When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Apa?! Mahasiswi di Kampus kamu? terus kamu mau menikahinya karena kamu sudah tidur dengannya?! Papa tidak setuju!" jelas Handoko dengan nada tinggi. Handoko menghembuskan napas kasar dan menatap Dika dengan sangat tajam. "Pa ... Rain itu masih gadis. Makanya Dika berniat menikahinya. Dika yang salah. Saat itu Dika mabuk," jelas Dika dengan mantap. Benar atau salah itu urusan belakangan. Tapi mebgakui semua yang telah dilakukan adalah sesuatu hal yang baik dan sangat terpuji. Handoko melirik ke arah Meta yang terlihat sangat kecewa pada putra bungsunya. Padahal Meta berharap Dika itu bisa meniti karir dulu tanpa ada urusan wanita. Lalu, Meta akan mencarikan wanita baik yang siap menikah dan bis amengurus Dika dengan baik. "Papa dan Mama mau kan? Melamarkan Dika untuk Rain?" tanya Dika