9

985 Words
"Masih ngambek?" Angel menggeleng lucu. "Kalo jealous?" Mata amber itu membulat. Semburat merah perlahan menjalari pipi tembem Angel, membuat Ken gemas ingin mencubit pipi itu. "Nggak jealous kok." Angel memainkan kedua jari telunjuknya di depan d**a. Kebiasaan kalau dia terciduk atau gugup. "Oh iya ya Angel nggak jealous..." Ken mengulum senyum menggoda Angel. "Cuma cemburu." Pipi Angel makin memerah. "Ihhhh Ken." Angel memukul lengan Ken gemas. "Nggak kok." Pipi gembil itu menggembung. Tawa Ken pecah seketika. Angel menatap kekasihnya itu dengan mata menyipit. "Nggak lucu!" Angel menghentakkan kakinya kesal. "Oops." Ken masih terkekeh. "Sowwy." Pemuda itu menyatukan kedua tangannya di depan d**a. Angel mencebik. Gadis itu menggigit bibirnya menahan tangis. Melihatnya, Ken dengan cepat mengusap pucuk kepala Angel lembut. Perlahan diraihnya tubuh mungil Angel ke dalam pelukannya. "I love you, my Rabbit. Only you." Bisik Ken. Pemuda itu meletakkan dagunya di bahu Angel. "Rasya's my past. And my future is..." Ken menangkup pipi Angel dengan kedua tangannya. Menatap mata amber itu pasti. "You!" "Hiks..." Angel terisak. "Am sowwy, baby honey hiks." Angel memeluk Ken. "I love you too, panda-chan." 'I love you more, Rabbit. More than myself." . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . "When you leave?" Angel bersedekap sambil duduk di single sofa yang berhadapan dengan ranjang queen size milik Shween. "This eve." "Why so fast?" Shween menghentikan kegiatan berbenahnya. Gadis itu menatap Angel malas. "I should study." "Why don't you off for while?" "And let's my mom kill me?" Shween membelalakkan mata coklatnya kesal. "No thanks." Gadis itu mengibaskan tangan kanannya kemudian lanjut berbenah. "I'm gonna be alone." Angel mencebik. Gadis itu mengerucutkan bibirnya. "You have your panda duh." "I know." Angel menghembuskan napas melalui mulut mengurangi sesak yang tiba-tiba menggumpal di dadanya. Berpikir kenapa libur kuliah Shween sangat singkat. "I'll miss you, pacarnya panda." Shween memeluk Angel erat. Membuat tangis Angel pecah. "Hiks Shween hiks." Angel menghapus air matanya kasar. "Telpon Angel kalo udah sampe ya." Shween mengangguk. "I'll video call you." "Baby honey hiks." Ken yang melihat Angel menangis melalui layar ponselnya panik. "Rabbit, lu kenapa? Kok nangis?" "Shween hiks..." "Kenapa sama dia?" "Shween balik ke KL huwaaaa..." Ken melongo beberapa saat mendengar perkataan Angel. Kemudian berdecak menyadari betapa tidak pentingnya tangisan gadisnya. "Terus, kenapa lu nangis?" Tanya Ken datar. Sungguh, dia sudah sangat panik tadi. Ken tidak suka melihat seorang gadis menangis. Terlebih lagi kalau gadis itu Angel. Angel menatap Ken, tangisannya seketika berhenti melihat tatapan dingin kekasihnya itu. "Baby honey, kok kaya gitu?" Angel menggigit bibirnya. "Kaya gitu gimana?" Ken mengangkat sebelah alisnya. "Kagak usah lebay. Gue kagak suka!" Bibir peach Angel mencebik, hendak menangis lagi. Ken memutar bola mata birunya kesal. "Lu nangis lagi gue matiin vc-nya!" Angel menggigit bibirnya menahan isak. Menghapus liquid di ujung matanya menggunakan jari. Menatap Ken dengan mata memerah sedih. Sekali lagi Ken berdecak melihat keadaan gadisnya. Kapan Angel akan dewasa, pikirnya murung. "Shween kuliah di KL kan?" Angel mengangguk lemah. "So, dia balik ke KL buat kuliah. Ngapain lu tangisin?" "Tapi Angel kan sepi." Angel mengusap cairan yang keluar dari hidungnya dengan tissue. Melempar tissue yang dipenuhi ingusnya asal. "Nggak ada teman curhat lagi." Ken menatap Angel datar. Pemuda tampan itu mendengus kesal. "Stop manja, Ngel. Lu itu udah dewasa!" Ken meletakkan ponselnya di meja dan bersedekap. Angel menggeleng. "Angel nggak manja." "Serah lu!" Ken habis sabar. Pemuda itu mengambil kembali ponselnya, berniat mematikan sambungan panggilan video mereka. "Gue capek, Ngel, mau istirahat." "Tunggu dulu..." "One more, jangan elu balas lagi semua komentar di postingan f*******: lu. Gue kagak suka!" Angel mengerjapkan matanya. Perasaan sedihnya seketika hilang, menguap entah kemana. Berganti kaget dan... Takut. Angel menggigit pipi bagian dalamnya. "Panggilan lu buat mereka bikin gue jijik tau kagak?" Terdengar lagi suara bass Ken. "Tapi, Angel kan cuma mau sopan..." Angel membela diri. "Pokoknya stop, gue kagak suka! Bikin sakit mata bacanya." Angel cemberut. "Angel paham?" Angel mengangguk patuh. "Iya, baby honey." "Good girl." Ada sedikit lengkungan di bibir Ken yang merah alami. "Sekarang tidur, udah malam." "Angel belum ngantuk." Angel mengerucutkan bibirnya. "Tidur, Ngel!" Angel menatap Ken yang juga menatapnya dingin dengan mata berkaca-kaca. Padahal dia masih ingin bicara dengan Ken, banyak yang ingin diceritakannya tentang hari ini. Tapi ya sudahlah, sekarang memang sudah hampir tengah malam. Dia memang perlu istirahat. "Iya Angel tidur." Senyum Ken tercetak sempurna. "Good night, Rabbit." Aishiteru, sambungnya tanpa suara. Kemudian mematikan sambungan panggilan video mereka. Ken merebahkan tubuhnya yang lelah di sofa satu-satunya yang ada di kamarnya. Pemuda itu mengusap wajahnya kasar. Bukan maksudnya memarahi Angel soal postingan di akun f*******: gadisnya itu. Angel benar, gadisnya hanya ingin bersikap sopan. Begitu juga dengan panggilan yang diberikan Angel pada teman-teman f*******:-nya, Angel hanya menghormati mereka karena yang berkomentar usianya lebih tua dari Angel. Tapi meskipun begitu, Ken tetap tidak suka. Dadanya bergemuruh hebat membaca komentar-komentar yang menurutnya menjijikkan itu. Seharusnya tidak ada yang boleh berkomentar di postingan f*******: Angel, terutama laki-laki, selain dia tentunya. Hanya dia. Tidak boleh ada orang lain. Angel itu miliknya. Dan Ken sangat tidak suka kalau miliknya diganggu orang lain. Mungkin pria-pria itu berpikir seperti ini. 'Toh tidak ada yang marah juga kalau mereka mengomentari postingan Angel. Lagi pula kan hanya komentar.' Tapi tidak, mereka salah. Ken marah. Sangat marah. Dengan mereka berkomentar sama saja mengganggu Angel-nya, miliknya. Selama ini dia memang membiarkan puluhan komentar memenuhi postingan Angel tanpa dia ikut berkomentar juga, karena menurutnya belum perlu. Dia memang cuek, tapi bukan berarti dia tidak memperhatikan miliknya. Ken selalu mengawasi Angel kalau di f*******:, selalu men-stalker akun kekasihnya itu. Ken tau, dia seperti orang bodoh melakukan itu. Tapi entah kenapa dia merasa perlu melakukannya. Untuk menjaga Angel, mungkin. Ken menghembuskan nafas melalui mulutnya. "Maafin gue, Rabbit. I didn't mean to make you cry. I just too jealous." Iya, cemburu. Itu yang sangat sulit Ken ucapkan. Sampai sekarang. Gengsi-nya terlalu tinggi untuk mengucapkan satu kata itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD