Atlas Asli di dimensi lain

1806 Words
Di sisi yang lain, di mana dimensi Atlas asli berada di dunia Atlas Helios yg palsu yang tengah mencerna mengapa diriny bisa di sini? Maksudnya begini, bukankah sebelumnya diribya sedang masa pemulihan dan sedang tergeletak di kamarnya sekaligus luka tusuk yang masih basah setelah ia melakukan misi pertama beberapa jam yang lalu? Lalu kenapa saat dirinya tertidur dna terbangun saat ini ada di sini? Sial! Kenapa bisa terjadi begini sih? Sebenarnya ada apa? Ini sangat membingungkan Atlas sebenarny. Terlebih lagi dengn suasana yang terlihat snagat berbeda dari tempat Atlas tinggal, di sini sudah teraku lumayan modern dan di mana ini? Ini di rumah siapa? Dan mengapa tidak ada orang di sini? Atlas masih berjalan menelusuri sebari mengelilingi setiap sudut rumah yang lumayan besar namun tidak ada siapa-siapa di sana. Di tambah luka tuduk yang Atlas dapatkan di perutnya pun tidak ada sama sekali di tubuhnya. Ajaib! Iya itu yang ada di pikiran laki-laki itu sekarang ini. Mungkin memang ini semua terlihat tidaj masuk akal bagi Atlas karena ya sejujurnya ini sangat di kuar nalar. Namun saat dirinya ingat bahwa ia dan Carlos pernah membahas dan mencoba memecahkan kisteri dunia dimensi lain di mana itu selalu ada di setiap titiknya yang rahasia buki ini tidak pernah terungkap membuat Atlas berfikir. Apakah benar Atlas sedang berada di dimensi lain? Akan tetapi kenapa bisa? Apa alasannya? Apa karena Atlas berhasil mengambil Pusaka emas itu? Tapi tidak mungkin, ia tahu pusaka emas tidak mempunyai kelebihan seperti itu atau semacamnya. Lalu ada apa? Atlas menghela nafas panjang, dengan pikiran di kepalanya yang sudah berkecamuk membuat dirinya sengaja menjatuhkan tubuhnya di atas sofa hitam di ruang tengah. Kenapa harus dirinya sih yang berada di dimensi lain? Ayola kondisi di akademi saja sedang tidak beres sekaligus tidak baik-baik saja terutama kecurigaannya terhadap professor Khalid. Lantas kenapa Atlas bisa berada di sini? Siapa yang akan menelusuri kebenaran di akademi? Yara? Dan Juga Carlos? Tidak, mereka berdua todak seberani itu jika tidak ada dirinya. Baiklah, coba kau berfikir tenang Atlas, karena bagimana pun semua yang ada di sini itu terlihat sangat tidak masuk akal olehmu bukan? Maka dari itu cobaberusaha tenang dan rileks, mungkin Atlas bisa kembali begitu saja ke duniannya. Iya, itu benar. Kali saja semua ini hanya mimpi yang tidak masuk akal, dengan begitu Atlas mencubit pahanya dengan sangat keras hubgga dirinya sedikit merungis sampai berteriak. Sial! Apa ini? Bukan mimpi juga? Lalu apa? Ya tuhan kenapa ini bisa terjadi sih? Kenapa menjadi merepotkan begini. Dengan begitu Atlas langsung menyenderkan tubuhnya lemas. “Sial! Sial! Sial!” Gumamnya yang cenderung pada diri sendiri. Ia sudah tidak bisa berfikir sekaligus tidak tahu harus berbuat apa juga karena bagaimana pun semu ini sangat di kur nalar dirinya. Seandainya, seandainya memang ada Carlos di sini mungkin laki-laki konyol tersebut bisa membantunya sekaligus memecahkan misteri dan kehidupan yang baru saja ia alami ini secara tidak masuk akal. Argh!! Rasanya Atlas ingin berteriak asal sekarang marena rasa gelisah dan stressnya yang sedang ia rasakan sekarang ini. Dengan kedua mata yang dirinya pejamkan secara sekilas Atlas langsung membuka kedua matanya saat pintu rumah terkertuk pelan. Laki-laki tersebut langsung bangkit, memasang gerakan tubuh waspada sekarang. Iya, untuk berjaga-jaga bukan? Maka dari itu, ia harus bagaimana? Alat tempur di sini saja tidak ada bagaimana ia akan menggunakan kekuatannya? Jelas kekuatan di dalam dirinya belum terbentuk sama sekali. Rasanya ingin memaki lagi, ya tuhan kenapa bisa begini sih? Baiklah, lupakan. Sekarang Atlas memang harus berwaspada lagi. “Atlas?” Panggil suara seorang gadis dari luar sana dengan ketukan pintu yang amat pelan. Atlas masih tidak menjawab, cenderung masih diam dan berjalan amat pelan seperti mengendap-ngendap ke arah pintu. “Atlas, apkah kau di dalam?” Suara itu kembali terdengar ke kndera pendengarannya. Dengan susulan ketukan pintu lagi. Baiklah, mungkin di balik pintu itu bukanlah gadis yang seorang monster kan? Karena kalau memang iya tamat sudah riwayat Atlas sekarang ini. Karena bagimana pun dirinya benar-benar tidak bisa memprotek dirinya sendiri. Ya tuhan! Kenapa nasibny begini amat sih? Memang benar-benar menyedihkan sekali Atlas sekarang juka berada di dimensi lain di mana itu tidak ada orang yang ia kenal bahkan ia ketahui. Di tambah ia juh tidak tahu bukan orang-krang di dunia ini sepertinapa? Apa itu akan menjadi manusia setengah monster? Atau manusia setengah sihir? Atau juga kemungkinan mereka bisa mahkluk heean yang bisa berbicara atau semacamnya. Iya! Mungkin seperti itu. Astaga! Kenapa pikiran Atlas menjadi konyol begini sih! “Atlas, buka pintunya. Aku membawa makan siang untukmu,” Suara itu kembali terdengar. Alhasil mau tidak mau Atlas pun membuka pintu tersebut. Secara perlahan namun pasti laki-laki itu pun membuka pintu utama dan alhasik pandangan Atlas bertemu dengan kedua mata berwarna coklat tua yang senada dengan rambutnya yang hanya sepanjang bahunya. “Kau gila? Tidak membuka pintu hampir lima belas menit di saat aku nekat untuk pergi ke rumahmu di musim dingin begini?” Omelnya sebari menerobos masuk ke dalam rumah. Atlas hanya diam, memperjatikan gadis tersebut yang sudah masuk dan menaruh sekresek bingkisan yang sempat ia bawa tadi di taruh di atas meja. Who the hell is she? Ucapnya dalam benak Atlas sekarang ini. Karena jujur Atlas tidak tahu dan tidak mengenal gadis tersebut yang tengah berada di hdapan Atlas sekaRang. “Kau tidak menyalakan penghangat Atlas? Benar-benar sinting,” Omel Annete lagi sebari mengambil remot dan menatur subu ruangan menjdi hangat. “Kau tidak tahu cuaca sekarang ini tidak masuk akal? Bisa-bisa kau mati kedinginan di sini,” celetuk ya lagi sebari melipat kedua tangannya di depan dadanya. “Kau kenapa?” Tanya Annete lagi yang sedikit heran dengan raut wajah Atlas yang terlihat seperti kebingungan. Dengan cepat Atlas menggelengkan kepalanya pelan. “Maaf, maafkan aku,” Jawab Atlas sebari melangkahkan kakinya ke atah meja dan mengambil bingkisan yang di bawa gadis tersebut. “Ini apa?” Tanya Atlas yang melontarkan pertanyaan yang bagi Annete aneh. Oh! Itu jelas. Bagaimana tidak? Ia tahu bukan kalau Annete selalu datang ke rumahnya untuk mengantarkan makanan setelah ayahnya menjnggal? Lalu kenapa ia malah mempertanyakan hal yang ia bawa? Aneh. Laki-laki itu sedang kerasukan setan apa sih? Atlas menoleh setelah membuka bingkisan tersebut, membuat Annete menaikan sebelah alis matanya heran. “Kau Lupa?” “Lupa apanya?” Jawab Atlas langsung membuat Annete mendengus kesal. Dan gemas dengan sikap Atlas yang selalu seperti ini sejak dulu terlebih setelah dirinya sudah menginjak usia sekitar lima belas tahun. “Itu menu makananmu yang selalu kau ingatkan kepadaku bukan? Kau lupa?” Jawab Annete dengan rasa kesal. Tidak, tidak terkalu kesal sebenarnya hanya sedikit kesal dan sedikit todak mood jika Atlas kumat seperti ini. “Oh? Pesananku?” Jawab Atlas sebari mengambil satu kotak bekal milik Annete berwarna kuning. “Terima Kasih,” Annete memutar bola matanya, “Ya, aku sedikit terkejut karena kau mengatakan kata “Terima Kasih” setelah seminggu aku selalu datang ke sini untuk mengantarkan makanan,” Celetuk Annete yang membuat Atlas memberhentikan pergerakannya sekilas. Lalu kemudian ia kembali melanjutkan lagi dan segera memakan makanan yang entah itu apa bamanya yang Atlas baru saja tahu baru-baru ini. Baru jaga memakan satu suap, Atlas menganggukan kepalanya. “Ini enak…..” Atlas mendongak menatap ke arah Annete yang sudah duduk di hadapan lami-laki itu. “Kau yang memasaknya atau…..,” gantungnya membuat Annete menatap Atlas dengan tatapan tidak percaya. Tunggu tunggu, ada apa ini? Kenapa Atlas jadi sering banyak membuka percakapan di antara mereka berdua terlebih lagi jadi sering menanyakan hal-hal yang tidak jelas seperti tadi. Padahal Annete tahu bahwa sahabatnya ini jarang sekali melakukan hal tersebut setelah kenadian tiga tahun yang lalu. Karena Atlas yang berubah sikap menjdi dingin membuat Annete juga menjadi merada bersalah dan tidak nyaman juga saat berdekatan dengan Atlas. Padahal jelas sejak dhulu mereka sangatlah dekat seperti halnya perangko. Tapi sayang semua itu berubah karena dirinya. Karena ulahnya dan karena tingkah laku seorang Annete yang tidak tahu terima kasih. Diam hampir benerapa detik dan mereka di selimuti keheningan setelah Atlas melontarkan pertanyaan kepadanya seperti tadi membuat Annete tersadar dari lamunannya lalu mengangguk pelan . . . Atlas yang muak dengan kehidupnya selalu menjadi bahan bullyan semua orang akibat nama yang di berikan dari sang ayah, dirinya pun tidak paham kenapa Atlas diberi nama seperti karakter utama tokoh novel kesukaan ayahnya, ditambah itu tokoh novel terkenal pada jaman Ayah nya masih muda dan masih terkenal sampai detik ini, Sehari-hari ia selalu menerima makian-makian yang membuat dirinya pusing tujuh keliling, karena itu sebagaimana novel tersebut banyak disukai semua orang, Atlas tidak ingin membaca bahkan memegang novel itu sama sekali, karena baginya novel tersebut yang membuat kehidupannya menjadi buruk. Dengan hidup yang sudah sangat melelahkan, kehidupan sialnya datang kembali, yaitu ayah Atlas meninggal secara tiba-tiba sebari memegang novel miliknya, dengan Atlas yang hanya hidup berdua kemudian berita ayahnya meninggal membuat kehidupan Atlas semakin hancur. Beberapa hari Atlas mengurung diri dirumah dan tidak keluar untuk bersekolah karena tidak ingin merasakan bullyan kembali jika ia kembali, entah kenapa rasa penasarannya tiba-tiba muncul terhadap novel yang selalu di baca sang ayah berulang kali. Dengan perasaan ragu Atlas membaca satu persatu dalam bait halaman cerita tersebut, sampai pada akhirnya ada seseorang yang menepuk pundak laki-laki itu. Dan tanpa diduga, dirinya terbangun bukan berada dikamarnya, akan tetapi ia terbangun didalam ruangan berbentuk klasik dan di sebelahnya ada seorang laki-laki berambut silver yang juga tertidur di sebelahnya. Yap! Atlas kebingungan, ia tidak tahu dimana dirinya sekarang, yang dia ingat, dia baru saja membaca dua halaman dari novel tersebut dan tertidur karena bagi Atlas sangat membosankan, tetapi entah kenapa semua disekitarnya berubah. Segera mungkin Atlas berlari kearah cermin, dan ya!!!! Wajahnya masih sama, hanya saja warna bola matanya yang asalnya berwarna hitam berubah menjadi coklat terang, dan ah! Atlas sadar ia sedang tidak memakai kacamatanya dan dia bisa melihat dengan jelas tanpa memakai kaca mata besarnya, hah! Sungguh hebat! Lalu tanpa sadar, lelaki berambut silver tersebut memanggil Atlas dan menanyakan keadaan dirinya baik-baik saja apa tidak. Atlas yang masih sedikit bingung dengan keadaannya pun bertanya kepada lelaki di hadapannya, dan ia menjelaskan bahwa Atlas sedang masa penyembuhan setelah dia berhasil mendapatkan barang pusaka pertama untuk memenuhi misi mereka. Ah ngomong-ngomong Atlas akhirnya tau nama yang tadi tidur disebelahnya, sebut saja Carlos. Carlos yang menjelaskan satu persatu kenapa Atlas bisa menjadi seperti ini akhirnya Atlas sadar, bahwa dirinya masuk kedalam novel milik ayahnya, sungguh ini di luar dugaannya. Karena bagi Atlas ia tidak terfikir bahwa ini akan terjadi. Setelah Carlos menanyakan keadaan Atlas, dan sedikit curiga mengapa Atlas agak berbeda seperti biasanya dan lupa dengan semua yang akan laki-laki itu lakukan, Carlos pun menyadari bahwa Atlas bukanlah Atlas sahabatnya, dengan tekanan yang di beri oleh Carlos akhirnya mau tidak mau Atlas menjelaskan semuanya bahwa ia berasal dari dimensi lain. Disisi lain Yara yang berniat masuk untuk menjenguk Atlas pun memasuki asrama Carlos dan Atlas tanpa permisi, kemudian Yara tertawa mendengar penjelasan Atlas, entah kenapa Yara yakin bahwa reinkarnasi itu beneran ada di dunia ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD