TPS, 04

2418 Words
Selama proses log in ke dalam game, yang Candra rasakan seperti dirinya sedang berada di ruangan hampa tanpa gravitasi sehingga dirinya bisa melayang di udara. Tak ada apa pun di sana selain deretan angka dan huruf yang berjalan di sepanjang lorong yang dia lewati. Hingga ketika akhirnya dia tiba di sebuah ruangan gelap tanpa ada apa pun, Candra sempat merasa panik.  “Lho, kenapa seperti ini? Kenapa di sini gelap sekali?”  Candra mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan gelap gulita nan hampa tersebut, tapi tetap saja tak ada yang bisa dia lihat. Tak ada setitik cahaya pun yang bisa menerangi entah ruangan apa pun itu.  Namun, keadaan gelap gulita itu tak bertahan lama karena tiba-tiba saja sebuah layar besar muncul dengan cahayanya yang menyilaukan mata sehingga Candra harus menyipitkan mata agar indera penglihatannya menyesuaikan diri dengan cahaya tersebut. Kemudian, deretan tulisan muncul di layar tersebut sebelum suara seorang pria tiba-tiba mengalun memberikan sambutan untuk bergabungnya Candra sebagai p’emain baru di game tersebut.  Selamat datang di game TPS, Candra Dewangga.  Candra terbelalak mendengar nama lengkapnya disebut oleh suara yang dia yakini merupakan operator game, yang membuat Candra terheran-heran karena dia yakin nama akun avatar-nya hanya Candra, tidak disertakan dengan nama lengkapnya. Lantas, kenapa bisa operator game itu mengetahui nama lengkapnya di dunia nyata? Sungguh, Candra semakin menyadari game itu memang mencurigakan.  Karena anda sudah resmi menjadi player TPS, sesaat lagi anda akan kami kirimkan ke lokasi permainan.  Candra kembali dibuat tercengang karena saat dia memainkan game virtual lain biasanya ada beberapa data yang harus dia isi terutama mengenai data akun avatar-nya harus dia atur terlebih dahulu, seperti akan bagaimana penampilan avatar-nya dalam game, kemampuan apa saja yang dimiliki sang avatar maupun senjata yang digunakan si avatar untuk melindungi diri selama permainan berlangsung. Anehnya di TPS ini tak ada pengaturan untuk avatar-nya.  Candra menatap dirinya sendiri, pakaian yang melekat di tubuhnya sekarang sama persis dengan pakaian yang dia kenakan di dunia nyata sebelum log in tadi. Dia juga memegangi wajah dan rambutnya, meskipun di sana tidak ada cermin, tapi Candra yakin wajahnya pun sama persis dengan rupanya di dunia nyata. Kenapa bisa seperti ini? Padahal rencananya Candra akan menggunakan tampilan lain untuk avatar-nya seperti yang biasa dia lakukan saat memainkan game virtual yang lain.  Apakah anda sudah siap untuk memainkan game ini?  Suara sang operator kembali mengalun membuat atensi Candra kini kembali tertuju pada layar. Biasanya dalam virtual lain cara berkomunikasi dengan operator game melalui beberapa menu yang harus dia pilih, tapi ini seolah dia berkomunikasi langsung dengan sang operator melalui suara, Candra semakin terheran-heran karena game ini sangat berbeda dengan game mana pun yang pernah Candra mainkan.  Jika anda sudah siap maka permainan akan segera dimulai.  “Tunggu, tunggu, tunggu. Ada beberapa hal yang ini saya tanyakan,” sambar Candra cepat karena dia memang memiliki banyak pertanyaan yang ingin diajukan pada sang operator.  Silakan ajukan pertanyaan anda.  Candra meneguk ludah, tak diragukan lagi dia memang berkomunikasi secara langsung dengan sang operator. Walau ini terasa aneh tapi di saat bersamaan Candra merasa kagum. Game TPS itu begitu canggih, sepertinya yang menciptakan game ini merupakan seseorang yang begitu jenius karena bisa membuat game semodern dan secanggih ini. Kira-kira seperti itulah yang dipikirkan Candra.  “Kenapa tidak ada sistem pengaturan avatar?” Candra mulai mengutarakan pertanyaan pertamanya.  Kami sebisa mungkin menampilkan avatar sesuai dengan fisik asli di dunia nyata. Penampilan avatar semua player sesuai dengan data-data asli di dunia nyata.  Kedua mata Candra terbelalak, jika sistemnya memang seperti itu, bukankah ini berarti data para player di dunia nyata sudah diketahui oleh sistem game? Tapi bagaimana bisa hal seperti ini terjadi bahkan Candra tak merasa pernah mengisi biodata apa pun ketika mendaftar sebagai peserta game ini.  “K-Kenapa bisa data-data asli saya di dunia nyata diketahui sistem game?” Karena tak kuasa menahan rasa penasaran dan bingungnya, Candra pun tanpa ragu menanyakannya langsung.  Semua player yang mendapat undangan untuk menjadi peserta TPS merupakan orang-orang pilihan kami. Kami sudah tahu semua profil dan data semua player di dunia nyata karena kami tidak memilih sembarang orang untuk bergabung bersama game ini.  Pantas saja Candra merasa game ini begitu asing, belum pernah dia temukan di website mana pun yang memuat tentang game-game baru. Padahal Candra termasuk tipe orang yang sangat update untuk masalah peluncuran game baru karena dia salah satu penggila game. Sekarang dia mengerti alasannya karena game ini tidak diperuntukkan untuk semua orang, melainkan hanya orang-orang pilihan yang mampu mengaksesnya. Yang jadi pertanyaannya kenapa Candra yang terpilih? Seperti tadi dia pun langsung menanyakannya.  Tidak ada kualifikasi khusus untuk menjadi player TPS, hanya saja anda dianggap cukup layak untuk menjadi anggota game ini.  Hanya jawaban seperti itu yang didapatkan Candra, dia tidak puas tentu saja. Namun, dia tidak ingin memperpanjang masalah ini, berpikir mungkin pemilihan player itu dilakukan secara random atau acak dan entah dia beruntung atau sial karena terpilih.  Ada lagi yang ingin anda tanyakan?  “Bagaimana cara kerja game ini? Apa yang harus saya lakukan selama memainkan game?” Candra kembali bertanya.  Seperti panduan awal ketika anda mendapatkan undangan dari kami. TPS merupakan game yang menyuguhkan hiburan untuk para player. Hiburan yang berbeda dengan game lain karena kalian akan diizinkan untuk memburu dan membunuh NPC yang sudah kami siapkan di dalam game. Semua peserta bisa meluapkan amarah, kebencian dan dendam yang terpendam di dunia nyata pada para NPC tersebut. Game ini kami buat agar semua player yang merasa hidupnya begitu tertekan bisa meluapkan semua amarahnya di sini. Kami menyiapkan wadah untuk para player bersenang-senang dengan berburu NPC.  Candra meneguk ludah, dia ingat memang begitulah isi panduan dalam undangan yang dia dapatkan malam itu. Jadi tugasnya hanya berburu NPC.  Kami juga akan memberikan bonus berupa sejumlah uang bagi player yang berhasil menangkap dan membunuh NPC yang menjadi targetnya. Target NPC ini kami yang menentukan untuk semua player yang ingin berpartisipasi mengikuti event ini.  Entah sudah keberapa kalinya Candra dibuat tercengang karena baru mengetahui memainkan game itu juga dia bisa mendapatkan bonus uang. Di panduan saat undangan masuk ke komputernya tak ada pemberitahuan ini.  “Benarkah saya bisa mendapatkan uang jika mengikuti event?”  Tentu saja. Ini penghargaan dari kami bagi player yang berhasil berburu target yang telah kami tentukan.  “Saya hanya perlu berburu NPC, kan? Bukan saling menyakiti dengan player lain?”  Benar. Target semua player hanya berburu NPC. Tidak diizinkan bagi para player untuk saling menyakiti apalagi saling membunuh.  Candra menyeringai, menurutnya tidak masalah jika memburu atau membunuh NPC karena NPC hanya karakter buatan di dunia game, bukan benar-benar manusia asli. Dia semakin tertarik untuk terjun dalam permainan ini, dan jika memang benar dia bisa mendapatkan uang dengan mengikuti event berburu NPC ini tentu saja dia dengan senang hati akan mengikutinya. Jika game virtual lain hanya menyuguhkan hiburan semata, TPS ini sungguh luar biasa bagi Candra karena bisa memberikan income untuk para player.  “Saya ingin mengikuti event itu,” ucap Candra lantang, penuh keyakinan.  Anda yakin untuk ikut?  “Sangat yakin,” jawab Candra tanpa berpikir panjang lagi.  Baik. Player dengan nama avatar Candra Dewangga resmi menjadi peserta event TPS. Kami kirimkan TPS Watches sebagai panduan untuk anda mengikuti event ini.  “TPS Watches? Benda apa itu?”  Belum sedetik Candra mengatupkan mulut, tiba-tiba sebuah alat menyerupai jam tangan berukuran besar dengan dilengkapi layar penunjuk waktu dan beberapa tombol terpasang secara otomatis di pergelangan tangan kirinya.  “I-Ini … kenapa bisa?”  Benda itu bernama TPS Watches. Nama dan ciri-ciri NPC yang akan menjadi target anda nanti akan diinformasikan melalui alat itu.  Candra tak melontarkan pertanyaan lagi untuk masalah alat itu karena dia sudah memahami kegunaannya. Dia hanya merasa takjub karena tak diragukan lagi pencipta game ini begitu jenius sehingga mampu membuat permainan secanggih itu.  “Untuk masalah bonus yang akan saya dapatkan nanti, bagaimana caranya saya tahu sudah mendapatkan uang setelah berhasil menyelesaikan target?”  Jumlah uang yang anda dapatkan akan dimunculkan dalam layar TPS Watches milik anda begitu target berhasil anda selesaikan. Uang itu nantinya akan kami transferkan ke rekening anda.  Wow, ini keren. Kira-kira itulah yang sedang digumamkan Candra di dalam benaknya.  Ada lagi yang ingin anda tanyakan? Jika tidak ada kami akan mengirim anda ke area permainan.  “T-Tunggu, tunggu. Apa saya tidak diberi senjata atau alat untuk melindungi diri dan untuk berburu NPC selama mengikuti event?” Candra menanyakan ini karena dia yakin akan membutuhkan senjata untuknya melindungi diri jika sesuatu yang tak diinginkan tiba-tiba menimpa dirinya.  Anda akan mendapatkan senjata yang anda inginkan melalui TPS Watches, anda hanya perlu memilih jenis senjata yang ingin anda gunakan.  Tak lama kemudian, layar TPS Watches di pergelangan tangan kiri Candra tiba-tiba menyala, layarnya yang semula menampilkan jarum jam, kini berganti menjadi menampilkan pilihan berbagai jenis senjata. Ada senapan, pistol, pedang, tombak, panahan dan berbagai senjata tajam lainnya.  “Begitu, ya, jadi senjatanya tinggal dipilih saja. Alat ini menyediakan semua hal yang saya butuhkan sepertinya.”  Tepat sekali. Anda hanya perlu menekan beberapa tombol yang tersedia. Hijau untuk memilih senjata. Merah untuk pemberitahuan target NPC yang harus anda buru. Hitam untuk log out dari game. Biru untuk melihat informasi bonus uang yang anda dapatkan setelah menyelesaikan misi pemburuan NPC.  Candra menyengir lebar, dia sudah memahami cara main game ini dan sungguh dia sudah siap memainkannya sekarang. “Saya sudah mengerti, terima kasih untuk penjelasannya. Hm, Tuan Operator …”  Adamas.  Candra mengernyitkan dahi tak paham begitu mendengar sang operator menyebutkan sesuatu yang terasa asing di telinganya.  Jangan memanggil saya Tuan Operator. Panggil saya … Adamas. Saya administrator yang menciptakan game ini.  Candra tercengang, rupanya sejak tadi dia berkomunikasi langsung dengan sang administrator atau orang yang menciptakan game luar biasa canggih ini.  Karena anda sudah siap untuk bermain maka kami akan mengirimkan anda ke area permainan.  Candra mengusap ujung hidungnya dengan ibu jari, terlihat begitu bersemangat jika dilihat dari raut wajahnya yang sumringah karena dipenuhi senyuman dan raut ceria.  “OK, saya sudah siap.”  Candra pun merasakan tubuhnya yang melayang tiba-tiba melesat turun ke bawah seolah gravitasi kembali bisa dia rasakan. Tubuhnya meluncur begitu cepat ke bawah hingga mendarat dengan perlahan di tanah.  “Wow, ini keren sekali,” kata Candra seraya memperhatikan dirinya sendiri. Dia memandangi kedua telapak tangannya dan menggerak-gerakannya untuk mengetahui kondisi avatar-nya. Ternyata dia merasa ringan, tak ubahnya seperti saat dia berada di dunia nyata. Avatar-nya itu memang didesain semirip mungkin bahkan mungkin sama persis seperti di dunia nyata sehingga Candra tak merasa sedang berada di dunia game.  Candra mengedarkan pandangan ke sekeliling. Rupanya waktu menunjukan malam hari di dunia TPS ini, walau di dunia nyata pun memang seharusnya sekarang malam hari. Candra berdecak karena lupa menanyakan pada administrator tadi apakah sistem waktu di TPS disamakan juga dengan waktu di dunia nyata.  Candra kembali menggulirkan bola mata menatap sekeliling, tempat itu dilihat dari sudut mana pun terlihat sama persis dengan dunia nyara. Bedanya dia seperti sedang berada di sebuah pedesaan. Hanya ada rumah-rumah sederhana di sana, tak ada gedung-gedung pencakar langit seperti di kota-kota besar di dunia nyata. Dunia itu terlihat lebih asri dibandingkan kota Jakarta yang menjadi tempat tinggal Candra.  Masih banyak pepohonan yang tumbuh subur di sini. Ya, Candra merasa sedang berada di sebuah pedesaan yang tenang dan damai.  Mungkin Candra memang berpikir dirinya sedang berada di tempat yang tenang dan damai, tapi pemikirannya itu tak bertahan lama ketika tiba-tiba mendengar teriakan seseorang meminta tolong.  “Tolong! Tolong aku!”  Candra yakin itu suara seorang wanita yang sedang meminta tolong. Begitu melihat seorang wanita mengenakan gaun panjang hingga menyapu tanah berlari ke arahnya, Candra hanya mampu menegang di tempat. Wanita itu … tidak salah lagi merupakan wanita yang tadi berteriak meminta tolong. Candra membeku di tempat tak tahu harus melakukan apa ketika sang wanita kini berdiri di depan matanya sambil terus berkata, “Tolong aku.”  Memangnya apa yang terjadi pada wanita itu sehingga berlari di malam hari dan meminta tolong padanya? Benak Candra penuh dengan tanda tanya.  “Tolong aku, Tuan. Aku mohon selamatkan aku.”  Candra meneguk ludah, wanita itu kini menyembunyikan diri di belakang punggungnya. “Memangnya apa yang terjadi?” tanya Candra penasaran.  “Seseorang mengejarku dan ingin membunuhku. Tolong lindungi aku.”  Candra menegang di tempatnya berdiri karena si wanita kini merapatkan tubuh sehingga sesuatu yang kenyal di bagian dadanya kini menempel sempurna di punggung Candra. Dia tak pernah berada dalam jarak seintim ini dengan wanita mana pun bahkan tidak dengan mantan kekasihnya dulu. Dia dan Eliza selalu berpacaran secara sehat dan wajar. Sehingga sangat wajar jika Candra merasa luar biasa gugup saat ini.  “Tolong selamatkan aku, Tuan.” “Hm, aku tidak melihat ada orang yang mengejarmu. Mungkin kau salah paham, Nona,” ucap Candra, menerka-nerka karena dia memang tak melihat ada orang lain yang mengejar wanita itu.  Si wanita menggelengkan kepala dengan tegas. “Tidak. Orang itu memang mengejarku. Mungkin sekarang dia sedang mencari karena kehilangan jejakku. Bantu aku bersembunyi, Tuan.”  Candra merasakan wanita itu memeluknya dari belakang, kedua tangan si wanita melingkar di perutnya dan detik itu juga Candra merasa begitu gugup. Wanita itu begitu berani dan agresif pada pria yang baru dia temui.  “Tuan, kenapa diam? Cepat, bantu aku bersembunyi.” “Ah, i-iya.”  Candra tak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang. Di dunia nyata, seumur hidupnya tak pernah dia terjebak dalam situasi seperti ini. Namun, melihat tubuh wanita itu yang gemetar ketakutan, Candra merasa tak bisa tinggal diam. Dia memang harus melakukan sesuatu untuk menolongnya.  “Baiklah, Nona. Ayo, ikut aku.”  Candra memang tak tahu harus membawa wanita itu bersembunyi di mana mengingat dia juga belum mengenal betul tempat dirinya berada kini. Menurutnya lebih baik pergi dari sana jika memang benar ada seseorang yang sedang mengejar wanita itu. Mungkin bersembunyi di tempat yang sepi akan mampu menyelamatkannya dari kejaran siapa pun yang sedang mengejarnya.  “Iya, Tuan. Mari kita pergi. Di sini memang berbahaya. Orang jahat itu mungkin sebentar lagi datang ke sini.”  Tanpa pikir panjang Candra menggenggam salah satu tangan wanita itu, membawanya berlari tanpa tujuan. Awalnya, tak ada yang terjadi, semua tampak aman-aman saja sampai tiba-tiba …  “Hei, tunggu! Kembalikan dia padaku!”  Terdengar suara teriakan seorang pria dari arah belakang. Candra terbelalak, kini dia menyadari yang dikatakan wanita itu memang benar. Seseorang memang sedang mengejarnya dan berniat jahat padanya.  “Tuan, itu dia. Tolong aku. Selamatkan aku darinya, jangan biarkan dia menangkapku.”  Candra menoleh ke belakang dan dia melihat pria itu mengejar mereka. Kecepatan berlari orang itu mengerikan karena jarak mereka kini cukup dekat.  “Sial, kenapa aku jadi terlibat begini?” gerutu Candra dalam hati. Namun, dia tak memiliki pilihan lain sekarang, dia harus menyelamatkan wanita itu bagaimanapun caranya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD