POV Devan Ku biarkan tangannya menuntun ku duduk, aku tak bisa mengendalikan haru itu menguasai hatiku, aku belum bisa memulai cerita tentang kematian Julian pada Luna. Karena dari peristiwa mengenaskan itu berawal, Ayuna akan ada selalu dekatku sampai ia bisa menerima kenyataan kalau Julian sudah tidak ada. Luna memelukku, entah kenapa aku merasa membiarkan sisi lemahku padanya. Apa karna aku begitu percaya padanya. Ku biarkan kepalaku bersandar di bahunya, nyaman. Ketika ku eratkan pelukan, kami mendengar pintu berderit. Buru buru, ia mendorong dadaku. Sialan ! siapa pula yang menganggu rasa nyamanku. Ternyata Jo, asistenku yang datang membawakan koper. “ Maaf pak “ ucap Jo yang kembali membalikkan badan. “ Masuk Jo ! “ perintahku. Saat ini aku butuh baju ganti dan aku juga ingi