"Baby honeyyyy!"
Ken memalingkan tubuhnya dan tersenyum melihat malaikat-nya berlari kecil ke arahnya. "Hei, my Rabbit." Ken langsung memeluk gadisnya begitu Angel berada didepannya. "Tumben kesini." Diusapnya lembut pucuk kepala gadis itu. Rasa bersalah karena memarahi Angel beberapa malam yang lalu menyergapnya.
Angel mengerucutkan bibirnya. "Kenapa? Nggak boleh?" Tanyanya kesal. Pipi chubby-nya langsung menggembung lucu.
"Kata siapa kagak boleh?" Ken mencubit pipi gembil itu gemas. "Cuma tumben aja Angel ke sini kagak bilang. Kan biasanya telpon dulu."
"Angel mau surprise Ken."
Ken mengacak sayang rambut gadisnya. "You did it. I really surprised."
Kata-kata itu membuat kedua sudut bibir Angel melengkung sempurna.
"Baby honey, pulang sama Angel ya?!"
Ken mengernyit. "Angel bawa mobil?"
Gadis itu mengangguk.
"Motor Ken gimana?"
"Suruh Gilang yang bawa."
Ken menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia ingin memberitahu Angel kalau Gilang membawa motor juga, tapi tidak tega. Dia tak ingin senyum di wajah imut itu surut.
"Tapi kan..."
Angel cemberut lagi.
"Gilang juga bawa motor, Ngel." Ken menjelaskan hati-hati. "Angel kagak nelpon mau kesini, jadinya kan Ken kagak tau. Kalo tau Ken kagak bakalan bawa motor."
"Motor Ken titipin kampus aja."
Keras kepala Angel kembali lagi. Ini yang kadang membuat Ken berpikir kenapa bisa dia jatuh cinta pada gadis cantik di depannya ini.
"Baby honeyyyy." Angel memasang puppy eyes andalannya.
Ken mengedarkan pandangannya mencari Gilang. Pemuda tampan itu mencoba menuruti keinginan gadisnya. Ikut Angel dan meminta sahabatnya untuk membawa motornya pulang. Bukan karena takut pada Angel sehingga dia mau menuruti keinginan pacar manjanya itu, Ken hanya tidak mau melihat Angel-nya menangis lagi. Sudah cukup gadisnya menangis dulu, saat mereka belum bertemu.
Kisah cinta mereka terbilang rumit. Saling mengenal di social media f*******: dan menjalin kasih tanpa pernah bertemu face to face memang sangat sulit. Ken bahkan sempat termakan perkataan salah satu teman f*******:-nya yang mengatakan kalau Angel itu fake. Mana ada bule yang tinggal di Makassar, itu yang dikatakan teman f*******:-nya itu waktu itu. Dan sialnya, Ken mempercayai perkataan temannya itu begitu saja tanpa menyelidiki lebih dulu. Sampai-sampai dia memblokir akun f*******: Angel dan ikut menyebarkan kalau Angel itu fake.
Dan pada kenyataannya Angel memang fake. Bukan karena gadis itu memakai foto orang lain, tapi Angel memalsukan identitas dirinya. Bukan semua yang dipalsukan gadis berambut pirang itu, hanya daerah asal dan tempat tinggalnya saja. Bayangkan, di akun f*******:-nya Angel menuliskan kalau dia berasal dan tinggal di kota Makassar. Padahal aslinya, letak Makassar saja Angel tidak tahu.
Untung waktu itu Ken tidak menolak untuk makan siang di cafe langganan sahabatnya itu. Di cafe itu Ken pertama kali bertemu Angel. Awalnya Ken tidak mengenali gadis itu. Tapi wajahnya terasa familiar, seolah Ken sudah sering melihatnya tapi lupa dimana. Hanya ketika gadis yang makan bersama Angel menyebut namanya, Ken baru sadar kalau gadis yang sedang makan siang bersama temannya yang duduk di meja dekat jendela kaca itu adalah Angel-nya. Gadis yang selama ini menjadi kekasihnya di f*******:.
Ken membuang nafas melalui mulut mengingat betapa seringnya dulu dia membuat Angel menangis. Pemuda itu berdecak menyadari sampai sekarang pun dia masih sering membuat gadis manjanya menangis. Sorry, Rabbit.
