Kekuatan Itu Telah Bangkit

1458 Words
“Jadi kau paham kan sekarang?” Tanya Carlos saat dirinya baru saja selesai menjelaskan secara rinci kepada Yara apa yang sebenarnya terjadi pada Atlas. Yara diam, tidak mengeluarkan satu patah kata pun disaat Carlos menjelaskan kepadanya, ia menghela nafas berat lantas memandang ke arah Atlas yang sudah berbaring di atas kasur. “Aku harap, kau juga tidak semenyebalkan dan semerepotkan Carlos, aku cukup lelah bersama kalian untuk melakukan misi bersama setiap harinya,” Jelas Yara dingin dan memalingkan wajahnya keluar jendela. “Oh! C’mon! Kau kenapa sih selalu saja membosankan menjadi orang?” Keluh Carlos. Atlas hanya diam, memandangi dua manusia yang sedang berdebat di hadapannya, pikirannya saat ini sedang tidak beraturan. Entah apa yang akan terjadi kedepannya, apa dirinya akan tetap disini selamanya atau bisa kembali ke dunia aslinya? Entah, Atlas tidak tahu. Yang jelas Atlas harus mencari tahu alasan mengapa Atlas berada disini sekarang. “Ngomong-ngomong,” Atlas menggantungkan kalimatnya, kedua orang yang tadi berdebat saat ini menatap ke arahnya secara bersamaan. Di tatap seperti itu membuat Atlas sedikit gugup dan salah tingkah. “Yang baru kau ucapkan tadi, yang berhubungan tentang misi, apa kau bisa jelaskan kepadaku? Dan kenapa ada luka tusuk seperti ini?” Yara menatap Atlas, gadis itu mendecak pelan sebal. Sedikit membuat Atlas bingung kenapa karakter gadis dihadapannya ini tidak ada ramah-ramahnya. Hah! Memang wanita itu manusia merepotkan. “Intinya pada saat itu kau berhasil mengambil pusaka emas di hutan Lwon pada misi pertama kita, dan Kavior tidak menerima kemenanganmu sampai pada akhirnya laki-laki licik itu menusukmu di saat kau sedang berduaan dengan kekasih kesayanganmu di perpustakaan,” “Apa katamu? Pacar?” Tanya Atlas memastikan. “Iya, kau mempunyai kekasih di sini, kenapa? Kau terkejut? Oh jangan lupa! Dan kau primadona akademi di dunia ini, sungguh sangat sempurna bukan kehidupanmu saat ini?,” Sarkas Yara. Melihat sikap Yara seperti itu membuat Carlos tergelak, benar-benar gadis yang tidak bisa menjaga sikap memang, bisa-bisanya gadis itu memperlihatkan sikap cemburunya yang jelas dia bukanlah Atlas yang asli. Yara melirik ke arah Carlos, kemudian gadis itu meniupkan udara yang beberapa detik kemudian berubah menjadi dua ekor lebah yang terbang kepada Carlos. Melihat itu Carlos membelalakan kedua matanya kemudian menatap Yara bergantian, “Astaga! Yara! Kau benar-benar kurang kerjaan,” “Hanya satu menit, setelah itu akan hilang sendirinya kau hanya perlu menunggu,” ucapnya santai sambil melihat Carlos yang menghindar dari dua ekor lebah yang dia buat lalu kembali menatap Atlas. “Kau penyihir?” “Penyihir? Carlos, kau belum menjelaskan bahwa semua siswa disini mempunyai kelebihan?“ Tanya Yara kepada Carlos yang sibuk sendiri. “Bagaimana aku mau menjelaskan hal seperti itu, kau saja datang-datang sudah marah-marah dan menamparku tidak jelas, Yara! Yatuhan ini benar-benar mengangguku,” Keluhnya. “10 detik lagi mereka akan hilang” Pandangannya kembali menatap Atlas, “Baiklah, akan aku jelaskan sekarang,” Yara membenarkan duduknya agar berdekatan dengan Atlas, maksudnya tidak terlalu dekat yang kalian pikirkan. “Seperti yang ingin kau ketahui, pertama yaitu misi. Entahlah aku pun masih belum memahami hal ini karena bagiku keadan Academy saat ini sangat kacau, seperti yang kau bil- Ah! Sial! Aku lupa kau bukan Atlas yang aku kenal,” “Lanjutkan,” pinta Atlas. “Seperti yang Atlas asli bilang, dengan krikulum Academy yang tidak pernah melakukan kegiatan praktek selama bertahun-tahun entah kenapa di tahun ini para professor dan kepala sekolah melakukan kegiatan tersebut, dan lebih parahnya lagi mereka menyuruh semua murid untuk melakukan misi mencari pusaka legenda yang dipercaya bahwa benda tersebut sudah musnah,“ “Akan tetapi aku dan Carlos pun menjadi percaya dengan apa yang Atlas asli bilang, bahwa ada yang tidak beres setelah kita menemukan pusaka emas legenda tersebut, dan pada akhirnya membuat kau terluka seperti ini,” “Jadi maksudmu academy ini sedang tidak baik-baik saja?” Tanya Atlas Yara mengangguk, “Dan Atlas asli berniat ingin mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, karena hal serius begini, nyawa adalah taruhannya,” “Lalu, misi apalagi yang akan kita lanjutkan?” Yara menggeleng tidak tahu, “Entahlah...” Carlos membuka suara setelah dua lebah yang diberikan oleh Yara akhirnya menghilang. Pandangan Yara dan Atlas fokus kepada Carlos yang melangkah mendekat ke arah mereka berdua, kali ini Carlos duduk tepat di bibir kasur yang Atlas tiduri. “Yang jelas setelah kita berhasil melakukan misi tersebut Profesor Kalid tampak terlihat lega,” “Lega?” Carlos menatap Atlas dan mengangguk, ”Yup! Padahal disaat dirinya memberi misi ini, aku bisa membaca ekpresi wajahnya yang sangat khawatir,” “Aku tidak ingin memberi kesimpulan awal karena aku masih belum bisa membaca situasi secara langsung disini, yang jelas aku hanya ingin tahu. Apakah academy ini sekolah sihir atau semacamnya?“ Tanya Atlas lagi. “Penyihir ya?“ Yara menghela nafas panjang, “Sebenarnya sih bukan, Academy ini di khususkan hanya untuk mengasah bakat para murid yang mereka miliki secara pribadi, dan murid-murid yang lulus dari Academy ini nantinya mereka akan menjadi tentara yang mengabdi kepada kerajaan, bisa juga menjadi tangan kanannya Raja ataupun Ratu,“ “Dan hal tersebut sudah di tentukan dengan nilai yang selalu kita dapatkan. Kau, aku dan Carlos terpilih menjadi tangan kanan Raja dan Ratu karena kita bertiga memiliki nilai tertinggi di Academy,” “Apa maksudmu? Nilai tertinggi?” “Iya, kau ada di peringkat pertama, aku di peringkat ketiga dan Carlos di peringkat kedua,” “Jadi maksudmu? Aku yang paling berbakat disini?“ Yara dan Carlos mengangguk bersamaan. “Tetapi yang jelas kau hanya berbakat dalam teori, karena bagaimanapun kita semua masih belum tahu bakat dan kekuatanmu apa,“ kali ini Carlos yang berbicara. “Iya, kau hanya pintar dalam teori, segala pertanyaan dan sesuatu yang tidak pernah semua orang tahu kau bisa menjawabnya, akan tetapi untuk kemarin. Disaat kau menjalani misi, caramu benar-benar kacau Atlas. Hah! Jika diingat-ingat sangat menyebalkan,” “Maksudmu?” “Kau langsung saja menyerang ular raksasa untuk mengambil pusaka emas itu. Tanpa memikirkan rencana kepadaku dan Yara,” Carlos melirik ke arah Yara, laki-laki itu juga masih tampak kesal dengan gadis berwarna hitam legam yang mempunyai kedua netra mata berwarna ungu. Atlas menghela nafas, sebagaimana ia tidak tahu yang sebenarnya terjadi saat misi pertama mereka, laki-laki itu meminta maaf kepada Carlos dan Yara, karena bagimanapun Atlas bisa melihat jelas bahwa mereka berdua terlihat kesal kepadanya. Ayolah! Bagaimanapun kan Atlas saat ini bukanlah Atlas yang mereka kenal. “Jadi, bisakah kalian memberi tahu kepadaku apa kelebihan kalian berdua? Agar di misi kedua nanti aku akan memikirkan matang-matang rencana, supaya aku tidak membebankan kalian lagi,” “Aku bisa berbicara dengan semua hewan, entah itu secara telepati atau hanya berbicara biasa seperti ini, dan aku bisa menyembuhkan luka hanya dengan persentase tujuh puluh persen, yang tandanya tidak akan bisa sembuh total, karena bagaimanapun aku harus melatih hal tersebut lagi,” Jelas Yara kepada Atlas, Atlas yang mendengarkan secara seksama dengan ekpresi datar tiba-tiba saja tersenyum kecil mendengar kelebihan gadis di hadapannya itu, itu kekuatan yang unik pikirnya. Melihat senyuman Atlas kepadanya, membuat Yara mengalihkan pandangannya ke arah lain, ia menyembunyikan wajah merahnya akibat melihat senyuman tersebut. Sedangkan Carlos yang paham dengan sikap salah tingkahnya Yara, dia hanya tertawa pelan kemudian pandangannya kembali mengarah kepada Atlas. “Aku bisa menafsirkan segala mimpi, dan aku selalu mempunyai keberuntungan,“ “Menafsirkan segala mimpi?” Carlos mengangguk, “Kelebihanku sangat keren bukan?” Godanya dengan kedua alis mata yang dinaik turunkan. “Ugh! Stop it Carlos!” Suruh Yara. “Iyaiya, aku tau aku tampan Yara,” “Ewh!” “Akuilah,” Atlas tertawa, menggeleng kepalanya pelan melihat mereka kembali berdebat. Tidak buruk. Dua kata yang terlintas di pikirannya sekarang, sepertinya Atlas akan menyukai kehidupannya di sini untuk beberapa waktu sekaligus mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya Tetapi tiba-tiba entah kenapa pandangan Atlas menjadi kabur di ikuti kepala pening yang kuat sehingga laki-laki itu sedikit mengerang. Melihat Atlas yang kesakitan, Carlos dan Yara memberhentikan aktivitas mereka dan kembali fokus kepada Atlas. “Atlas, you okay?” Tanya Yara khawatir. Atlas diam, namun nyeri di kepalanya semakin menjadi, dan entah kenapa bayangannya menunjukan macam-macam tempat secara bergantian seperti halnya video rusak. Sialan! Ada apa dengan dirinya. Masih dengan bayangan yang menganggunya, sekarang Atlas Malah mendengarkan bisikan-bisikan yang terdengar di indera pendengarannya dan mampu menbuat berdengung nyeri, “Awh!” Kedua tangannya menutupi telinga. Yara yang masih dengan rasa khawatirnya sedangkan Carlos yang melihat hal tersebut diam, memahami pergerakan-pergerakan yang Atlas alami. “Carlos! Cepat panggilan Mr. Jackson bodoh!“ Carlos terkejut, suara Yara menyadarkan laki-laki itu, “Relaks Yara, kau tidak perlu khawtir,” “Maksudmu?” Tanya Yara bingung. “Kekuatan Atlas telah bangkit,” jawab Carlos senang, mendengar tuturan itu membuat Yara kembali menatap Atlas kali ini dengan senyuman. “Welcome Atlas,” Lanjut Carlos kepada Atlas yang masih menahan sakitnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD