POV Devan Aku lebih dulu sampai di apartemen. Lima menis menit kemudian ia baru datang, ia melihatku sekilas dengan senyum tipis lalu masuk ke kamarnya. Ku hela nafas, aku melihat raut wajah murungnya, ku pikir Satya terus berupaya mencuci otaknya untuk berprasangka buruk padaku. Sepertinya pengacara itu tengah menguntit hidupku. " Bisa kita bicara Lun..." ku hentikan langkahnya yang mau berjalan ke dapur. Ku buka kursi yang ada di depan meja makan. Ia menuruti keinginanku yang ingin mengajaknya bicara. Ia mengeluarkan hp dari saku jasnya sebelum duduk. Ku longgarkan dasi dan ku buka jas, kuulurkan padanya. Ia menerima kedua benda itu, wajahnya terlihat kesal, ia selalu melempar pandangan ketika ku tatap. Saat aku menggulung lengan kemeja, ia mengulurkan hpnya dan memperlihatkan sebuah