Satu minggu berlalu cepat. Progres April dalam mempelajari gitar maupun meningkatkan pemahamannya di bidang akademik menunjukkan kemajuan. Meski April harus bekerja ekstra keras di luar jam belajar sekolah ataupun di rumah. Selama jam istirahat, April akan berada di ruang seni – menyiksa jemarinya dengan menekan dawai ke fingerboard, belajar membaca not balok, juga menggenjreng dan memetik senar gitar dengan cara yang baik dan benar. Sementara itu, usai jam sekolah, ia dan Irgi akan menempati sebuah kursi di koridor menuju ruang guru, mengulang materi-materi pelajaran yang tidak ia pahami. Jika sebelumnya meja dengan dua kursi itu biasa diduduki siapa pun, kini seolah ada penanda ‘reserved’ tak kasat mata yang terlulis di sana, khusus April dan Irgi. “Udah jam setengah dua, boo. Yuk, aku