Menjelaskan kebaikan

1057 Words
"Oo.. Disentuh?" ucap Aron masih terheran-heran. Di setiap perjalanan. Dia hanya menatap ponselnya. Membolak balikkan ponselnya. Melihatnya secara detail. "Lain, kali aku boleh minta untuk di ajarkan?" kata Aron lirih. "Tentu saja. Kamu juga harus punya seperti ini. Biar kamu bisa komunikasi." kata Brian. "Iya, aku juga butuh komunikasi nantinya.. Tapi sama siapa. Aku tidak punya teman sama sekali. Bahkan aku tidak mengenal semuanya." "Belum waktunya. Kelak juga kamu akan punya teman. Dan, kamu akan melakukan hal yang sama. Sebuah misi." kata Brian, seolah dia tahu masa depan yang akan dilakukan oleh Aron. "Teman?" tanya Aron. Dia mengerutkan keningnya bingung. Wajahnya terlihat begitu polos. Seperti remaja yang baru saja keluar dari goa. Tidak pernah tahu apapun di dunia luar. Apa yang harus dilakukan. Dan, apa yang harus dihindari. "Teman itu seperti aku dan kamu. Kamu bisa ajak ngobrol. Dan, kamu bisa bertukar cerita. Semua cerita nanti kamu bisa ceritakan pada teman. Tapi, kamu harus pilih2 teman. Jangan kamu anggap semua teman sama. Ada juga yang jahat. Ada juga yang baik. Tapi, semua itu tergantung kamu bagaimana." "Kamu harus menyikapinya dengan baik. Jangan sampai kamu memilih teman. Pilih dengan baik." lanjut Brian, dia melirik sekilas ke arah Aron. Dia masih diam kebingungan dengan apa yang dibicarakan oleh Brian. Dia tidak tahu perasaan. Cinta, kasih sayang, atau keinginan melindungi seseorang. Entah, hatinya terbuat dari apa. Dia sama sekali tidak peduli dengan semuanya. "Bagaimana?" tanya Brian memastikan. "Apa kamu paham?" lanjutnya. "Aku belum mengerti. Tapi, aku harap akan segera tahu nantinya. Jika aku sudah terbiasa hidup di kota. Pasti aku bisa belajar lebih banyak lagi." kata Aron. "Iya, sekarang yang paling penting. Jaga diri kamu. Karena di luaran sana banyak musuh yang pastinya akan mengingat kamu nantinya." "Mengincarku?" Aron semakin bingung. "Kenapa mereka mengincarku? Apa yang mereka dapatkan dariku. Apa aku bisa menguntungkan bagi mereka?" tanya Aron, menatap wajah Brian. "Kalau soal, menguntungkan. Kamu sangat menguntungkan bagi mereka. Dan, mereka juga ingin mengincar kamu. Bahkan, kamu juga harus jaga diri." kata Brian. "Jika suaramu saat aku tidak bersama denganmu. Aku hanya berpesan satu hal. Jaga diri kamu, jangan sampai kamu salah pilih teman. Aku takutnya kelak ada yang memanfaatkan kekuatan kamu untuk kejahatan. Atau, bahkan menjadikan kamu sebagai eksperimen mereka lagi." Brian, mengingat apa yang dibicarakan dengan komandannya tadi. Ada seorang profesor yang memang memberikan tugas untuk mencari seorang anak yang diperkirakan sudah remaja sekarang. Dan, entah kebetulan atau gimana. Dia bertemu dengan Aron. Dia menceritakan semuanya tentang dirinya. "Makasih!" kata Aron. "Untuk apa?" tanya Brian. "Kamu sudah mau jaga aku sekarang. Lagian, jika aku tidak bertemu dengan kamu. Mungkin aku juga akan menjadi orang yang terabaikan di sana. Aku juga tidak bisa ke kota seperti ini." kata Aron. Kedua matanya melihat sekelilingnya. Saat mobil Brian sudah sampai di kota. Pemandangan kota yang sangat indah, banyak sekali kendaraan yang lalu lalang di sana. Banyak gedung-gedung tinggi menjulang langit. Banyak orang-orang bersepeda. Berbagai macam orang bisa di Lihat nya. Bahkan dia juga melihat semua ekspresi orang yang dia lewati. "Aku baru kali ini mel8hat tentara di i8ta banyak sekali orang. Kenapa jika aku dulu tidak boleh main di kota?" ucap Aron. Pandangan matanya masih tertuju pada luar kaca mobilnya. Tak hentinya laki-laki itu terus menatap kagum. Pemandangan kota yang luar biasa indah baginya, yang belum sama sekali tahu kehidupan di kota. "Kehidupan di kita itu kejam." kata Brian. "Kenapa begitu?" tanya Aron, menoleh ke arah Brian. "Ada baik ada jahat. Seperti seorang pencuri. Dia itu sebenarnya jahat. Kadang, ada yang baik hanya mereka salah jalan saja." "Terus gimana cara membedakannya. Apa mereka baik atau jahat. Kenapa sangat membingungkan." tanya Aron semakin bingung. "Nanti kamu juga kamu tahu sendiri." Brian, hanya tersenyum tipis. "hanya biasakan bergaul dengan remaja seusianya. Agar kamu tahu bagaimana cara agar kamu bisa bedakan mereka seperti apa. Jika ada yang jahat jangan dibalas. Tapi, berbeda jika orang dewasa yang jahat. Kamu bisa balas itu. Mereka memang dasar di otaknya jahat. Tidak bisa dirubah. Jika masa remaja mereka bisa berubah pola pikirnya." kata Brian. "Baiklah, aku mengerti." "Dan, aku bilang lagi sama kamu. Jangan pernah sama sekali bilang pada siapapun tentang kekuatan yang kamu miliki. Meski aku juga tidak tahu bagaimana kekuatan itu. Setidaknya, jangan sampai orang lain tau." ucap Brian, teringat kembali tentang atasannya yang akan mengambil Aron. "Jangan kekuatan itu di pusat kota. Karena disini banyak sekali manusia berbulu domba. Kamu harus pintar sekali membedakan orang yang baik atau tidak." "Baiklah, makasih atas sarannya." ucap Aron. "Sama-sama, jaga diri kamu." Brian mengusap rambut Aron. Baru beberapa hari. Dia seolah menganggap Aron seperti anaknya sendiri. ** Sampai di pusat kota. Brian berhenti tepat di toko tanaman yang berada tepat di kota. "Kamu mau ikut ke dalam atau tetap disini?" tanya Brian. "Ikut saja." kata Aron. Membuka pintu mobilnya. Dan, melompat keluar dari mobil. Lalu, menutup kembali mobilnya. Dan segera berlari mengikuti Brian yang sudah berjalan masuk ke dalam. Berbagai tanaman terlihat begitu indah. Dari tanaman buah-buahan, Sayuran, bahkan sampai berbagai macam bunga ada di sana. Semuanya di lengkap. "Kamu mau beli tanaman apa?" tanya Aron. "Buah-buahan pastinya, sayuran kita bisa petik untuk masak. Bunga, untuk di depan rumah. Setidaknya bisa menguasai rumahku yang begitu jelek." kata Brian. "Memangnya selain itu tidak ada?" "Maksudnya?" "Selain tanaman itu?" "Memangnya kamu mau cari tanaman apa? Tanaman buat kamu? Tanaman buat ramuan atau Apa. Aku tidak tahu," kata Brian. "Semua itu hanya ada di dalam dongeng. "Aku gak tahu itu semua. Aku hanya bisa mengerti apa yang kamu katakan saja. Lagian, aku mana tahu tumbuhan apapun. Aku hanya tahu pohon-pohon yang berada di depan rumahku." ucap Aron. "Memangnya di rumah kamu ada pohon?" tanya Brian. "Ada.." "Em... Mungkin memang aku yang tidak tahu." kata Brian. Aron menganggukan kepalanya. Dia berjalan pelan, melangkahkan kakinya melihat beberapa bunga yang begitu cantik. Berbagai macam bunga yang begitu indah di depannya. "Ini bunga, kan? Aku baru kali ini mel8hat bunga yang begitu indah. Dan, ini nyata tidak di dalam buku lagi. Baru pertama kali dalam hidupku melihat bunga." ucap Aron. "Makasih, tapi ini memang begitu indah." lanjutnya. "Makasih untuk apa. Lagian, aku akan mengajarkan kamu semua nanti. Tidak perlu terima kasih." kata Brian. "Apa itu namanya kamu di sebuah orang baik." Brian menatap ke arah Aron. "Apa kamu tahu bedanya baik dan buruk?" tanya Brian. "Iya, tahu." ucap Aron. "Hanya saja aku tidak tahu. Bagaimana orang baik dan orang buruk. Aku juga tidak tahu." kata Aron.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD