengangguk pelan, menyetujui ucapan yang baru saja Professor Khalid katakan, “Kau benar Tuan, karena bagaimana pun mereka selalu menganggap jalan yang Atlas pilih itu baik untuk ke depannya,” “Ya, itu sudah sangat pasti,” Kata Professor Khalid dengan senyuman yang terukir di wajahnya. Laki-laki tua itu menghela nafas panjang. Membalas tatapan Vion yang tengah menatapnya juga. “Vion,” Panggilnya pelan, dan itu cukup membuat Vion langsunh menegakkan tubuhnya refleks saat Professor memanggil namanya. “Aku tau mungkin ini akan makin melelahkan bagimu, tetapi aku memiliki permintaan yang ingin aku sampaikan padamu,” Baiklah, sudah Vion tebak sejak tadi. Karena bagiamana pun Vion mengerti dengan segala apa yang sudah ia ketahui sejak kemarin saat Professor Khalid menjelaskan dan menceritakan semuanya ke laki-laki itu tanpa terkecuali. “Besok, di saat Atlas dan teman-temannya menjalani misi. Bisakah kau memantau mereka semua dari jauh dan kau kasih aku apapun yang terjadi nangi di sana? Karena bagaimana pun sebenarnya aku juga merasakan ke khawatiran yang sangat tinggi jika Atlas gagal atau gugur di tengah jalan,” Jelas Professor Khalid dengan nada yang amat sangat pelan. “Dan juga jika laki-laki tersebut mengalami kejadian hal yang sampai merenggut nyawanya, aku benar-benar tidak akan memaafkan diriku sendiri, entah itu di dimensi ini atau diriku sendiri di dimensi lain,” Vion diam, tidak menjawab atau apalah itu namanya karena Vion pun memahami hal tersebut dengan sangat baik. Bahkan laki-laki itu pun mengerti dengan kondisi atau posisi yang sedang di rasakan professor Khalid. Awalnya Vion pun tidak paham, bahkan semua penjelasan yang professor Khalid lakukan tidak sama sekali masuk ke dalam otaknya. Tetapi saat ia berfikir terus menerus bahkan sampai mencoba memahami semua icapan professor Khalid secara berulang-ulang akhirnya ia paham, Vion paham dengan sendirinya. Maka dari itu Vion kembali menyerahkan semua apa yang ia bisa untuk membantu Professor Khalid untuk menuntaskan pernasalahan yang sedang terjadi. “Kau tidak perku merasa bersalah seperti itu tuan,” Kata Vion yang sedang mencoba menghibur san menenangkan atasannya itu, sebenarnya ia tahu apa yang dirinya lakukan hanyalah sia-sia dan tidak berguna juga. Akan tetapi apa salahnya jika ia tidak mencoba melakukan hal kecil nan spele seperti itu kan? “Karena aku yakin, Atlas akan baik-baik saja apapun keadaan kedepannya nanti,” Lanjutnya lagi dengan senyuman yang tertera di wajah tampannya. Professor menghela nafas panjang, merubah posisinya menjadi berdiri dan langkahnya mengarah ke arah jendela besar di kamarnya. Kedua matanya memandangi pemandangan luar dari dalam, entah apa yang ada di pikiran tuannya itu Vion tidak bisa menebak sama sekali. “Ya, kau benar,” kepalanya menoleh ke arah Vion membalas tatapan itu dengan tatapan hangatnya. “Sepertinya memang aku terlalu berlebihan untuk mengkhawatirkam hal yang sudah pasti.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD