When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Suasana dimeja makan sudah mulai ramai. Apalagi ada Afika yang selalu spontan dengan celetukannya dan membuat semua orang tertawa lepas mendengarnya. Suara khas anak kecil bernada manja, imut dan sedikit pelo. Dika juga sudah turun sendiri lalu duduk disalah satu kursi makan tanpa bersama Rain. "Rain mana?" tanya Lulu yang melihat satu kursi masih kosong. "Lagi istirahat Mbak. Katanya mau istirahat. Badannya gak enak," jelas Dika yang dengan santai mengambil nasi dan beberapa lauk serta sayur yang ada dimeja. "Masuk angin, Dik?" Meta ikut nimbrung. "Iya kali Ma? Ditanya diem aja." Suara Dika terdengar datar. "Istri sakit. Masih bisa makan dengan nikmat, Dik? Kalau Papa dulu gak bisa," jelas Handoko menyuap satu sendok nasi ke adalm mulutnya. Dika yang baru saja mengunyah lagsung ter