Brian berlari mencari Aron. dia membuka setiap ruangan di sana. Hampir satu jam, tidak ada sebuah tanda apapun ada di sana. bahkan, Alex juga tidak memberinya tanda jika dia berada di sana. Brian berhenti sejenak tepat di depan sebuah gudang kosong. dengan makanan yang di ambilnya tadi di ruangan sebelah. Karena tidak mau ada yang curiga. dia terpaksa pura-pura mengambil makanan.
Brian meletakkan makanan itu di atas meja. Tepat tak jauh dari tempat dia berdiri. meja yang sedikit rusak. Dan, kursi yang juga sudah rapuh. Mau tidak mau dia harus memakan nasi itu lebih dulu, untuk melanjutkan perjalananya lagi.
"Dimana dia membawa Aron!" gerutu Brian.
Dia makan dengan tatapan mata kosong. Otak yang masih berpikir keras keberadaan Aron saat ini. kemana Aron pergi. Dia namun bisa tenang jika tidak bertemu dengan Aron. wajah Aron tertuju pad sebuah pintu gudang. dia merasa ada yang di yang aneh di sekitarnya. hingga sampai dia sudah menghabiskan makannya. kedua mata itu masih tertuju ke arah gudang.
"Apa mereka akan di bawa ke gudang!" tanya Brian pada dirinya sendiri.
Merasa sangat penasaran dengan apa yang terjadi di dalam. Brian meletakkan kembali sendok plastik yang buat dia makan barusan. sementara, dia menyembunyikan bekas wadah makannya di atas sampah.
Brian mulai menarik napasnya dalam-dalam. Dia dengan sangat hati-hati berjalan mendekat ke arah gudang. Laki-laki itu melangkah demi langkah. Sembari memasang alat pendengarannya yang tajam untuk mendengar apa ada kegiatan di dalam.
Sampai di depan pintu gudang. Dia menempelkan telinganya. Sama sekali Brian tidak mendengar apapun. Hanya suara tikus yang berkeliaran di dalamnya. Brian menghela napasnya kesal. Dia merasa sangat frustasi sekarang. Brian menempelkan keningnya di pintu Pandangan mata tertunduk mata menatap ujung sepatunya.
kedua tangan mengepal, di atas kepalanya. Laki-laki itu mengatur napasnya yang berantakan. Dia mencoba untuk menenangkan dirinya.
"Ruangan rahasia?" Kata Brian. Iya, dua mulai ingat saat dirinya masih bekerja di tempat itu. Ada seseorang yang bilang jika ada ruangan rahasia dirinya. Meski Brian berkerja cukup lama saat tidak tahu dimana letaknya. karena memang jarang sekali ada yang tahu. bahkan entah siapa yang buat ruangan rahasia itu. Antara bisa John. atau, Adiknya Jack.
Brian mencoba membuka pintu itu. Jemari tangannya memegang knop pintu, memutarnya perlahan.
"Shit... terkunci?" Umpat Brian.
"Kunci gudang sepertinya ada di ruangan John." Kata Brian. Dia kembali berani berdiri tegap. Membalikkan badannya, berjalan santai menuju ke ruangan John. Meski terlihat Santai, kedua bola mata itu bergerak cepat mengamati sekelilingnya. saat dia mendengar suara derap langkah kaki yang mendekat ke arahnya. Brian bersembunyi di balik dinding besar.
"Aku keluar dulu sekarang. jika ada hal penting cepat beri tahu aku." Suara itu terdengar tak asing bagi Brian. Dia menempelkan punggungnya semakin lekat di dinding.
"Anda mau kemana bos?" tanya orang itu.
"Hal penting. Aku akan menemui seseorang hari ini juga. Mungkin, akan segera selesai jika kembaran aku tidak melakukan semuanya sendiri. Aku harus bertemu dengannya. Kita check bersama, yang lainya juga. Mereka melakukannya tanpa pikir panjang. Hal bodoh ini membuat aku pasti akan terancam nantinya. " Kata John.
Brian terus mendengarkan. Dia mengintip sekilas ke arah John. Apa dia benar-benar sangat fokus kali ini.
Saat John mulai melangkahkan kakinya pergi. seorang yang berbincang dengan John tadi juga pergi. Mereka berjalan berlawanan arah. Merasa sudah cukup Aman Brian, mulai menampakkan dirinya. Dia melangkah dengan sangat hati-hati menuju ke ruangan John. Sampai tepat di depan pintu. Brian membukanya sangat hati-hati agar tidak menimbulkan bunyi.
Brian melangkahkan kakinya kedalam. dia menarik punggungnya ke belakang lebih dulu. Mematikan tidak ada yang mencurigakan di luar. Merasa sudah aman. Brian melangkah masuk. Dia dengan cepat menuju ke meja John. Mencari kunci gudang. Kunci memang sengaja ada tulisannya biar tidak tertukar dengan kunci lain. Brian membuka setiap laci meja. Wajahnya terlihat sangat frustasi. Saat dia tidak berhasil mendapatkannya.
Setelah memeriksa semua laci. Dan mengacak-acak di dalamnya. Brian menghela napasnya kesal. Berdiri tegap, dengan kedua tangan berkacak pinggang. "Sialan, dimana kunci itu. Apa John membawanya?" Pertanyaan itu muncul di kepala Brian.
Brian terdiam sesaat. Pandangan mata melirik setiap sudut ruangan itu. dia melihat sebuah jas yang menggantung di gantungan baju. Brian tersenyum tipis. dia segera berlari, memeriksa setiap saku jas itu. Dan, ternyata benar. Sesuai dengan dugaanya. Dia menemukan sebuah kunci di saku jasnya.
Brian menatap sekilas kunci itu. Dia mastikan jika memang itu benar kunci gudang.
"Akhirnya dapat juga. " Ucapnya penuh kebahagiaan. Dengan langkah sangat hati-hati. Brian berjalan menuju ke pintu. Membukanya perlahan, mengeluarkan setengah tubuhnya. untuk melihat apa ada orang di luar. Merasa sudah aman. Tidak akan ada yang melihatnya. Brian melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu. Dia menutup pintunya kembali. Dan, segera berlari kembali menuju ke gudang.
Sampai di depan pintu gudang. Brian membuka gudang itu. Memasang kuncinya yang memang sedikit berkarat. Membuatnya kesusahan untuk memutar kunci itu. Setelah beberapa menit berusaha. Akhirnya pintu itu mulai terbuka. Brian mendorong pintu itu. Dan, segera masuk ke dalam. Suasana di gudang sangat berantakan. Beberapa kayu, berkas-berkas yang terbengkalai. Banyak debu berterbangan. Dan, pastinya sarang laba-laba dimana-mana. Gudang itu sangat gelap. Membuat pandangan mata Brian tidak begitu bisa menjangkau lebih jauh.
Sepertinya hanya tempat ini yang dipastikan akan ada ruangan rahasia. Hanya ini, jika memang ada ruangan lain. Pasti juga ada jalan keluar dari ruangan itu menuju ke salah satu ruangan lain yang ada disini.
Brian mulai memikirkan bagaimana cara dia tahu tempat itu. Brian melangkahkan kakinya perlahan. Debu yang begitu tebal beberapa senti di lantai menempel di sepatunya.
Suara tikus berlari kesana-kemari. Menjadi hal biasa bagi Brian. Brian melangkahkan dengan sangat hati-hati. Jemari tangannya menyentuh beberapa benda yang sedikit kotor. Di tumpuk dengan debu yang mulai menebal. Sudah sangat lama gudang ini tidak pernah di pakai. Hampir 7 tahun lalu.
Brian berjalan dengan sangat hati-hati melihat beberapa lukisan yang ada di dinding. Kedua matanya seketika membulat sempurna. Saat dia melihat sekilas lukisan besar di depannya di tutupi dengan debu. Brian mengerutkan keningnya. Brian mengambil lukisan itu. meniup debu yang menutupi hampir seluruh foto.
"Bukanya ini foto ayah Aron. Kenapa bisa ada disini?" Tanya Brian. Dia melihat seseorang yang berada di samping ayah Aron. Seorang laki-laki berbadan tegap. Dengan tatapan mata yang terlihat mengerikan.
"Apa ini musuhnya?" Tanya Brian. dia memutar foto besar itu. Meski sedikit kuwalahan. Dan ternyata benar, banyak sekali foto kecil tertempel di sana. Tak ada waktu lagi melihat. Brian mengambil semua foto itu. memasukkan ke dalam saku jaketnya. Brian mengeluarkan ponselnya. Mencoba memfoto gambar lukisan itu. Merasa sudah selesai, Brian mengembalikan bingkai foto itu ke atas. Dia yang hampir saja terjatuh. Tubuh Brian terpeleset kedepan. Hingga kedua tangan menyentuh dinding putih yang sudah terlihat kusam tak terlihat putih lagi.
Kaki Brian menyentuh sesuatu di bawah. Pandangan mata laki-laki itu langsung tertuju ke bawah. Dan benar ada sebuah lantai yang sedikit aneh dari lantai lainya. lantai itu tiba-tiba bergerak. Sebuah tombol tersembunyi berada di bawah lantai. Kedua mata Brian terbuka sangat lebar. Dia mengulurkan sebuah senyuman tipis. akhirnya dirinya mendapatkan juga yang dia cari. Brian menekan tombol itu. Dinding tepat di sampingnya bergerak dengan sangat hati-hati.
terlihat sebuah lorong yang sangat gelap. Brian membuka ponselnya. Menyalakan flash untuk menerangi perjalanannya nanti.
Brian terkejut dengan apa yang di temukanya. Dia tidak menyangka jika ada ruangan rahasia. Brian segera berdiri, dia berjalan pelan menuju ke ruangan itu. Brian berjalan dengan sangat hati-hati. Lorong itu sangat gelap.
Brak!
Pintu lorong itu tiba-tiba tertutup sendiri. Brian menoleh sekilas. Dia sempat terkejut. Lalu, melanjutkan perjalanannya lagi. hingga dia sampai di sebuah ruangan lagi. seperti ruangan kamar. tetapi hanya ruangan kosong yang di petak-petak.
Sementara Aron dia sudah tidak sadarkan diri. Terbaring lemah dengan berbagai alat percobaan di tubuhnya. "Aku pergi dulu." Kata Jack.
"Kalian berdua jaga dia disini. Masih ada yang harus aku selesaikan ." Kata Jack.
"Pergilah! Kata profesor itu." Dia masih sibuk dengan berbagai penelitiannya.
Jack melangkahkan kakinya pergi. Aron yang baru saja keluar dari ruangan itu. Seketika kedua matanya melebar sempurna melihat apa yang ada di depannya. Rahangnya mulai menegang. kedua tangannya mengepal sangat erat.
"Aron?"