7 - Semua Terkendali

1249 Words
Setelah membereskan urusan penataan letak sumberdaya miliknya, menjauhkan dari lokasi-lokasi nyala Hell Fire, Arthur melanjutkan untuk terbang menjelajah ruang bagian dalam Spacial Ring. 'Ia hanya masuk untuk beberapa saat! Tapi memberi perubahan sedemikian rupa! Hal tertentu apa sebenarnya tadi ia terapkan didalam sini?' gumam Arthur. Semakin jauh menjelajah, berkembang semakin heran raut wajahnya. Bagaimana tidak, selain dari ukuran yang tumbuh lebih besar dalam tahap bisa dikatakan mencengangkan, situasi ruang penyimpanan Spacial Ring, juga benar-benar berubah tak lagi seperti yang selama ini dikenal oleh Arthur. Spacial Ring yang merupakan item privat bagai kamar pribadi, tentu menimbulkan rasa tak nyaman bagi pemiliknya saat itu tak lagi seperti biasa ia kenal. Kasus yang mana kini sedang dialami Arthur. Menjadi kesal atas aksi seenaknya Barbatos. Ya meskipun rasa kesal Arthur sendiri, sebenarnya cukup tak mendasar. Bagaimanapun juga, itu ia yang telah dengan sembrono memberi ijin atau akses bagi Barbatos dapat memasuki Spacial Ringnya. 'Sial! Ini luas sekali! Dimana itu ditempatkan? Dari mana aku harus mulai mencari?' Tak terhitung sudah berapa kali Arthur mendengus kesal. Semakin kesal karena setelah menghabiskan waktu beberapa saat menjelajah dalam wujud mental, ia tak kunjung juga menemukan yang sedang dicari. Keberadaan Bunga Udumbara Fatamorgana dan Jubah Bayangan. Tujuan awal memasuki ruang penyimpanan. "Kiiiii…. Kiii…..!!!!" Tepat ketika kalimat keluhan kembali terucap dari mulut Arthur, suara aneh tertentu, seperti menyahut mulai terdengar dari satu sudut arah. 'Hmmmm…? Setelah Hell Fire, apa lagi sekarang ia tempatkan didalam Spacial Ringku?' gumam Arthur. Menoleh cepat pada arah sumber suara aneh, untuk mendapati sesosok makhluk berbentuk kelelawar hitam terbang menembus kobaran Hell Fire. Melaju tampak mendekatinya. "Kiii…. Kiii….!!!" Sempat terbang dalam gerak aneh nan acak kesana-kemari mengelilingi Arthur, kelelawar hitam, kembali menyerukan suara aneh nan mengganggu ditelinga sebelum melaju meninggalkan tempat menuju satu arah. 'Apa dia ingin aku mengikutinya? Semacam pemandu?' gumam Arthur. Melihat kelelawar hitam, berhenti terbang saat telah sampai pada jarak tertentu. Seolah sedang menunggunya. Kesadaran Ranah Mental Arthur, kembali terbang menjelajah ruang penyimpanan. Kini dengan mengikuti kemanapun kelelawar hitam mengarah. Hingga setelah beberapa waktu tak terlalu lama, cukup singkat, ia sampai dilokasi yang seperti adalah sumber dari segala kobaran Hell Fire. Dihadapan Arthur, sebuah nyala Api Hitam Hell Fire, membentuk semacam api unggun raksasa membumbung tinggi. 'Jadi benar makhluk seperti kelelawar ini, memiliki peran sebagai pemandu!' gumam Arthur. Sempat melirik kelelawar hitam yang masih bertahan terbang acak kesegala arah tak bisa diam, sorot mata Arthur, berganti menatap dua hal sedang ditempatkan tepat didepan Api Unggun raksasa Hell Fire. Tak lain Bunga Udumbara Fatamorgana, serta Jubah Bayangan. Dua hal yang sedang ia cari sedari tadi. Bunga Udumbara Fatamorgana, tampak telah ditanam sempurna pada suatu wilayah yang membentuk formasi segel aneh terkait dengan api unggun Hell Fire. Formasi segel yang terkait dengan api unggun raksasa Hell Fire ini, memanfaatkan kobaran dari derak menekan Api Hitam, untuk menahan Bunga Udumbara Fatamorgana, tak terlalu leluasa bergerak. Dengan tertahannya pergerakan Bunga Udumbara Fatamorgana, itu memberi efek produksi serbuk sari halusinasi, sebaran kabut berwarna biru muda, tak meluap berlebihan. Terproduksi secara teratur pada kapasitas tertentu. Dimana secara berkala pula, akan lekas mengalir diserap oleh Jubah Bayangan. 'Hmmmm…. Meskipun mengesalkan telah merubah sedemikian rupa struktur ruang penyimpanan, Barbatos sepertinya tak asal bicara saat mengatakan ia telah menempatkan pengaturan khusus!' gumam Arthur. Ketika selesai mengamati bagaimana jalinan rapi terstruktur dari Api unggun raksasa Hell Fire, berkesinambungan baik dengan kebutuhan Jubah Bayangan. Rasa kesal Arthur kepada Barbatos, kini sedikit mereda. Meskipun tetap, ia berniat akan menuntut atau meminta penjelasan terperinci tentang apa saja telah dilakukan salah satu sosok Ras Iblis terkuat Hell Orb tersebut pada Ruang penyimpanan Spacial Ring miliknya. Hell Fire bertebaran di segala sudut, ditambah pula sosok aneh kelelawar hitam. Semua perlu dijelaskan secara rinci. 'Hmmmm…. Sepertinya ini sudah cukup bagus untuk sekarang! Bunga Udumbara Fatamorgana dan Jubah Bayangan, telah ditempatkan dalam posisi serta kondisi yang sesuai!' Arthur yang merasa urusan memeriksa ruang penyimpanan telah rampung, hendak akan kembali menarik kesadaran. Keluar dari ruang penyimpanan. Hanya saja…. 'Hmmmm… Konyol! Bagaimana aku tak bisa menemukan jalan keluar? Tersesat didalam ruang penyimpanan Spacial Ring milik sendiri!' maki Arthur. Rasa kesal terhadap Barbatos yang sempat mereda, lekas kembali meluap bersama ia tampak kebingungan mencari keberadaan jalan keluar. 'Kiii…! Kiii….!!!' Arthur masih menatap pada beberapa sudut dengan wajah percampuran antara kesal dan bingung ketika suara aneh nan mengganggu telinga kelelawar hitam, kembali terdengar. Makhluk mungil tersebut, terbang melesat cepat dalam gerak aneh seperti saat tadi pertama mendatangi Arthur untuk kini, sekali lagi mengitari wujud mentalnya. 'Hmmm… Jangan bilang harus mengandalkan makhluk aneh ini lagi sebagai pemandu jalan keluar?' ucap Arthur, melempar kalimat bertanya pada diri sendiri. 'Kiii….!' Seolah menjawab pertanyaan Arthur, pergerakan terbang kelelawar hitam, berkembang semakin cepat dan cepat. Terlalu cepat hingga itu tampak berubah menjadi semacam kelebat bayangan hitam. Bayangan hitam, terus mengitari tubuh Arthur, membuat ia tak memiliki ruang untuk bahkan mengambil satu langkahpun dibuat entah maju, atau mundur. Situasi yang akhirnya ditanggapi Arthur dengan sekedar membiarkan. Diam mengamati apa yang sedang coba dilakukan oleh makhluk aneh tersebut. Perputaran bayangan hitam, terus melaju kencang sampai menimbulkan efek terbentuknya percikan Hell Fire muncul untuk beberapa saat singkat. Percikan yang kemudian berkembang menjadi kobar yang seperti melahap wujud kesadaran mental Arthur. 