Part 5 Duel

1562 Words
Pagi yang cerah, se-cerah hatiku saat ini. Eh tunggu, hatiku cerah? Seperti Ada sebuah power yang kuat yang membuatku begitu ingin cepat datang ke Sekolah. Will? Masa sih? Karena hanya wajahnya yang ku pikirkan sedari pagi. Aku susuri jalan demi jalan di Sekolahku, hanya ada beberapa anak yang sudah datang. Eum, mungkin ini masih terlalu pagi. Kak Doni kuseret agar cepat berangkat ke Sekolah tadi. Padahal tadi sarapan nya belum juga habis. "Paah, Maaah, Dina beliin motor sendiri ajalah..! "gerutu Kak Doni tadi saat masih diRumah. **** Bruuugggg!!! "Aduuuh..!!"aku meringis kesakitan. Lagi dan lagi, aku tidak memperhatikan jalan & menabrak seseorang. "Dua kali, Din?hmmm" gumamnya. Aku mendongakan kepalaku ke atas, memastikan yang kutabrak ini adalah orang yang sedang kupikirkan. "Will??" "Kamu tuh kalo jalan mesti meleng. Liatin apa sih?" dia mengulurkan tangannya membantuku berdiri. Aku tak menjawab malah sibuk mengamati siku ku yang lecet. "Eh luka? Sakit?"tanya nya yang tiba tiba melunak. Aku menggeleng lalu berjalan lagi menuju kelas. Tapi kemudian Alex menghadangku didepan. "Lex... Minggir...,"kataku masih senyum senyum. "Ih.. Happy banget kamu hari ini, Din?"tanya Alex heran. "Masa sih? Biasa aja ah. Perasaan kamu aja kali, Lex. Eh tuh temen mu, dibelakang."kataku menunjuk Will yang sedang berjalan di belakangku. Aku melanjutkan masuk ke kelasku. Sedangkan Will dan Alex mengobrol diluar. Nita dan Apri belum datang rupanya. Feri sudah ada dibangkunya. "Fer.. Jaket kamu. Makasih ya."kataku sambil memberikan jaketnya yang kemarin ku bawa pulang. "Iya Din, sama sama.. Oh iya, kamu deket ya sama Will?"tanyanya. "Ya kan sebangku Fer. Ya gitu deh.. Kenapa sih?" "Mending jaga jarak aja deh, Din, dia kan aneh, tempramental, lagian dia kan beda agama sama kamu. Mending kamu pikir pikir lagi deh."katanya panjang lebar. Aku hanya mengangguk & kembali ke bangku ku. Ada benarnya juga kata kata Feri. Aku tidak mempermasalahkan dia yang indigo. Tapi kami berbeda kepercayaan. Mungkin aku harus menjaga hatiku agar jangan sampai aku punya perasaan lebih ke Will. Seketika senyumku luruh bersama pikiranku barusan. Baru kali ini aku merasakan rasa ini. Rasa nyaman kepada seorang pria, selain keluargaku. Dan sepertinya aku harus mencoba menghilangkan nya sedikit demi sedikit. **** Will terlihat masuk kelas dengan beberapa teman yang lain. Ekspresiku yang gembira tadi sudah berubah masam. "Kenapa tuh muka?" tanya nya heran saat sudah duduk disampingku. "Gak papa..., "jawabku cuek. Nita dan Apri masuk kelas bersamaan. "Hai Din... "Sapa mereka. Aku menanggapi dengan tersenyum. "Eh siku kamu kenapa, Din?"tanya Nita. Karena aku sedang mengelapnya dengan tissue. "Jatoh tadi. Tapi gak papa lah." sambil kulihat luka ku. "Aku obatin yuk, kita ke UKS "ajak Will. Aku menurut saja, ke UKS dengan Will. Saat berjalan keluar kelas, Fira menghadang kami, tepatnya Will. "Will.. Kamu kenapa sih? Dari kemaren nyuekin aku?"rengeknya sambil bergelayut manja pada lengan Will. "Apaan sih Fir..?! Awas,aku mau lewat."katanya tak memperdulikan Fira. "Gara gara dia pasti ya!!" bentaknya sambil menatapku. Aku mengerutkan keningku sambil geleng geleng kepala. "Denger ya, Fira! Tolong jauhi aku!"kata Will tegas. "Kenapa sih, Will? Aku sayang kamu will. Aku pengen kita pacaran will!"rengeknya lagi. "Hidih...  Nggak tau malu. " gumamku lirih. "Sebentar, Din...," Kata Will. Banyak pasang mata melihat kami dengan tatapan aneh, lucu dan bahkan ada yang geleng geleng kepala sambil tertawa. "Fira.. aku udah bilang kan, aku nggak punya perasaan apapun ke kamu! Tolong kamu ngerti! Bisa? "jelas Will lagi. "Terus kamu sukanya sama siapa?dia? Helloooooo, Will dia kan beda agama sama kamu! Kalau sama aku kan kita sama Will.. " Fira masih ngeyel. Will diam beberapa saat, sepertinya memikirkan kata kata Fira tadi. Kalau agama sudah dibawa bawa memang riskan.. Antara memilih penciptanya atau ciptaan nya. "Aku duluan aja Will...,"kataku sambil menepuk bahunya dan berlalu meninggalkan mereka yang masih diam mematung. Aku pun sudah tidak mendengar percakapan mereka lagi. Sampai di UKS sudah ada petugas yang sedang berjaga. Aku kemudian minta obat dan plester untuk luka ku Kami sempat ngobrol agak lama, karena aisyah termasuk anak yang rame juga, asik ngobrol dengannya. Dia anak kls 1-2 dia ikut kegiatan PMR dan sering menjadi petugas di UKS Karena bel masuk sudah berbunyi kami kembali ke kelas bersama. **** Sampai didepan kelas, Will sudah ada di depan, dia sepertinya menungguku. Ah... jangan geer deh Dina! "Udah, Din?"tanyanya. Aku mengangguk. Lalu tetap berjalan masuk kelas. Dia menyusulku dan kami duduk di bangku kami. Aku malah asik memainkan ponselku. Will diam saja. Entah apa yang dia fikirkan. Aku kan bukan dia yang bisa membaca pikiran orang lain. Kak Doni masuk ke kelasku. Tumben nih. "Dinnn..., " "Kenapa, Kak?"tanyaku masih berkutat dengan layar ponselku. "Kamu tar balik sendiri ya? Kakak ada kegiatan rohis sampe sore." "Oh kirain kenapa.. Iya gak papa, nanti aku naik angkot aja. Eh kenapa gak chat aja sih, Kak?"tanyaku heran lalu menatapnya. "Gak ada pulsa, Din. Lupa tadi belum beli." "Hmm..ya udah." "Eh Will.. Kalian sebangku?" Sapa Kak Doni. "Iya kak. Udah nggak ada bangku kosong sih." jelas Will. Tiba tiba mereka berdua melihat ke arah Feri. "Din, kamu pakai nih. Buat jaga jaga."kata Kak Doni memberikan ku kalungnya. "Kenapa sih?" Tanyaku heran. Kak Doni tak menjawab hanya menatap Will lama, kemudian Will mengangguk seolah paham. Kebiasaan, pada ngomong pake bahasa batin! Aku doang yang gak ngerti. Kak Doni lalu kembali ke kelasnya. "Will, Kak Doni bilang apa tadi?" Tanyaku penasaran. "Gak bilang apa apa."katanya datar. Baiklah, aku hanya bisa diam. *** Hari ini kami lalui dengan belajar seperti biasa. Sampai saat kami pulang Sekolah, Feri berdiri dihadapanku. Dan hawa sekitarku terasa panas. Aneh. "Din, pulang bareng yuk"ajak Feri. "Hah?eh.. Eum... Aku..." Ucapku bingung. aku seperti linglung. Antara sadar dan tidak sadar, seakan aku ingin menuruti Feri, tapi disisi lain aku tidak mau. Dia menarik tanganku. Dan... "Aawwwww" dia langsung melepasnya seperti kesakitan. "Kenapa?"aku heran melihat reaksinya seperti itu. "Eh gak papa, Din.." Ujarnya. "Yuk Din, pulang bareng aku aja!"Will tiba tiba sudah ada di sebelahku dan menarik tanganku. Kami menjauhi Feri yang terlihat kesal. "Kamu gak sakit pegang tanganku Will?"tanyaku ke dia yang masih saja menggenggam tanganku sambil terus berjalan. Karena aku heran, kenapa Feri tadi seakan kesakitan memegang tanganku. "Enggak!" "Tapi Feri tadi....?" "Kan aku udah bilang, dia punya niat jelek ke kamu. Dia punya pegangan jin! Kayanya sih gara gara kalung nya Kak Doni. Kamu gak kepengaruh tadi."terang Will. "Jin? Feri?"aku masih melongo tak percaya. Will berhenti berjalan lalu memegang bahuku dan sedikit mencodongkan tubuhnya. "Iya, Jin! Kamu jangan deket deket dia lagi! Ngerti?" nada bicaranya seolah menegaskan di tiap kalimat. "Kok kamu gak takut Will"tanyaku lagi. Dia diam beberapa saat sambil menatapku. "Entahlah, aku juga gak tau, kenapa aku seberani tadi. Aku cuma gak mau kamu kenapa napa!"katanya lalu berjalan meninggalkanku. Gak mau aku kenapa kenapa katanya? Aku sedikit mempercepat langkahku mengikuti Will. "Maksud kamu apa, Will?"aku masih ingin mendengar penjelasan will. Dia hanya diam saja dan mengambil motornya diparkiran. "Yuk.. Aku anter. Tadi Kak Doni nyuruh kamu pulang bareng aku."katanya yang sudah ada didepanku dengan motornya. Aku pun naik ke motor Will. Di perjalanan pun aku dan Will hanya diam saja. Dan tiba tiba disamping motor Will sudah ada beberapa motor yang menyamai laju motor Will. Kami terjebak, karena dikanan kiri depan belakang kami sudah dihadang motor motor itu. Akhirnya kami digiring ke tanah lapang yang sepi. Ngapain sih ini? "Kamu ati ati, Din.. "Bisik Will ke padaku Aku mengangguk yakin. 8 orang sudah mengepung kami. "Turun loe...!!!"kata salah 1 dari mereka. Kami turun dari motor dengan perlahan. Siapa sih mereka Will? "Suruhan Feri."Will berbisik lagi. "Heh!! Loe jangan berani berani deketin tuh cewek lagi ya!!!" perintah salah 1 orang itu sambil menunjukku. "Hah? Aku? Kenapa? Eh gak usah ngatur ngatur deh.. Aku aja gak kenal kamu!!"kataku ke mereka. "Gak usah banyak bacot loe!!" gertaknya kepadaku. "Apa kamu bilang? Elo tuh yang kebanyakan bacot!!"kataku yang hendak menghampirinya dengan penuh emosi. Tapi ditahan Will. "Panggil Feri kesini! Suruh ngomong sama aku langsung!"tantang Will. Aku menoleh ke arahnya. Mereka malah menyerang Will. Will mendorongku ke belakang agar aku tidak terkena pukulan mereka. 8 orang? Dan Will hanya sendirian? Nggak bisa dibiarin. Aku menelfon Kak Doni dan menceritakan kejadian ini. Tiba tiba salah satu dari mereka mendekatiku  dan merampas ponselku, membantingnya ke tanah. Aku geram, aku serang saja dia. Buuuggg!! Satu tendangan ku layangkan ke kepalanya. Dia masih dapat bangkit walau jalannya sudah sempoyongan. Aku pukul lagi ke bagian perutnya, tanganku di tahannya. Segera ku injak kakinya kuat kuat dan kutendang k*********a. Dia jatuh tersungkur. Kulihat Will juga sudah melumpuhkan 3 orang. Hebat juga dia. Feri muncul, Will seolah lemas tidak dapat bergerak. Lalu mereka memukulinya. Aku segera menolongnya. Tapi aku ditarik mundur oleh Feri. Dia lagi lagi kesakitan. "Bram... Ambil kalungnya!!"kata Feri ke temannya yang ada di dekat Will. Bram mendekat ke arahku. Memandangi kalung yang ku pakai. Dia hendak merampasnya, tapi aku mencoba mempertahankan nya. Kupukul dia, kutendang, tapi dia terlalu kuat untukku. "Heeeeiiiii!!!!" teriak seseorang. "Lepasin adik gue!!!" katanya lagi Ternyata Kak Doni dan beberapa temannya datang, untung saja. Dan mereka terlibat pertarungan yang cukup sengit. Aku menuju ke Will yang pingsan tak sadarkan diri. "Will... Bangun Will! Will!" teriakku Dia bergerak dan perlahan membuka matanya. "Din.. kamu nggak papa?"tanyanya lirih. "Harusnya aku yang nanya!! Kamu nggak apa apa?"ucapku sedikit emosi karena khawatir melihatnya seperti ini. Dia hanya tersenyum. Aku malah menangis. Aku tidak tega melihat seperti ini karenaku. "Gak usah nangis, Din. Jelek!"katanya mencoba melucu. Aku malah memukulnya pelan. Will mengelap air mata ku yang jatuh ke pipi. Tak lama Kak Doni mendekati kami. "Kalian gak papa kan?"tanya Kak Doni cemas. "Will Kak...,"suaraku parau. Kak doni mendekati Will. Lalu mengusap dadanya lama. Will tersentak dan batuk batuk. "Untung kamu langsung telfon Kakak, Din..."kata Kak Doni. Dia akhirnya sudah bisa bangun. Dia duduk sambil masih memegang dadanya dan kepalanya. "Udah nggak papa, Will. Tenang aja."kata Kak Doni. Will mengangguk. Aku berlari ke tas ku yang jatuh dekat motor Will. Aku mengambil botol minumku dan memberikannya ke Will. "Minum dulu..., "kataku. "Makasih Din...," "Ya udah yuk kita balik. Will tar dianterin Rizal ya...,"kata Kak Doni. Aku pulang dengan Kak Doni, Will diantar Kak Rizal. Teman teman Kak Doni juga kembali pulang ke rumah masing masing. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD