Pretend

534 Words
"Apa kau tadi menciumku hanya untuk membuat Mr. Osborn cemburu?" Bibir berlipstik merah merona itu tertutup rapat, pertanyaan Andrew barusan menohok perasaannya. Seolah ia adalah wanita yang jahat dan hanya memanfaatkan pria yang sejatinya tidak mengerti apa-apa itu. Ia menarik nafas dalam-dalam, ingin sekali Daisy mengeluarkan kata maaf karena telah berlaku lancang meski Andrew adalah bawahannya. Dan tidak sepatutnya ia berbuat dan melecehkan Andrew seperti itu. Tapi rasanya sulit sekali untuk mengucapkan kata maaf dari bibir ketus itu, ia terbiasa berbicara kasar dengan nada tinggi. Mengomel tidak jelas pada pria itu sepertinya akan sulit hanya untuk sekedar meminta maaf. Andrew masih fokus dibalik setir kemudi, Daisy berdeham sejenak. Memutar otak dan mencari sebuah alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan pria itu. "Aku mencoba untuk menghindari Mr. Osborn. Sekarang aku tahu, bahwa ia hanya memanfaatkan diriku untuk mengambil alih profesiku..." Good point, alasan yang sangat tepat tiba-tiba muncul diotakmu Daisy... Dasar kau memang jalang! batin Daisy dalam hati. "Benarkah? Itukah sebabnya ia mendekati dan mengajakmu berkencan?" Daisy tidak habis pikir, pria disebelahnya ini terlalu lugu dan langsung percaya padanya, meskipun kenyataannya benar tapi Daisy cukup terkejut bahwa pria itu memercayainya begitu saja. "Ya..." Daisy mengangguk. "Jadi... kau akan mencari supplier baru?" Tanya Andrew mencoba untuk mengalihkan pembicaraan, karena ia tahu, Daisy tidak akan menjawab pertanyaan pertamanya tadi. "Ya Andrew, aku akan mulai mencari kembali." Jawab Daisy, seraya menghela nafas lega. "Berhati-hatilah Miss." Daisy kembali dikejutkan oleh pria yang umurnya jauh dibawahnya itu, sedikit terkesan ketika Andrew cukup perhatian padanya. Oh, baiklah. Sepertinya ia mulai terserang sindrom pubertas level tua, diumurnya yang sudah kepala tiga harusnya ia tidak seharusnya mengambil hati semua perkataan pria. Ingat akan moto hidupnya yang menghindari kontak perasaan dan hanya sekedar seks jika ia berhubungan dengan pria. Well, sepertinya ia harus menanamkan pemikiran tersebut kembali keotaknya. . . . . . Mereka berdua makan dalam diam, Andrew yang masih penasaran dengan pertanyaannya tadi dan Daisy yang merasa bersalah atas perlakuannya kepada Andrew. Makan siang terasa hambar karena hampir setengah jam mereka berdua duduk bersebelahan namun tak sedikitpun mengeluarkan suara. Sepertinya masing-masing dari mereka tengah terhanyut dengan pemikirannya masing-masing. "Setelah ini kita kembali kekantor?" Tanya Andrew, Daisy hanya mengangguk. Menghabiskan makanan dengan cepat meskipun rasanya ia tidak bernafsu untuk menelannya. "Apa jadwalku setelah ini Andrew?" Tanya Daisy, dengan sigap Andrew mengecek ponselnya. "Uhm... seharusnya kau masih melangsungkan rapat dengan Mr. Osborn, aku pikir akan sampai larut. Tapi setelah kejadian tadi, sepertinya kau free hari ini" jelas Andrew, Daisy dapat mencerna perkataan pria itu tentang 'kejadian tadi'. Itu jelas sekali kejadian dimana ia mencium Andrew dengan sangat b*******h. Kembali ketopik bahwa hari ini ia tidak pulang larut malam, sepertinya ia memiliki sebuah rencana agar dapat menjernihkan pikirannya seraya memikirkan untuk mencari supplier baru. "Bolehkah malam ini aku berkunjung kerumah Ibumu? Aku harus menghadiri undangannya." Tanya Daisy penuh harap, Andrew sedikit terkejut, Daisy ternyata cukup baik terhadap orang yang lebih tua dan jelas-jelas derajatnya jauh dibandingkan dirinya. "Benarkah itu Miss?" "Ya Andrew, tentu." Jawab Daisy mantap, wajah Andrew berubah girang. Ia meminta izin kepada Daisy untuk menghubungi Ibunya untuk menyiapkan makan malam khusus untuk bosnya itu. Ibunya pasti akan senang mendengarnya, mengingat Daisy adalah bos yang telah menyelamatkan hidup keluarganya dengan memberinya pekerjaan diperusahaan Daisy.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD