Riasan make-up minimalis diwajah cantik itu membuatnya terlihat anggun, tak seperti biasanya malam ini wanita yang selalu tampil menantang itu lebih feminim dan terlihat sangat manis.
"Well, sepertinya pesonamu tidak kalah dengan gadis belasan tahun, Daisy..." ujarnya percaya diri kepada dirinya sendiri seraya tersenyum kearah cermin.
Kalung mungil yang menghiasi leher jenjang miliknya menjadi sentuhan terakhir guna menyempurnakan penampilannya, dipadukan dengan gaun tanpa lengan berwarna hitam yang membungkus tubuh indahnya dan heels berwarna silver.
Ia mengoles bibirnya dengan warna yang ringan agar tak terlalu mencolok, lagipula ini hanya acara makan malam keluarga. Ia tidak ingin seluruh keluarga Andrew terkejut melihat sifat asli dirinya yang bahkan Andrew sendiri tidak mengetahuinya.
Daisy berdiri didepan cermin, mengamati seluruh tubuh dan juga riasan wajah dan rambutnya. Dirasanya cukup, Daisy akhirnya mengambil tas dan meninggalkan rumahnya menuju kediaman Andrew.
Mobil berwarna hitam tersebut melaju membelah jalanan kota New York, ia melirik sekilas kearah spion, menatap dirinya sendiri.
Wajah cantik itu masih terlihat angkuh meskipun dengan riasan minimalis sekalipun, ia berdeham dalam hati. Malam ini mengapa terasa berbeda? Sesungguhnya ia hanya ingin menghilangkan penat, dan keluarga Andrew sepertinya menjadi alternatif yang ampuh daripada ia harus menghabiskan waktunya diclub malam dan pulang dengan keadaan mabuk.
Tapi ia terlihat akan melakukan kencan malam ini...
Daisy menghilangkan segala pikiran negatif, Andrew hanyalah pegawainya. Dan beruntung sekali pria itu memiliki keluarga yang sangat ramah meskipun Daisy sama sekali tak pernah bertemu dengan mereka.
Beberapa menit berlalu, kendaraan beroda empat tersebut berhenti tepat didepan rumah sederhana tersebut, wanita itu turun dari mobil seraya membenarkan dress selututnya agar terlihat lebih sopan.
Ia berjalan pelan menuju pintu utama, mengetuknya beberapa kali lalu menunggu...
Suara canda tawa dari dalam terdengar oleh Daisy, ia menyunggingkan senyum. Rumah ini sangat sederhana tapi terasa sangat hangat, bebeda sekali dengan mansionnya, sepi dan terasa dingin seolah tak berpenghuni.
Cukup lama Daisy berdiri didepan pintu, namun tak kunjung ada jawaban. Mungkin terlalu ribut didalam sehingga tak seorangpun mendengar ketukannya.
Daisy mengetuk kembali beberapa kali, "tunggu sebentar..." ujar seorang pria dari dalam rumah.
Pintu yang terbuat dari kayu tersebut terbuka, Daisy sedikit terkejut dan membulatkan kedua matanya.
Pria itu...
Terlihat sangat tampan, mengenakan kemeja berwarna cokelat.
Sangat sederhana tapi dapat membuat wanita seperti Daisy cukup terpukau melihatnya, mungkin karena ia sudah terlalu sering melihat kemewahan dari seorang pria hingga ia lupa bahwa kesederhanaan ternyata juga dapat membuat seorang pria menunjukan pesonanya.
"Miss? Kau baik-baik saja?" Tanya Andrew seraya melambaikan tangannya didepan wajah Daisy.
Daisy yang lamunannya telah buyar mencoba menetralkan wajanya dan menyembunyikan kekagumannya pada pria itu, wajahnya kembali berubah angkuh seperti tak ada yang ia rasakan dan mengangkat dagunya tinggi seperti biasanya.
"Aku baik-baik saja Andrew, kau pikir aku kehilangan akal sehatku?" Ketus Daisy, Andrew hanya mengangkat bahunya acuh.
Then she start again... batin Andrew.
"Ahh... masuklah Miss... Ibuku sudah menunggu sedari tadi" ujar Andrew sebelum ia makin terpana melihat penampilan dari bosnya itu, tak biasanya Daisy memakai riasan minim seperti itu.
Paling tidak, Andrew selalu melihat Daisy mempertebal alis atau lipstiknya tapi malam ini ia sangat cantik.
Andrew bahkan tidak dapat mengatur debaran jantungnya malam hari ini.