Valerie (a)

1061 Words
“Jadi apa yang baru saja kalian bahas?” Suara Carlos terdengar ke indera pendengaran Atlas dan Yara. “Sepertinya sedikit serius bukan?” Tubuh laki-laki itu ia hempaskan ke atas masur king size milik Atlas. “Karena wajah dan tubuh Yara terlihat menegang,” “Apa katamu?” Jawab gadis itu langsung karena tidak terima dan tentunya salah tingkah. “Hah! Obrolan apa yang bisa membuatku kaku? Tidak akan pernah ada!” Lanjutnya santai sebari bangkit dari duduknya. “Oh tentu ada! Jika itu berhubungan tentang Atlas,” Godanya lagi dan itu cukup membuat Yara muak. Tahan Yara tahan, jangan memberi hukuman kepada manusia satu ini. Karena percuma, Carlos tidak pernah ada rasa kapok atau semacamnya dan itu cukup membuat Yara kesal kepadanya. “Terserah!” Atlas yang baru saja menyisir asal rambut hitamnya yang sedikit basah dengan jari jemarinya hanya menatap malam kepada mereka berdua, “Aku sudah siap,” Celetuknya tiba-tiba. “Makan malam akan di mulai sekitar lima belas menit lagi bukan?” Tanya Atlas memastikan karena sebelumnya saat dirinya mandi tadi Carlos memberi tahu bahwa makan malam di mulai pulul delapan malam dan saat ini jam sudah menunjukan pulul delapan kurang lima belas menit. “Kau yakin akan ikut makan malam saat ini? Dengan situasi yang belum fit sama sekali?” Tanya Yara sebari menatap Atlas khawatir. Atlas menoleh ke arah gadis dengan rambut hitam legam yang sengaja ia urai, senyuman tipis itu terarah kepadanya. “Aku tidak selemah seperti yang kau pikir Yara, aku tahu tentang kondisiku saat ini. Yara hanya menghembuskan nafasnya, “Baiklah, aku juga tidak bisa memaksa kehendakmu,” Jawabnya sebari menaikan kedua pundaknya tidak peduli walaupun jauh dari lubuk hati kecilnya ia benar-benar mengkhawatirkan Atlas. “Jadi, kita akan ke ruang makan sekarang atau?” “Sekarang,” Potong Atlas “Agar aku tahu situasi dan keadaan di sini,” lanjutnya lagi tanpa menunggu deretan ucapan Carlos selesai. Carlos mengangguk, laki-laki itu bangkit dari posisinya, dengan langkah yang mengikuti Atlas dan Yara yang sudah berjalan beriringan. Iya Carlos berada di belakang mereka berdua, terkadang dirinya juga peka dengan keadaan dan situsi di antara mereka berdua terutama Yara. Karena bagaimana pun, Carlos tahu perasaan gadis itu kepada Atlas seperti apa dan yang pasti perasaan itu bukanlah perasaan yang bisa Carlos jelaskan secara gamblang karena jujur ia juga tidak pandai dalam hal percintaan sebenarnya. Saat Atlas berniat menarik knop pintu kamarnya dan membukanya secara perlahan, seorang gadis berambut coklat muda dan kedua iris mata berwarna hazel itu sedang berdiri dengan tangan di udara yang mengepal seperti berniat ingin mengetuk pintunya. Melihat Atlas membuka pintu dengan Yara yang berada tidak jauh dari posisi laki itu membuat gadis tersebut hanya tersenyum kecil, namun sorot matanya langsung menatap Atlas secara cepat. “Hai,” sapanya dengan suara yang super lembut. Iya, Atlas mengakui memang bahwa suara gadis yang ada di hadapannya itu benar-benar sangat lembut sampai-sampai membuat bulu kuduk Atlas berdiri pelan, dan juga wajah cantiknya yang terkesan seperti halnya ciri khas orang-orang bangsawan. Kedua alisnya mengerut, bertanda bahwa ia benar-benar tidak mengenali gadis yang sedang berdiri di hadapannya dengan senyuman manis. “Kau sudah baikan?” Tanyanya lagi setelah sekian detik mereka terdiam dan Atlas tidak menjawab sapaan dirinya. “Ah! Aku…” Atlas refleks melirik kepada Yara yang sedang melipat kedua tangannya di depan d**a seolah-olah malas dengan pemandangan saat ini. Melihat sorot mata Atlas seperti itu dan ia paham dengan kebingungan laki-laki bodoh tersebut akhinya mau tidak mau Yara harus membantu Atlas palsu, “Dia baik-baik saja, Valerie,” Jawab Yara dengan malas. “Pacarmu baik-baik saja,” Ia melanjutkan kembali ucapannya dengan langkah yang sedikit mundur untuk menjajarkan dirinya dengan Carlos yang sedari tadi hanya diam melihat sikap mereka bertiga. Heran karena Yara yang menjawab pertanyaan itu membuat Valerie menggeleng kepalanya pelan, “Bisakah kita berbicara hanya berdua saja?” Pintanya dengan halus sebari tangan lembutnya menyentuh tangan Atlas. Reflek, laki-laki itu terkesiap. Melihat respon Atlas yang menurutnya aneh membuat Valerie sedikit bingung. “Kau…. Kena-“ “Aku tidak apa-apa,” Jawab Atlas cepat. Sialan! Hampir saja dirinya ketahuan bahwa dirinya bukanlah Atlas yang asli di dunia ini. Lantas tangannya menyambar pelan lengan Valerie, “Ingin berbicara denganku bukan? Baiklah kita cari tempat lain,” Ucapnya, sebelum membawa Valerie Atlas sengaja menoleh ke arah Carlos dan Yara. “Kalian berdua duluan saja, nanti aku akan menyusul,” . . Atlas menggerakan kedua bola matanya, melirik dan meninjau keadaan sekitar yang lumayan tidak terlalu ramai seperti halnya tadi. Laki-laki itu menghela nafas, “So…,” Tampak terlihat jelas bahwa dirinya sedang gugup sekarang. “Eee Val… tunggu siapa namamu tadi?” Atlas sedikit berfikir sejenak. “Ah! Iya aku ingat. Valerie…. Jadi apa yang ingin kau bicarakan denganku seperti yang kau bilang sebelumnya?” Ucap Atlas to the point. Valeri lagi-lagi mengerutkan keningnya, menatap aneh ke arah Atlas yang sikapnya sedikit agak berbeda dari biasanya. “Kau,” Valeri menatap laki-laki itu dari ujung kaki sampai ke ujung kepala secara seksama, memperhatikan Atlas secara baik-baik karena ia merasa heran dengan dirinya yang sedikit berbeda dari biasanya. “Kau baik-baik saja kan?” Telapak tangannya menyentuh dahi Atlas sekilas. “Kepalamu sepertinya terbentur oleh sesuatu karena sikapmu yang sedikit agak aneh dan konyol sekarang,” “Dan yang jelas, kau sedikit menegang jika aku menyentuhmu. Ada apa?” Tutur Valerie dengan penuh pertanyaan dan itu cukup membuat Atlas memaki di dalam hati sekarang. Kenapa bisa sih dia bisa bersikap bodoh sekarang? Dan lagi pula Atlas juga tidak bisa berbicara kepada Valerie secara terang-terangan kalau dirinya bukanlah kekasihnya. Ayolah! Bisa runyam yang ada jika Atlas mengatakan yang sebenarnya kepada Valeri di tambah lagi gadis itu bisa saja sedikit shock atau semacannya jika ia tahu kalau Atlas yang ada di hadapannya ini bukanlah kekasih yang ia kenal. Hah! Merepotkan. Atlas menggelengkan kepalanya, “Tidak ada apa-apa, aku memang sedikit terbentur saat menjalani misi kemarin,” Valerie memicingkan kedua matanya, “Kau yakin?” Dengan kepala yang sedikit maju untuk mendekat kepada Atlas. “Kau sedang tidak berbohong kepadaku kan?” Atlas sedikit terkekeh, “Berbohong?” Ucapnya gugup. “Ya tuhan Valerie, sepertinya kau tahu kalau aku tidak suka berbohong jika itu kepadamu,” Lanjutnya asal. Tunggu? Apa itu tadi? Kenapa dirinya berucap kata-kata menggelikan seperti itu? Astaga! Mengapa bisa? Mendengar itu terlihat helaan nafas lega pada dirinya, senyum manis terukir di wajah cantik Valerie.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD