bc

Permata Bernoda

book_age18+
72
FOLLOW
2.1K
READ
contract marriage
HE
stepfather
heir/heiress
blue collar
sweet
bxg
mystery
like
intro-logo
Blurb

Wanita gila mana yang sebegitu putus asa, rela obral diri demi merebut pengakuan sang ayah?

Reda . . .

Mengumumkan dirinya sedang mencari suami kontrak, padahal dia punya kekasih, Arthur Bakrie!!!

○○○○○

Tapanuli Kahiyang adalah pria berkacamata yang minim ekspresi dan bicara. Mendadak saja Ta jadi suami kontrak dari anak haram tersembunyi keluarga terhormat Abinaya. Ta terseret dalam Konflik rumah tangga dengan ayah mertua dan selingkuhan Reda.

chap-preview
Free preview
Perhatian!
“PERHATIAN!!!” Semua anggota tim desain masing-masing bangkit dari duduk mereka dan berbalik ke lorong di tengah menanti kalimat selanjutnya dari kepala divisi mereka. Reda atau nama aslinya Ratu Abida. Ia adalah putri tidak sah Abifata, salah satu keturunan langsung Abinaya. Pantas sekali dirinya menyandang nama Ratu, tetapi sang ayah telah mengganti menjadi Reda setelah operasi wajahnya berhasil memuaskan. “Aku ingin menikah, silakan siapa yang berminat menjadi suamiku. Pernikahan kontrak dengan perjanjian yang disetujui bersama. Kalian boleh menyebarkan berita ini sesuka kalian. Bergegas, siapa cepat dia yang beruntung. Sekian!” Semua kembali ke kursi mereka, masing-masing menghadap dinding dan komputernya. Reda kemudian masuk ruangannya sendiri, barulah bisik-bisik di luar mendengung terdengar. Satu di antara mereka ingin beranjak, tetapi dialah yang jadi pusat perhatian saat ini. “Gazain! Bukankah kalian berpacaran?” Pria tampan itu mengusap keningnya yang berkeringat. Rahasia mereka tidak akan terbongkar hanya karena satu ulah gila. Harusnya begitu, seperti yang selama ini rapi terjaga. “Dia membuangmu begitu saja?! Oh, Tuhan! Kami kasihan.” “Tidak. Kau beruntung, Gazain! Lagi pula, siapa di antara kita yang mau menikahinya?” “Memang dia cukup manis dan montok, tapi ... tidak, terima kasih!” Pembicaraan antar para pria ini menusuk gendang telinga Gazain. Ada rasa tak rela, tapi bukan mereka yang harusnya disalahkan. Tak ada asap tanpa api. “Aku akan mengenalkan teman-temanku kepadanya. Barangkali ada yang ingin menaklukkan wanita gila itu.” Tawa mereka mengejek Reda tak sanggup lebih lama Gazain dengarkan. Ia mendadak menggeprak meja, hingga terlonjak mereka yang tadinya tertawa. “Dengar! Siapa pun di antara kalian, tidak boleh membawa berita ini ke luar dari ruangan ini! Paham?!” “Ada yang cemburu,” sahut seseorang. “Cari yang lain, Gazain!” “Kau tidak seburuk itu.” Suara mereka sahut menyahut satu sama lain. Gazain meninggalkan kursinya, berderap langkah masuk ke ruangan Reda. Begitu saja dia mengunci pintu atasannya tersebut. “Kau bahkan tidak mengetuk pintu,” tegur Reda acuh tak acuh selagi mengikir kuku jarinya. “Ada apa?” “Kau gila!” “Aku sudah tahu,” balas wanita itu santai meniup bekas kuku dari jemarinya. “Lalu?” “Apalagi yang diminta Abifata?!” berang Gazain. Reda terkenang pada beberapa hari lalu, saat Khalid Wandawarma menolak rayuannya. Reda mengadu pada sang ayah bahwa sulit menipu dan merusak rumah tangga Khumaira. Kemudian ide lain muncul, memiliki pewaris laki-laki lebih dulu daripada Khumaira. “Aku harus punya anak laki-laki.” “Lalu untuk apa pengumuman itu? Ke mana kekasihmu, Arthur Bakrie?!” Reda melemaskan punggung di sandaran kursi. Ada betik kecewa yang hadir setelah nama itu dan status hubungan mereka diingatkan. Kata umpatan akan mewakilkan bahwa semua ini tidak sesuai rencananya. “Lusa kemarin aku dikenalkan kepada Nyonya Naraya, lalu tadi pagi Arthur sudah tiba di bandara negara lain.” Gazain terdiam. Duka dalam kalimat Reda menyapu marahnya. “Kau baik-baik saja?” Reda mengembuskan napas panjang. Ia sudah menangis hingga basah bantalnya, tapi tak mengembalikan Arthur atau mendapat restu Nyonya Naraya. “Haruskah kukatakan kepada Nenek ke***rat itu bahwa aku ini putri kandung Abifata dengan model seksi simpanannya?! Harusnya kubungkam mulut cerewetnya dengan tes DNA bahwa aku ini bagian dari Abinaya pula. Kau tahu dia gila akan permata sampai menukar putrinya sendiri ke keluarga itu, lalu lahirlah si Khumaira si---!” “Jangan salahkan Khumaira!” potong Gazain sebelum Reda mengumpat lagi. “Bukan Khumaira yang salah atas hidupmu atau pun hidupku.” “Lalu siapa?! Siapa, Gazain?!” “Abifata! Kalau dia menikahi ibu dan baik-baik sebagai ayah, kau tidak akan jadi begini.” Kata umpatan tetap keluar dari mulut Reda, “Khumaira berkata aku bisa saja hidup lebih baik sepertimu.” Gazain menawarkan solusi yang sudah miliaran kali diajukannya kepada Reda. “Tinggalkan semua keinginanmu, jauhi Abifata dan hidup bersamaku.” “Kau mau terus dianggap sebagai kekasihku yang menyedihkan?” tanya Reda pelan, menahan senyuman. “Aku tak peduli. Kau akan lebih baik tanpa pengaruh Abifata, Reda.” Reda berang menyeka semua hal yang ada di mejanya hingga berhamburan jatuh. “Aku tidak bisa, Gazain! Aku pewaris utama seperti Khumaira pula!” “Itu hanya kata Abifata, Reda. Kau hanya alat baginya. Pergi dari setan tua itu!” Reda tertawa sumbang. “Setan tua itu ayahmu juga.” Gazain bungkam tak punya sanggahan. Nyatanya memang begitu, darah lebih kental dari apa pun. Reda bangkit mendekati Gazain, “Aku tidak mungkin mengharapkan Arthur. Segera aku harus hamil dan mendahului Khumaira, dengan begitu Abifata akan mengakuiku sebagai putrinya dan memenangkan putraku menduduki takhta setelah Khumaira dilengserkan. Setidaknya, kalau aku berhasil, kau juga akan masuk silsilah keluarga Abinaya sebagai kembaranku.” Gazain menepis Reda yang ingin membujuknya. “Jangan tarik aku ke sana!” “Kau tidak bisa menolak takdirmu, Gazain,” senyum Reda miring. “Kau tidak bisa menggapai Khumaira.” “Kau tidak akan menang dari Khumaira. Kau di sisi yang salah, Reda, mana mungkin kemenangan berpihak kepadamu!” “Setidaknya ayah akan mengakuiku,” ujarnya sendu. Gazain mengumpat pula. Tak sering ia melakukannya, tetapi terlalu sering mendengar hingga fasih sendiri lidahnya. Reda tertawa. “Lihat! Bakat Abifata menurun padamu juga.” “Kalau kau mau menikah, akan kubawakan calon suami untukmu! Jangan lagi kau mempermalukan diri begitu!” “Aku tahu, kau sayang sekali kepadaku, Gazain,” kekeh Reda senang. Gazain keluar ruangan dengan nyala meletup di kaki dan kepalanya. Detik itu juga ia menarik kunci kendaraan roda dua dan meninggalkan kantor perusahaan Abinaya. Gazain tak punya teman dekat, rahasianya harus tersimpan rapat. Hanya dengan begitu hidupnya bisa terjaga dan pura-pura bahagia. Satu dari banyak manusia yang pernah bersinggungan dengannya, Gazain ingat seseorang. Satu nasib, satu rahasia bersama. Gazain turun dari motor setelah petunjuk pada aplikasi ponselnya menyatakan sudah sampai di tujuan. Berdiri sebuah bangunan bertuliskan ‘perpustakaan mandiri’. Itu saja, dengan rak buku tampak dari jendela transparan kusam tetapi tanpa debu. Bangunan tua yang dimakan usia. Gazain masuk. Lonceng menyapanya. “Cari buku apa?” tanya datar terdengar. Gazain bergerak ke sumber suara. Ditemukannya seorang pria tinggi sedang naik tangga membersihkan debu di area yang sulit dijangkau dengan sebatang kemoceng. “Aku mencarimu!” Pria itu berbalik, membetulkan letak kacamata sebentar kemudian alisnya terangkat satu. “Aku bukan buku.” “Yah, lama tak berjumpa. Mari kita bicarakan rahasia lalu yang ada.”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Terjebak Pemuas Hasrat Om Maven

read
4.9K
bc

Dokter Jiwaku Membuatku Menggila

read
15.7K
bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
7.0K
bc

CINTA ARJUNA

read
18.4K
bc

Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar

read
4.3K
bc

Rayuan Sang Casanova

read
2.7K
bc

Tergoda Rayuan Mantan

read
26.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook