When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Afika mengambilsapu lidi yang biasa digunakan untuk membersihkan kasur. Tangan mungilnya memukul keras bagian belakang Dika yang tak kunjung beranjak dari atas Rain. Mau gimana lagi selain bertahan. Masa iya, Dika harus bangkit dari atas tubuh Rain dan mempertontonkan kedua lato -latonya yang sedang mengeras. Jelas tidak mungkin. Kalau itu sampai terjadi, maka sang kakak tidak akan memaafkannya dirinya, karena telah menodai mata anak kecil dan membuat otak anak selalu berpikir ke arah yang tidak baik. Begini yang perlu ilmu parenting. Plak plak ... Afika terus memukul Dika dengan sapu lidi itu secara membabi buta. Afika hanya melihat sekilas, Rain teriak seperti kesakitan. "Afika ... Sekarang keluar dulu ... Om minta ya, Sayang ..." Dika terus memohon dan menahan rasa sakit perih dan p