Park Jin Ah, gadis berwajah lugu itu tengah menekuk wajahnya. Ia merasa bosan menunggu kekasihnya, Jeon Jungkook yang tak kunjung datang.
Sudah satu setengah jam gadis itu menunggu kekasihnya di ruangan tari yang ada di sekolahnya, namun pria itu tak kunjung menampakan wajahnya.
Ya, Jin Ah dan Jungkook adalah salah satu murid Parang High School yang mengikuti ekstakurikuler dance di sekolah mereka.
Guru tari mereka, Park Jimin yang adalah Kakak kandung Jin Ah, memilih untuk berhenti mengajar karena dia harus mengelola sanggar tari miliknya dan juga sebuah perusahaan game ayahnya yang diserahkan kepadanya, hingga saat ini belum ada guru tari pengganti, padahal minggu depan Jungkook akan mengikuti sebuah lomba tari modern yang akan mewakili sekolahannya.
"Dia yang mau berlatih, tapi aku yang menunggunya, ck"
Jin Ah berdecak kesal, ia melihat kearah jam tangannya yang menunjukan pukul tujuh malam. Jin Ah mulai berfikir, haruskah dia pulang saja? Ini sudah malam, Kakaknya pasti sedang menghawatirkan dirinya.
Jin Ah sudah akan pergi, namun pintu ruang tari terbuka dan menampakan sosok yang Jin Ah tunggu.
"Kau mau pulang?"
Jin Ah melihat sosok Jungkook dari pantulan cermin yang ada di ruang tari, dia tak ada niatan untuk menjawab pertanyaan Jungkook, ia lebih memilih untuk memasukan beberapa barang miliknya kedalam tas.
"Sayang, kenapa kau tak menjawab?"
Jungkook menghampiri Jin Ah dan berjongkok, lalu ia memeluk Jin Ah dari belakang, meletakan kepalanya pada punggung Jin Ah.
"Kau marah padaku hum? Maafkan aku, tadi aku harus menemui Guru tari yang baru"
Jungkook mengecup punggung Jin Ah, menggoda Jin Ah agar tak marah padanya.
"Ugh, Jungkook lepaskan, geli ishh"
Jin Ah menggeliatkan tubuhnya, mencoba untuk membebaskan diri dari kelinci m***m yang ada di belakangnya.
"Sayang, aku merindukanmu"
"Kita kan hampir setiap hari bertemu"
"Bukan rindu yang seperti itu, maksudku aku rindu bermain panas denganmu"
Jin Ah dapat melihat sebuah smirk di bibir Jungkook dari pantulan cermin yang ada didepannya.
"Kau bermain saja dengan kompor"
Jin Ah mendorong tubuh Jungkook, membuat Jungkook jatuh terduduk, Jin Ah kemudian berdiri dan mengenakan tas ranselnya. Ia melangkahkan kakinya, hendak pergi dari ruangan itu.
"Hei, kau benar-benar marah?"
Jungkook bangkit dari duduknya dan menahan lengan Jin Ah agar tak pergi meninggalkannya, Jin Ah terdiam, ia bahkan tak berniat untuk membalikan badannya dan menatap Jungkook. Kesal? Oh, tentu saja Jin Ah merasa sangat kesal.
"Aku benar-benar menemui Guru tari baru kita, aku tidak berbohong, Sayang"
Jungkook memeluk Jin Ah dari belakang, meletakan kepalanya di atas bahu Jin Ah.
"Guru tari baru kita seorang lelaki, namanya Jung Hoseok. Tapi nama panggunya adalah J-Hope, dia bilang padaku, esok ia sudah mulai mengajar disini, kau tahukan aku adalah seorang leader diekstrakulikuler ini, maka dari itu dia memintaku untuk menemuinya tadi, dia meminta daftar murid yang mengikuti ekstrakulikuler dance"
Jungkook bercerita panjang lebar, menjelaskan keterlambatannya untuk bertemu dengan Jin Ah.
Jin Ah tersenyum mendengar penjelasan Jungkook, ia membalikan badannya lalu memeluk Jungkook erat.
"Penjelasanmu aku terima Kookie"
Jungkook tersenyum mendengar ucapan Jin Ah, itu artinya gadisnya ini sudah tidak kesal lagi padanya.
"Ughh, sayang. Kenapa kau memelukku sangat erat?"
Jin Ah mengernyitkan alisnya mendengar pertanyaan Jungkook, ia kemudian melepaskan pelukannya dan menatap Jungkook.
"Memang kenapa? Kau tak suka aku memelukmu?"
"Bukan begitu, tapi payudaramu menggesek tubuhku"
Jin Ah melotot mendengar ucapan Jungkook.
"Yak! Dasar m***m!"
Jin Ah menjauhkan tubuhnya dari Jungkook dan menyilangkan kedua tangannya di depan d**a.
Jungkook terkekeh melihat reaksi Jin Ah dan melihat wajah Jin Ah yang bersemu merah. Agh, betapa menggemaskan gadisnya itu.
"Apa kau ingin bermain sebentar denganku, Sayang?"
Jungkook memasang smirk andalannya yang mampu membuat para gadis perawan meleleh dan merasa pecah ketuban layaknya Ibu-Ibu yang akan melahirkan.
"Jika kau seperti ini lagi, aku akan pergi"
Jin Ah memasang wajah masam, dia sangat sebal jika digoda seperti ini oleh Jungkook, dia lebih suka Jungkook langsung menerjangnya daripada menggodanya. Karena rasanya akan sangat memalukan jika digoda seperti ini.
"Sepertinya kau sedang dalam mood yang buruk"
Jungkook mengelus puncak kepala Jin Ah lalu tersenyum, ia cukup mengerti jika gadisnya ini sedang tidak dalam mood yang baik untuk melayani hasrat miliknya.
"Ini sudah malam, ayo ku antar kau pulang"
Jungkook merangkul pundak Jin Ah dan menarik Jin Ah untuk berjalan bersama. Mereka berjalan keluar gedung sekolah yang sudah sepi tentunya, mengingat ini sudah jam malam dan hanya menyisakan segelintir murid yang mengikuti beberapa kegiatan tambahan.
"Ah, sepertinya aku tak jadi mengantarmu pulang"
Jungkook melepaskan rangkulannya pada pundak Jin Ah saat melihat sebuah mobil Audi A5 Coupe berwarna hitam terparkir di depan gerbang sekolah dan seorang pria yang tingginya tidak melebihi Jungkook itu bersandar pada pintu mobil dengan wajah datarnya
"Ahh, dia menjemputku ternyata"
Jin Ah melihat kearah mobil yang terparkir di depan pintu gerbang sekolahnya, dan disana bersandar seorang pria tampan yang ternyata adalah Kakak kandungnya, Park Jimin.
"Lain kali saja kau mengantarku pulang"
Jin Ah memandang Jungkook dengan pandangan tak rela, bagaimanapun juga dia ingin pulang bersama kekasihnya. Tapi, Kakak kandungnya yang bantet itu malah menghancurkan semua ekspetasinya.
"Hmm, baiklah. Hati-hati di jalan"
Cup
Jungkook mencium kening Jin Ah sekilas. Sebenarnya ia ingin mencium bibir Jin Ah, tapi tak mungkinkan ia melakulan hal itu di depan Kakak Jin Ah? Bisa-bisa dia habis dipukuli si bantet.
Jin Ah tersenyum kearah Jungkook, lalu ia berjalan mendekati Kakaknya yang sudah menunggunya dari tadi. Ia kemudian masuk kedalam mobil itu, dan mobil itu melaju dengan kencang meninggalkan sosok Jungkook yang berdiri di depan gerbang seorang diri.
Jungkook menghela nafasnya kasar lalu berjalan menuju halte bus terdekat
***
Terjadi keheningan di dalam mobil yang dikendarai Jimin. Jin Ah sebenarnya merasa sangat canggung dengan situasi ini, tapi entah kenapa mulutnya tertutup rapat kali ini, biasanya jika sedang merasa canggung seperti ini dia akan membuka mulutnya, memilih untuk mencairkan suasana yang menyebalkan ini. Namun, kali ini dia lebih memilih untuk bungkam. Seolah tahu bahwa Kakaknya sedang dalam mood buruk dan itu pasti karena dirinya.
"Kau masih memiliki hubungan dengannya?"
Jimin akhirnya memilih untuk membuka mulutnya, sebenarnya pertanyaan ini membuat Jin Ah gugup, bagaimanapun Jin Ah dapat menangkap nada kesinisan di balik ucapan Jimin.
"I-iy-iya"
Jin Ah akhirnya menjawab pertanyaan Jimin dengan gagap, walaupun Kakaknya ini berwajah malaikat, namun saat dia marah, ia akan terlihat seperti malaikat pencabut nyawa. Kalian pasti tahu kan, orang baik jika sudah marah sangatlah mengerikan.
"Sudah berapakali ku bilang padamu untuk memutuskan hubungan kalian"
Jimin berbicara dengan nada yang dalam, membuat nyali Jin Ah semakin menciut.
"Kau tahu. Jungkook bukanlah pria baik-baik, dia selalu bermain dengan wanita untuk melampiaskan nafsu bejatnya"
"Dia sudah berubah, dia sudah tak melakukan itu lagi"
"Kenapa kau selalu membelanya?! Dia adalah pria b***t,Park Jin Ah!"
Jimin menaikan nada bicaranya, ia akan selalu kesal jika membahas perihal Jungkook. Benar, Jimin tidak menyukai Jungkook, karena memang Jungkook dikenal dengan julukan player, ya dia suka sekali bermain-main dengan para gadis disekolahnya. Dia akan membuat para gadis itu bertekuk lutut padanya dan akan membuat para gadis itu dengan senang hati memberikan tubuhnya secara cuma-cuma. Itu yang Jimin dengar dari beberapa mantan muridnya yang suka sekali bergosip.
"Lalu bagaimana denganmu yang bahkan mengambil kesucianku?! Adik kandungmu sendiri!"
Pada akhirnya Jin Ah juga lepas kendali, ia juga menaikan nada bicaranya dan kalimat yang keluar dari mulutnya malah semakin menyulut kemarahan seorang Park Jimin.
Ya, sebenarnya orang pertama yang mengambil mahkota Jin Ah adalah Park Jimin, Kakak kandungnya sendiri. Bagaimana bisa? Jadi begini.
Saat itu Jin Ah dan Jimin sedang pergi liburan ke pulau jeju, menghabiskan waktu liburan musim panas mereka.
Saat malam hari, Jin Ah meminum empat kaleng bir yang sialnya, kaleng terakhir yang diminum Jin Ah sudah tercampur dengan obat perangsang yang dituangkan oleh Kim Taehyung, teman Jimin, mereka bertemu dengan Taehyung di pulau Jeju yang sama-sama sedang berlibur. Sebenarnya itu adalah sebuah kecelakaan, karena Jin Ah salah mengambil kaleng bir, dia malah mengambil kaleng bir milik Taehyung yang sebenarnya untuk kekasih Taehyung.
Jimin yang melihat Adik perempuannya sudah mabuk dan wajahnya memerah, membawa masuk Adiknya kedalam kamar hotel yang mereka pesan. Dan disinilah semuanya terjadi, Jin Ah yang mulai hilang akal karena obat perangsang itu dan Jimin yang tergoda oleh godaan Jin Ah.
Jimin membanting stir mobilnya ke pinggiran jalan yang sepi membuat Jin Ah terpental dan badannya menubruk dashbor mobil. Jin Ah mengigit bibir bawahnya sendiri, mengutuk dirinya karena sudah menuangkan minyak tanah di atas api yang sedang membara.
Jimin menatap tajam Jin Ah, yang ditatap hanya bisa menunduk dan mengencangkan cengkramannya pada seat belt mobil.
"Kejadian itu bukanlah salahku, kau yang menggodaku terlebih dulu. Lagipula kau menikmatinya dan setelah kejadian itu..."
Jimin mendekatkan tubuhnya pada tubuh Jin Ah, mendekatkan bibirnya pada telinga Jin Ah dan membisikan sesuatu.
"...kita sering melakukannya untuk bersenang-senang"
Jin Ah menahan nafasnya saat Jimin melumat cuping telinganya dengan sangat menggoda
Jin Ah menggigit bibir bawahnya, menahan desahannya dan semakin erat mencengkram seat belt.
Mengingat bahwa kaca mobil mereka menggunakan kaca film yang tidak tembus pandang, yang artinya orang luar tidak dapat melihat dengan jelas kedalam mobil, dan hanya dari dalam mobil kita dapat melihat jelas dari luar. Jimin bisa saja melakukan s*x di dalam mobil kesayangannya.
"Ahhhh”
Jin Ah meloloskan desahan merdunya saat jari-jari kecil Jimin mengelus perut ratanya. Jin Ah merasakan jutaan kupu-kupu berterbangan di dalam perutnya.
"Oppahhh aghhh"
Nafas Jin Ah tercekat saat tangan Jimin naik keatas dan menggoda p******a miliknya. Bibir sexy Jimin mulai menjalar menjilat dan mengecup rahang, pipi, hidung dan berakhir dengan bibir manis Jin Ah yang membuatnya merasa mabuk. Jimin melumat bibir Jin Ah dengan ganas, tak membiarkan Jin Ah untuk bernafas.
"Humpphhh"
Jimin melepaskan ciumannya saat Jin Ah mendorong dadanya pelan. Sebuah jembatan bening yang tercipta dari air liur mereka terbentuk, mendeskripsikan seberapa ganas permainan bibir antara Kakak dan Adik sedarah itu.
Jimin menatap Jin Ah dengan pandangan penuh nafsu, ia menginginkan permainan lebih karena adik kecilnya sudah mulai berdiri sekarang. Jimin membuka resleting celanannya, menurunkan celanannya dan mengeluarkan juniornya yang sudah berdiri tegak.
"Berikan aku blow job selama perjalanan pulang, aku akan memuaskanmu nanti saat kita sampai dirumah"
Jin Ah menelan ludahnya kasar, ia melihat junior Jimin yang benar-benar sudah tegang
Jin Ah menunduk, menyentuh junior Jimin dengan jari-jari lentiknya. Mengocok junior Jimin dan sesekali memasukan junior Jimin kedalam mulutnya.
Jimin mengegas mobilnya dengan kecepatan penuh, ia ingin segera sampai rumah untuk bermain permainan panas dengan Adik satu-satunya ini.