Si lancang yang tampan

1046 Words
Aku tahu ini aneh, tapi sentuhanmu memberi efek yang berbeda. Kau hangatkan hatiku, dan kacaukan detakkan jantungku __Delima__ *** "Kaya anak kecil banget sih, rebutan pacar orang!" ujar Markus setelah tepat berada di depan keenam remaja tersebut. Membuat The Queen dan Raga menegang berwajah masam, menatap penuh tanya padanya. sedangkan yang di tatap membelalakkan ke-dua matanya begitu bingung. A-apa katanya! sudah Delima duga, kalau laki-laki itu akan menambah kekacauan dirinya. s**l! "Ini ... ini gak bener, Van dia ..." "Jangan lupa sayang, waktu itu kamu cium aku di club!" Ucap Markus santai. Ia menatap begitu manis pada Delima. Membuat Delima menatap tajam laki-laki itu, kemudian ia menatap Raga yang terlihat kecewa. Sekarang Delima benar-benar terjepit, ia tahu Vanesa tidak akan marah karena dia memang sudah tahu tentang tantangan ciuman itu. Tapi Raga, ia pasti berpikir kalau dirinya benar-benar berbohong tentang Markus, Raga pasti berpikir--kalau Markus adalah pacarnya. "Lo jangan ngada-ngada ya! Delima gak mungkin cium cowok kaya lo!" Tempas Vanesa. Ia menatap Markus begitu tajam. "The Queen, tidak murahan seperti yang lo pikirin. Sekarang lo pergi," Tunjuk Vanesa pada Markus. "Dan lo juga, pergi!" Tunjuk Vanesa lagi pada Raga. Ini cara Vanesa melindungi anggotanya dari laki-laki penggoda seperti Markus. Meski ia tahu betul, Markus adalah laki-laki yang jadi korban Delima malam itu. Ke-dua laki-laki tampan itu sejenak saling melempar tatapan, kemudian menatap Delima. "Lo lebih suka di jajah ketimbang jadi pacar gue?!" Ujar Markus. "Apaan sih lo! Pergi!" Vanesa mendorong Markus kuat, kemudian ia segera membawa gadis itu pergi ber-sama temannya yang lain. *** "Gue maafin lo!" Ujar Vanesa, setelah lama mereka terdiam, di markasnya. Tadi Vanesa segera membawa Delima ke-markas The Queen. Dan di sinilah mereka berada, di taman belakang sekolah. Delima duduk menunduk di kursi kayu, Eliana dan Sasi di kanan kirinya. Dan Vanesa berdiri di depan Delima. "Gue juga minta maaf. Tadi udah kasar sama lo!" Vanesa mengusap pipi Delima amat lembut. "Maafin gue, sebagai The Queen. Gue gak suka lihat lo lemah kaya gitu." Mendengar kesungguhan Vanesa. Delima perlahan mengangkat wajahnya. Menatap gadis yang saat ini terlihat menyesal tengah menatap padanya. "Jujur, gue sayang sama lo! Gue sayang sama semua anggota The Queen. Dan gue gak mau salah satu diantara kita pernah ngerasain sakitnya di hianati cowok!" Vanesa mengobati memar di pipi Delima dengan batu es yang di bungkus kain. Begitu hati-hati. "Dan lo, adalah anggota yang paling gue sayang. Percaya sama gue, cowok itu sayang sama kita kalau dia belum dapetin apa yang dia mau. Tapi setelah mereka dapet apa yang mereka mau. Mereka bakal nyakitin kita. Mereka bakal ninggalin kita!" Vanesa berdiri, membelakangi semua anggotanya. Lama ia termenung. Kemudian "Gue pernah ngalamin itu, dan gue gak mau apa yang pernah gue alamin. Lalu kalian alamin juga" Vanesa kembali menghadap ke-arah tiga gadis cantik yang sedang menatap dirinya. "Gue Queen dari semua Queen. Memberi perintah pada kalian, patahkan! Setiap hati laki-laki yang suka sama kalian! Jangan memberi harapan apapun. Jadilah The Queen impian yang benar-benar hanya impian. Karena di kenyataan, mereka tidak akan pernah dapetin hati kalian!" "Lo Delima! Patahkan hati Prayoga Sangga Anwamarna! Jauhi Markus, ataupun Raga! Lo ngerti Delima, permainkan Yoga. Dapetin hatinya lebih dalam, lalu lo hancurkan! Hancurkan, se-hancur-hancurnya!" Delima terdiam. Tapi apa yang dikatakan Vanesa kali ini, membuatnya berpikir--kalau Vanesa punya masalalu yang tidak menyenangkan dengan Yoga. Dan karena itulah Vanesa ingin sekali Delima bisa membalaskan dendamnya. "Bagaimana Delima?" Tanya Vanesa lagi. Sejenak Delima berpikir. "Ok, gue akan coba." Delima pun mengangguk kan kepalanya. Sepulang sekolah, Delima menunggu taxi di pinggir jalan. Hari ini Lukas--Kakaknya sedang menjemput Asyila kekasihnya. Jadi Delima pulang naik taxi saja, Delima amat mengerti. Ketika pacaran itu maunya ber -duaan. Meski Delima belum pernah merasakan itu, tapi minimal ia selalu melihat Lukas tersenyum bahagia setiap kali sudah bertemu Asyila. "The Queen sendirian nih, apa harus gue culik ya?!" Ujar seorang laki-laki menghentikan motor kerennya di depan Delima. "Apaan sih! Pergi sana ..." Delima mendorong Markus kesal. "Lembut banget tangannya." Markus malah menangkap tangan gadis itu dan menggenggamnya erat. "Bilang dong, kalau mau dipegang tangan. Jangan pura-pura mukul." Ujar Markus begitu santai, lengkap dengan senyuman menyebalkannya. "Lepasin Markus!" Delima mencoba menarik tangannya. Tapi tentu saja, Markus tidak melepaskannya begitu saja. "Apa sih istimewanya jadi anggota The Queen?" Tanya Markus, masih tetap dengan posisi menggenggam hangat tangannya Delima. "Bukan urusan lo! Lepasin tangan gue s****n!" Delima kembali menarik tangannya. Dengan tenaga penuh, membuat Markus terkekeh geli, Delima terlihat amat lucu dengan usahanya itu. Tenaganya semua keluar, tapi sedikitpun tidak bisa menandingi dirinya. "Lo butuh belajar banyak Delima," Markus menarik gadis itu, hingga jatuh ke dadanya. Kemudian menguncinya agar tetap bersandar di sana. "Cantik saja tidak cukup!" Dengan lancang Markus mengusap pipi gadis itu oleh sebelah tangannya. "Lo harus bisa bela diri, untuk melawan orang-orang yang nindas lo!" Markus perlahan melepaskannya, kemudian menatapnya amat lembut. Sejenak Delima terdiam oleh perkataannya. Kemudian ia segera mengendalikan dirinya. "So tahu banget lo, mending lo pergi!" Ketusnya. Markus tersenyum kecil. "Lo gak akan bisa nolak apa yang lo rasa, Delima." "Dan lo gak usah sok tahu, mending lo pergi sana!" Delima kembali mendorong laki-laki itu kesal. Sekali lagi Markus dibuatnya terkekeh. "The Queen ko kelakuannya kaya bocah!" Markus mengacak rambut gadis itu. "Lo itu lancang banget sih, pergiiii!" Delima memukul kuat tangan nakal Markus yang membelai rambutnya. "Yang lancang itu lo, Nona! Cium orang sembarangan. Asal lo tahu aja, gue gak akan lepasin cewek yang udah ngambil first kiss gue. Lo!" Markus menunjuk Delima. "Bakal jadi milik gue! Dan itu gak akan bisa lo tolak!" Markus segera kembali memakai helmnya. Dan segera membawa motornya menjauh. Delima mendengus jengah. Gak mungkin! Masa iya Delima orang pertama yang mencium laki-laki itu. Pasti ia bohong. Dasar pembohong, ingin sekali Delima mematahkan tangan lancangnya tadi. Kalau saja ia seperti Vanesa--jago karate. Ia pasti akan mematahkan tangan laki-laki gila itu. Dasar tukang bohong!__Delima masih menatap punggung tegap yang terbungkus jaket begitu terlihat keren. Delima tahu ini aneh, tapi Markus memang selalu terlihat keren memakai pakaian apapun. "Neng! Kapan mau berangkat?!" Tanya supir taksi, yang ternyata sudah datang. Delima yang masih menatap punggung tegap yang semakin menghilang, mengalihkan tatapannya. "Eh, Pak. Iya, sekarang." Delima segera membuka pintu mobil, kemudian memasukinya. Kenapa sih gue natapin tuh cowok sinting? Ngeselin banget perasaan!__Rutuk kesal Delima di dalam hatinya. Kemudian mobil pun melaju membelah jalan yang cukup ramai siang itu
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD