“Welcome home, Al. Mama kangen sekali sama kamu...”
Reinaldy Algantara tumbuh menjadi seorang pria dewasa berusia tiga puluh tahun yang memiliki rambut pendek berwarna hitam legam yang tertata rapi lalu memiliki kulit putih bersih dan perawakan tubuh tinggi atletis karena pria itu begitu menjaga penampilannya itu kini sudah kembali ke Boston tempatnya lahir dan tinggal selama ini. Pria itu memeluk erat mamanya lalu saat mamanya melepaskan pelukannya Reinaldy beralih menatap papanya.
“Papa enggak kangen sama Aldy?”
Reinaldy anak bungsu dan anak laki satu-satunya dari pasangan Reiner Algantara dan Giska Hartawan. Pria yang biasa dipanggil Aldy atau Al di rumah itu pun langsung mendekati papanya yang kini sedang merotasi bola matanya karena ucapan pria itu. Reiner Algantara adalah orang yang paling berbahagia saat Reinaldy pergi ke Indonesia karena tidak ada lagi telepon tengah malam yang menganggu tidur nyenyaknya hanya untuk menjemput seseorang yang mabuk karena terlalu banyak minum di club dan Reinaldy sadar akan hal itu.
Reinaldy sendiri menetap di Indonesia dengan alasan khusus. Ia perlu belajar di bawah asuhan Ryandra Algantara yang lebih sabar dalam menghadapi Reinaldy. Reiner Algantara sudah kehabisan kesabaran berhadapan dengan putra bungsunya sendiri karena menghadapi Reinaldy tidak ubahnya seperti menghadapi dirinya sendiri dimasa muda. Tingkah laku Reinaldy benar-benar menguras emosinya dan Reiner merasa usianya semakin pendek setiap berhadapan dengan anak bungsunya sendiri.
Beberapa tahun berlalu dan kini Reinaldy sudah belajar banyak hal dari Ryandra Algantara dan sekarang Reins Company membutuhkan Reinaldy yang memang merupakan pewaris dari gurita bisnis yang dibangun oleh Reiner Algantara di Boston.
“Aldy, papa tahu ini terlalu berat.. Tapi Reika sudah fokus dan sibuk mengurusi rumah sakit dengan Javas. Reins membutuhkan kamu, Al... Reina dan Reisa sama sekali tidak tertarik dengan perusahaan. Kalau bukan kamu, siapa lagi yang akan melanjutkan semua kerja keras yang sudah papa bangun selama ini... Kembali ke Reins, perlahan gantikan posisi papa. Papa sudah tua, Al. Sudah waktunya papa untuk menikmati masa tua papa...”
Reinaldy pun memikirkan ucapan papanya dan menyadari situasi dan kondisi yang memang harusnya ia jalani, Reinaldy akhirnya mantap untuk pulang dan kepulangannya diawali dengan berkumpul bersama dengan keluarganya dan makan malam bersama dalam rangka merayakan kembalinya Reinaldy ke tengah-tengah keluarga mereka. Saat makan malam Reinaldy menceritakan bagaimana kehidupannya selama ini bersama dengan Om Ryandra kemudian saat malam semakin larut Reinaldy kembali bersiap melakukan kesenangannya yang tidak pernah ia tinggalkan itu. Tentu tanpa sepengetahuan keluarganya.
Reinaldy dengan langkah penuh percaya diri memasuki klub terbesar dan ternama di Boston. Kedatangannya jelas menarik perhatian para wanita yang ada disana dan beberapa wanita dengan berani menghampiri Reinaldy untuk mencoba peruntungan mereka. Setelah sekian lama ia tinggal di Indonesia dan kembali ke Boston, jelas tempat ini adalah tempat yang akan pria itu datangi untuk sekedar melepas penat. Tempat yang dulunya sering ia datangi bersama dengan teman-temannya dari zaman ia masih di bangku universitas.
Menjadi pria satu-satunya dalam keluarga seorang Reiner Algantara jelas tidak mudah. Walau ia anak bungsu tapi Reiner Algantara benar-benar memberikan banyak tanggung jawab padanya karena ia adalah penerus nama Algantara disaat kakak-kakaknya akan mengikuti kemana suami mereka nantinya membawa mereka pergi.
Karena tanggung jawab yang berat itulah Reinaldy belajar dengan keras dan mencari pengetahuan dan pengalaman sebanyak-banyaknya hingga akhirnya pergi ke Indonesia untuk belajar langsung dibawah kepemimpinan Omnya. Reinaldy dipersiapkan dan mempersiapkan diri untuk menjadi penerus tonggak kepemimpinan Reins karena ia adalah satu-satunya pria dalam keluarga Reiner. Sama seperti Ryandra Algantara yang hanya memiliki Kiano Algantara sebagai penerusnya dalam mengurusi gurita bisnis Algantara.
Dengan tanggung jawab berat yang ia pikul. Reinaldy menyeimbangkan hidupnya dengan kehidupan malamnya. Seperti malam ini dengan langkah santai sambil memperhatikan suasana sekelilingnya, Reinaldy langsung menuju ke lantai dua dimana ruang VIP berada. Di dalam club itu sudah ramai pengunjung. Ada yang sekedar duduk menikmati minuman mereka sendirian, ada yang menikmati minuman mereka sambil berbincang dengan orang lain, ada yang sedang menari mengikuti irama musik dan ada juga yang sedang melakukan aktivitas saling memberi kepuasan.
Satu aturan dalam club yang Reinaldy pegang teguh, ia tidak ikut campur dengan urusan orang lain. Reinaldy datang untuk kesenangannya sehingga ia tidak peduli apapun yang terjadi disana yang tidak berhubungan dengan dirinya.
Langkah Reinaldy terhenti disebuah Ruangan VIP bersama dengan seorang karyawan yang menunjukan letak ruang VIP yang kosong. Ruang VIP adalah sebuah ruangan yang khusus dimana pengunjung memiliki privasi mereka. Mereka bisa melihat ke area lantai satu namun mereka yang berada di lantai satu tidak bisa melihat apa yang ada di dalam ruang VIP.
Di dalam ruang VIP ada sofa dan suara musik yang terdengar tidak sekeras di lantai satu namun tetap membuat siapa saja tergoda untuk ikut menggerakkan tubuh mereka mengikuti irama musik yang diputar. Lantai satu terlalu banyak orang dan juga suara musik menggema keras karena banyak pengunjung yang menari di dance floor.
Pengunjung yang menggunakan ruang VIP sendiri pun memiliki keuntungan karena mereka tidak perlu repot-repot memesan minuman mereka ke bartender karena ada seorang waiter yang siap membantu mereka memesan dan mengantarkan minuman yang mereka inginkan. Bahkan para pengunjung VIP bebas menggunakan ruangan yang mereka tempati untuk apapun selama mereka bisa memenuhi syarat penggunaan ruangan itu.
Reinaldy menyukai hingar bingar dalam club yang ia datangi. Rasa penatnya seakan hilang setelah ia menenggak satu atau dua gelas alkohol bersama dengan teman-temannya, menari mengikuti musik atau melakukan sesi make out dengan wanita yang menarik hatinya.
No strings attached. Begitu konsep hubungan Reinaldy anut selama ini. Reinaldy tidak pernah mau terikat. Hidupnya terlalu rumit jika harus ditambah mengurusi seorang perempuan yang banyak maunya. Setidaknya begitu wanita-wanita yang Reinaldy kenal selama ini. Ia hanya melakukan make out bersama dengan wanita random yang menarik perhatiannya dan jelas ia selalu menggunakan pengaman. Dengan dasar mau sama mau dan tanpa ada ikatan Reinaldy bersedia memberikan kepuasan sambil merengkuh kepuasannya sendiri. Reinaldy tahu betul risiko kehidupan malam yang ia jalani selama ini sehingga Reinaldy rutin memeriksakan kondisi kesehatannya secara berkala demi berjaga-jaga.
“Wow. Tadinya kita mikir setelah sampe Boston, Yang mulia Reinaldy Algantara bakal tidur dirumah karena baru sampe tapi nyatanya malem ini sudah duduk manis dan sudah sampe duluan.” Edbert teman lama Reinaldy angkat suara.
Reinaldy mendengus, “Seriously? Sudah capek kerja masa lalu kembali ke Boston kamu minta aku stay dirumah? Hidup terlalu membosankan jika menganut rutinitas seperti itu, Bro. Setidaknya satu atau dua gelas dan sedikit bersenang-senang dengan wanita cantik yang datang ke sini itu bukan masalah besar.”
Gerald mendengus mendengar ucapan temannya itu, “Masalahnya satu dua gelas akan berubah satu dua botol, Rei. Tuan besar Reiner Algantara pasti sakit kepala kalau tahu putra mahkotanya ini kembali ke kebiasaannya yang lama setelah jauh-jauh bekerja di Indonesia.”
Reinaldy pun terkekeh mendengar ucapan temannya. "Masalahnya di Indonesia pun aku tetap pergi ke club, Bro. Pekerjaan di sana tidak kalah memusingkan. As usual, clubbing for balancing."
Gerald menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Reinaldy. Reiner Algantara adalah satu-satunya orang yang akan ia hubungi saat pria itu benar-benar mabuk. Menghubungi mamanya atau anggota keluarganya yang lain sama saja membuka perang dunia ke tiga yang jelas akan membumi hanguskan dirinya. Ia tumbuh besar bersama dengan tiga orang kakak perempuan yang tidak segan-segan memberikan hukuman padanya saat ia melakukan kesalahan dan seorang mama yang tegasnya melebihi ketegasan papanya.
“Al! Papa bersumpah kalau kamu mabuk-mabukan dan minta dijemput subuh-subuh seperti ini lagi. Kamu hubungi mama kamu! Papa enggak mau urusin kebiasaan buruk kamu ini!”
Papanya selalu mengucapkan hal itu setiap pria itu selesai membawa Reinaldy keluar dari club menuju apartemen property milik papanya. Namun ucapan pria berusia lanjut itu tidak pernah terjadi karena setiap Reinaldy mabuk, pria berusia lanjut itu akan terus datang dan membawa putra bungsunya keluar dari club dan membawanya menuju apartemen.
Jika pertanyaan apakah mamanya mengetahui mengenai kehidupan malamnya atau tidak jawabannya jelas tau. Mama Giska bahkan mengamuk dan berakhir memarahi suaminya sendiri karena kebiasaannya di waktu muda akhirnya menurun pada putra bungsu mereka. Sehingga Papa Reiner memilih mengambil peran menjemput anak bungsunya tanpa sepengetahuan istrinya demi kesejahteraan rumah tangganya sendiri.
Reinaldy adalah penjelasan dari kalimat, ‘Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.’ Bahkan pada kasus Reinaldy, buah jatuh tepat di bawah pohonnya dan tidak bergerak seinci pun dari posisi tempatnya terjatuh pertama kali.
Reinaldy dan teman-teman lamanya berkumpul untuk merayakan kembalinya sang mantan kapten team basket ke Boston sambil menikmati malam bersama. Mereka memesan minuman alkohol dan ketika minuman yang mereka pesan sampai mereka menikmati minuman mereka sambil membahas apa saja mulai dari pekerjaan, kehidupan percintaan mereka, politik hingga mengenai masa lalu yang terlintas dalam benak mereka.
Reinaldy bukan pria yang bisa bertahan lama dalam sebuah hubungan. Ia lebih suka melakukan hubungan casual yang bisa berakhir kapan saja saat ia merasa bosan. Selama ini rekor terlama Reinaldy berhubungan dan seorang wanita itu paling lama berjalan selama satu bulan dan itu Reinaldy sudah muak luar biasa. Reinaldy biasanya akan menyudahi semuanya saat si wanita bersikap terlalu mengekang. Intinya Reinaldy tidak suka terikat.
Dengan kombinasi yang ia miliki, wajah yang tampan plus dompet yang tebal, tidak sulit bagi Reinaldy mendapatkan seorang wanita yang bersedia memuaskan dirinya. Bahkan mereka yang sudah tahu identitas pria itu bahkan dengan suka rela mendatangi Reinaldy lagi dengan harapan bisa menjadi wanita yang bisa memiliki Reinaldy dan semua yang berhubungan dengan pria itu.
Seperti malam ini, ketika Reinaldy mulai turun ke lantai satu untuk mencari wanita yang berhasil menarik perhatiannya, tidak perlu usaha yang berlebihan. Wanita yang ia incar akan dengan sendirinya mendekat dan menyerahkan dirinya.
Reinaldy pun membawa wanita itu menuju kamar hotel yang terdapat di dalam gedung yang menjadi satu dengan club tempatnya berada saat ini bersama dengan wanita yang berhasil ia dapatkan. Reinaldy memasuki kamar hotel lalu menit berikutnya Reinaldy dan wanita itu sudah sibuk menjelajahi tubuh satu sama lain. Kamar itu menjadi saksi bisu dua anak manusia saling mengejar kepuasan mereka masing-masing dengan kegiatan mereka. Keduanya saling mengejar apa yang mereka cari dan saat Reinaldy sudah mendapatkan apa yang ia mau, Reinaldy pun langsung meninggalkan wanita itu tidak lupa dengan ucapan terima kasih berupa beberapa lembar uang atau membayar tagihan minum wanita itu dan sejauh ini para wanita itu tidak pernah menolak ucapan terima kasih yang Reinaldy berikan.