She is Delima
hay! Etnilee di sini, semoga kalian suka.
***
"Hey tunggu!"
Teriakan laki-laki di belakang Delima tengah mengejarnya dengan penuh amarah. Ini gara - gara taruhan itu. Delima harus mencium laki-laki yang tidak dikenalnya. Hanya karena ia ingin masuk ke dalam sebuah geng. Yang bernama the queen.
Delima berlari sekuat tenaganya. Menerobos mereka para manusia aneh yang sedang menari gila di bawah gemerlapnya lampu club' malam.
"Hey lo tunggu!"
Delima tak menghiraukan teriakan keras itu. Tentu saja ia takut kalau laki-laki itu membalas perlakuan tidak hormatnya. Delima mencium laki-laki itu tanpa permisi. Delima berpikir, pastilah laki-laki itu marah padanya.
"Hey gila lo jangan kabur!"
Tentu saja Delima akan kabur. Mau di taruh di mana muka cantiknya. Kalau laki-laki itu benar-benar bisa melihat wajahnya dengan jelas. Di mana harga dirinya?
Delima tetap berlari dengan kencangnya. Meski menabrak siapapun orang yang ada di depannya. Termasuk beberapa pelayan club yang sedang membawa minuman di nampan. Mereka protes karena gadis itu hanya mengucapkan maaf, kemudian kembali berlari kalang kabut. Sampai lengan kokoh itu menarik lengannya. Delima terkesiap kaget. Ternyata laki-laki itu telah mendapatkan dirinya.
"Mau lari kemana hah?!"
Si laki-laki memegang bahunya kuat. Delima masih menyembunyikan wajah cantiknya. Ia berpikir keras agar bisa lolos darinya. Sehingga si laki-laki itu tak harus melihat wajahnya.
Teringat pada heel yang dikenakannya. Kemudian Delima mengambil heel itu. Lantas di pukulnya kening laki-laki itu hingga mengaduh. Delima yang ketakutan, ia segera berlari jauh dengan sebelah kakinya yang masih menggunakan heel lainnya.
Ia mendengar dengan jelas teriakan kesakitan laki-laki itu.
Maaf, Deli enggak sengaja!
Bisik hati polosnya.
***
Di sebuah lapangan luas. Seorang laki-laki tampan berusia tujuh belas tahun. Sedang memegang pistol dengan tatapan tajam dan fokus pada titik arah target sejauh dua puluh meter. Hari ini sebenarnya ia harus pergi ke sekolah barunya. Namun karena kejadian tak di duga semalam ia harus diam dulu di rumah. Entah gadis gila macam apa, yang mencium dirinya secara tiba-tiba. Kemudian memukul keningnya dengan heel. Hanya karena ia mengejar untuk meminta penjelasan padanya.
Dor!
Tembakan terdengar. Si tampan tersenyum puas. Karena bidikannya tepat di sasaran.
"Kening kamu kenapa Nak?"
Gisha, sang Mamah menyimpan gelas yang berisi s**u hangat di meja. Di samping putranya.
Markus menyimpan pistol itu di atas meja. "Kemarin di amuk si Macho Mah,"
Alibinya. Macho adalah nama kuda kesayangannya. Setiap malam ia memang selalu berkuda mengelilingi pekarangan bagian belakang rumahnya yang hampir satu hektar itu.
"Hati-hati, Masa anak mamah di banting kuda sih,"
Gisha mengelus kepalanya penuh sayang. "Ya udah, Mamah masuk dulu."
Markus mengangguk, ia duduk kembali mengingat kejadian malam itu. s**l saja gadis nakal itu mencuri pipinya. Kemudian memukulnya. Habis manis sepah dibuang. Awas saja! Markus akan menemukannya di manapun gadis itu berada. Kemudian membalas semuanya.
Tunggu saja!
***
Seminggu kemudian
"Maaf, gue enggak berminat jadi pacar lo!"
Terdengar suara salah satu The Queen yang saat ini sedang melakukan perannya sebagai pematah hati. Dia Sasi, dia sedang menolak salah satu korban yang pernah di dekatinya. The Queen memang akan mendekati mereka para cowok tampan. Lalu memberikan kesan ketertarikannya. Namun, mereka akan menolak setelah si cowok benar - benar merasa tertarik dan menyatakan cintanya.
Si laki - laki yang saat ini sedang bertekuk lutut dengan seikat bunga terlihat malu dan kecewa. Apalagi di saksikan dengan para murid lainnya yang lewat. Dan di tambah hinaan dari The Queen lainnya.
"Lo punya apa nembak gue? Jajan masih di kasih ortu. Udah berlagak mampu mau nembak gue. Ngaca dong!"
Sasi berkacak pinggang. Membuat si laki - laki itu hanya mampu terdiam. Delima yang menyaksikan itu hanya mengatupkan kedua bibirnya. Entah kenapa ia merasa iba pada laki - laki itu. Terbilang satu bulan ia ikut menjadi salah satu The Queen. Delima sudah puluhan kali melihat wajah kecewa para cowok-cowok itu.
"Kenapa lo diem? Benarkan omongan gue. Lo masih enggak mampu buat nyari uang sendiri? Udah sok soan nembak gue!"
Sasi berpaling menghadap ketiga The Queen. Membelakangi laki - laki dengan wajah patah hati itu. "Mending lo pergi. Karena gue udah gak mau lihat wajah lo!"
Lalu dengan tatapan perih. Si laki - laki pergi. Entah kenapa Sasi menunduk selama beberapa menit. Namun detik berikutnya ia tertawa puas kearah The Queen lainnya.
"Gue keren kan?"
Ujarnya bangga. Lalu di hadiahi pelukan hangat oleh Vanesa dan Eliana. Kecuali Delima, ia sejenak menatap wajah Sasi. Kemudian ia bertanya dalam hati.
Lo enggak bahagia Sas? Apa lo nyesel?
Lalu untuk merayakan kemenangan Sasi. Ia pun ikut memeluknya.
Menjadi The Queen itu ternyata tidak mudah. Sasi harus mengesampingkan perasaannya demi gengsi. Tapi sudahlah, Delima tidak mau memikirkannya. Ia yakin, suatu saat ia juga akan merasakan. Bagaimana rasanya di posisi Sasi.
Gadis itu berjalan santai di koridor, dengan bergumam indah di ke-dua bibir mungilnya. Pengorbanannya seminggu yang lalu sudah membuahkan hasil, Delima jadi anak populer di Mutiara Bangsa. Jadi tidak sia-sia dong ia mengorbankan ciuman pertamanya itu.
Gadis itu tersenyum geli--ketika ingat ia mencium laki-laki yang tidak dikenalnya kemudian kabur begitu saja. Aihhh Delima benar-benar gila saat itu. Ia sangat berharap--kalau ia tidak pernah bertemu dengan laki-laki tersebut.
Ia terus saja tersenyum. Sampai kedua mata cantiknya melebar, ketika melihat laki-laki yang saat ini berada di mejanya. Ia sedang duduk asik dan mengobrol ber-sama Yoga teman sekelasnya. Delima mematung di pintu masuk. Apakah ia sedang berkhayal? Atau kedua matanya rusak?
Tunggu! Dia ...
Delima mengucek matanya. Ia menggeleng cemas. s****n tuh cowok ngapain di sini?___gerutu Delima di dalam hatinya.