Ken mengambil ponsel dari saku celana jeans-nya untuk menghubungi Gilang.
"Sup, bro?"
Ken segera menjauhkan ponsel dari telinganya begitu suara bass Gilang menyapa indera pendengarannya.
"f**k! Don't scream in my ear, you asshole!"
Angel membelalakkan matanya mendengar makian itu. Sementara Gilang tertawa keras di seberang sana.
"Calm down, dude."
Ken berdecak kesal mendengar kekehan sahabatnya yang hari ini sangat sangat kurang ajar baginya itu. Ingin rasanya Ken mencekik leher Gilang. Seandainya Gilang didekatnya, mungkin sudah dilakukannya dari tadi.
"s**t! f**k you, asshole!" Ken masih menyumpahi Gilang saking kesalnya.
"Stop! Lu sadis, bro, kalo lagi marah."
Ken mendengus.
"Ada apaan sih? Tumben telpon gue."
"Damn!" Ken menyumpah untuk kesekian kalinya. Hampir saja dia lupa maksudnya menelpon Gilang karena kekonyolan sahabatnya itu.
"Baby honey!" Angel bersedekap. Bibir mungilnya mengerucut. "Nggak sopan banget sih. Nggak boleh nyumpahin temen sendiri."
Ken menyatukan kedua tangannya di d**a. "Sorry, Rabbit." Ucapnya tanpa suara.
"Lu sama Angel, Ken?"
"Lu pulang pake motor gue, Lang. Motor lu titipin kampus aja. Kunci motor gue titipin sama mang Karyo."
"Wait wait. Apa lu bilang?"
"Gue pulang bareng Angel." Ken menatap gadisnya yang tersenyum lebar sampai-sampai kedua mata Angel terlihat mengecil. Ken terkekeh melihatnya. Gemas, pikirnya. "Angel bawa mobil."
"Wah, lu nggak bisa kaya' gitu dong, Ken. Motor gue...."
"Okay. Bye."
Ken mematikan sambungan telponnya secara sepihak. Tinggal Gilang yang gelagapan di seberang sana. Sumpah serapah keluar dari mulut sexy-nya. Padahal Gilang sedang bersama Bona, kekasihnya. Mereka akan kencan hari ini. Dan Ken dengan gemilangnya sukses menggagalkan rencana manisnya bersama Bona.
Ken menghampiri Angel kemudian menarik tangan gadisnya untuk segera pergi dari area parkir kampusnya.
"Ken yang nyetir."
Angel melemparkan kunci mobil dengan gantungan panda itu pada Ken. Pemuda itu menaikkan sebelah alisnya. Ken meneliti mobil itu. Tidak ada yang salah dari mobil keluaran salah satu merek mobil ternama itu. Hanya saja mobil Angel berwarna pink.
"Kagak salah nih gue yang nyetir?"
Angel yang akan membuka pintu bagian penumpang berhenti. Kening gadis itu mengernyit bingung.
"Beneran gue yang nyetir?"
Angel mengangguk polos.
"Mobil lu warna pink, Ngel." Ken memelas.
"Terus kenapa?" Angel menatap Ken polos seperti tatapan seekor anak kelinci minta diterkam. "Angel kan emang suka warna pink, baby honey."
Ken berdecak. "Lu cewek, wajar lu suka pink."
Angel masih menatap Ken dengan tatapan yang itu-itu juga.
"Wajar juga kalo mobil lu warna pink. Lah gue?"
"Kenapa sama Ken?"
Ken mengacak rambutnya frustasi. "Gue cowok, Ngel..."
"Angel tau kalo Ken cowok."
"Masa gue harus nyetir mobil warna pink?!" Ken menunjuk mobil Angel dengan ekor matanya. "Apa kata bang Jesen kalo liat?"
"Pasti bang Jesen bilang mobil Angel cantik kaya Angel." Angel tersenyum penuh percaya diri.
"Astaga!" Ken memegang kepalanya dengan kedua tangan. "Pede lu kebangetan, Rabbit-chan." Ken tertawa lepas.
Angel cemberut. Meskipun tawa Ken tergolong sangat langka, tapi tetap membuatnya kesal. Gadis itu menghentakkan kakinya sebelum memasuki mobil dan membanting pintu.