'Hei….' Sekedar sempat melempar satu kata sembari menampilkan raut wajah terkejut, Arthur tak sempat melanjutkan saat sosok wujud mentalnya, tiba-tiba lenyap tersapu kobar Hell Fire ciptaan Kelelawar hitam. **** (Beberapa saat kemudian, dunia luar) "Wahh… Aku terbakar…!" Berteriak panik, Arthur yang kesadaran mentalnya telah kembali ke tubuh fisik, reflek melompat mundur kebelakang. "Ehhh… Aku keluar?" gumam Arthur, menampilkan raut wajah konyol sembari memeriksa tubuh dengan sapuan tangan. Memastikan tak ada kobar Hell Fire membakar dirinya. "Benar-benar cara keluar yang tak nyaman! Jadi makhluk aneh itu juga berfungsi sebagai pemandu atau jalan pintasan keluar dari ruang penyimpanan?" lanjut Arthur, kembali melakukan percakapan dengan diri sendiri. Coba mengambil kesimpulan. *Tapp…!! Sempat bertahan termenung menampilkan raut wajah konyol, Arthur baru kembali mendapat fokus saat mendengar ada satu pendaratan ringan hadir tak jauh dari lokasi ia sedang berada. "Hei! Arthur! Apa kau baik-baik saja? Aku sungguh takut!" Tak lain adalah sosok Cecilia kini bertanya sembari mengambil langkah mendekat. Nona Muda Pertama dari Klan Iron Eagle ini, segera bergerak masuk kedalam celah perbukitan menuju keberadaan Arthur saat melihat sebaran kabut biru muda milik Bunga Udumbara Fatamorgana, tiba-tiba lenyap. "Aku? Tentu saja baik?" balas Arthur, wajah konyol sedari tadi sempat ia tampilkan, lekas berubah kembali menjadi ekpsresi sombong berbalut senyum tengil. "Tak ada perlu dicemaskan!" "Situasi macam bagaimanapun, semua akan lekas terkendali ditangan ahli nan mahirku ini!" lanjut Arthur, berkembang semakin menjadi kalimat sombong keluar dari mulutnya. "Hmmmm… Begitu?" gumam Cecilia. Mendengar dan melihat bagaimana raut wajah serta penyampaian kalimat sombong Arthur, terlebih melihat senyum tengilnya, lekas lenyap segala kecemasan tadi sempat menghias sorot mata Nona Muda Klan Iron Eagle ini. Berganti menjadi tatapan kesal. "Lalu, Bunga Udumbara?" Coba mengesampingkan rasa kesal, Cecilia mengganti topik dengan menanyakan perihal Bunga Udumbara. Bersama lempar pertanyaan pula, raut wajah gadis itu kembali cemas melirik sekitar. "Hmmmm… Bukankah sudah kukatakan bahwa semua terkendali? Tak perlu takut lagi dengan Bunga Udumbara!" balas Arthur. "Aku telah mengurus makhluk merepotkan keras kepala itu!" tutup Arthur. "Mengurus? Bagaimana kau mengurus Demonic Plant Legendaris nan berbahaya Bunga Udumbara?" tanya Cecilia. Mengerutkan kening. "Berhasil menebang?" lanjut Cecilia, berkembang semakin penasaran ketika tak menemukan sisa-sisa dari tangkai Bunga Udumbara saat kembali menyapukan mata melihat sekitar. "Menebang? Tentu saja tidak! Terlalu disayangkan!" balas Arthur. "Lalu?" tanya Cecilia sekali lagi. "Kupindahkan hidup-hidup! Hahahhaha….!" balas Arthur. "P-pindahkan? Hidup-hidup?" Kalimat balasan Arthur, cepat membuat wajah Cecilia, menjadi tak karuan. Bingung harus memberi tanggapan seperti apa atas informasi tak terduga baru ia dengar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD