Bab 1. Menuntut Tanggungjawab
"Lepaskan, Aku. Lepas!" teriak Mita menjerit dengan keras.
Gadis itu memberontak, menepis dan berusaha melepaskan diri dari tangan petugas keamanan yang menahannya. Mencoba lagi, menginjak kakinya dan berhasil. Tanpa melewatkan kesempatan, Mita segera berlari, menghampiri sebuah ruangan dan meraih gagang pintunya.
Brugh!
Mita tanpa sengaja mendorong pintunya terlalu kuat, sehingga membuat orang di dalam ruangan tersebut terkejut. Tatapan keduanya bertemu, tapi Mita segera memutusnya seraya menoleh kebelakang saat mendengar langkah petugas keamanan yang menyusulnya.
"Maaf, Pak. Kami sudah berusaha menahannya, tapi--"
Pria membuang nafasnya kasar, berdiri, lalu memotong kalimat petugas keamanan yang belum selesai.
"Pergilah!!" perintahnya membuat petugas mundur.
Dia adalah Regan Aditama, CEO perusahaan Aditama company. Pria karismatik dengan rahang yang terlihat kokoh, hidung mancung dan bibir yang sedikit tebal. Pria tampan disempurnakan dengan tubuh yang ideal sebagai pria idaman pada umumnya.
"TANGGUNGJAWAB!!"
Tiba-tiba Mita kesetanan sendiri dan memelototi Regan dengan marah. "Kamu tidak bisa lari dari tanggung jawabmu begitu saja, setelah merampas kehormatanku. Kamu harus menikahiku!"
Bukannya tegang, Regan malah terlihat menyeringai, seperti tengah meledek perkataan Mita. Dengan langkah pelan, tapi panjang, Regan menghampiri Mita.
"Apa Kau tidak salah bicara? Hmm!"
Regan menjeda kalimatnya, kemudian dengan cepat mendorong Mita yang tak siap, sehingga tak bisa melakukan perlawanan. Pria itu mengapitnya ke tembok, lalu mengunci pergerakannya.
"Katakan tanggungjawab seperti apa yang Kau inginkan? Uang kemarin masih kurang, dan mau mendapatkan lebih?!" cibir Regan seraya menatap Mita dengan lekat.
"Lepaskan!! Lepaskan, Aku!!" ujar Mita dengan keras.
Mita memberontak, karena tak nyaman serta takut diposisi demikian. Itu membuatnya seperti dikuasai Regan.
"Sekarang Kau minta dilepas, padahal Kau sendiri yang datang kemari!" cibir Regan mengingatkan Mita.
"Aku hanya ingin pertanggungjawaban, bukan diperlakukan seperti ini!" bentak Mita masih dalam keadaan yang sama.
Regan mendesah kasar. "Aku sendiri tidak ingat apa yang sudah terjadi malam itu."
"Tapi kamu sudah merenggut kehormatanku!!" geram Mita.
"Aku sudah membayarnya, apa itu belum cukup?! Atau Kau sengaja ingin memerasku?!" ujar Regan dengan gampangnya.
Membuat wajah Mita memerah, murka dan mengigit tangan pria itu sekuat tenaga, lalu mendorongnya, menciptakan jarak yang membuatnya lepas dari cengkraman Regan.
"Kamu pikir aku tertarik dengan uangmu, dan apa kamu pikir uangmu bisa mengembalikan kehormatanku?!" geram Mita tak habis pikir.
"Dua kali lipat! Aku akan memberimu sebanyak itu, meski Aku sendiri masih belum yakin dengan yang terjadi malam itu. Tutup mulutmu dan berhentilah menggangguku!" kecam Regan dengan angkuh, berpikir Mita cuma gengsi dan serakah.
Sementara itu, Mita sudah mengepalkan tangannya dengan erat. Menatap Regan dengan penuh amarah dan emosi yang meledak.
"Aku bukan jal*ng yang menjual yang bisa bebas ditiduri dan bisa dibayar. Kehormatanku tidak serendah itu, jadi berhentilah menghinaku dengan uangmu. Aku tidak butuh!" Bersamaan dengan ucapannya, Mita merogoh tasnya dan mengambil sesuatu dari sana.
Brugh!
Wanita itu melemparnya tepat ke arah Regan. "Ambil uangmu, ambil sampahmu itu! Aku tidah butuh!"
Regan mengeram, merasa tersinggung dengan ucapan Mita. Egonya terhina dan dia tak terima.
"Kau pikir siapa dirimu, beraninya melakukan hal ini padaku?! Dengar, Aku bahkan tidak bernafs* padamu, dad* rata! Aku bahkan yakin malam saat Aku mabuk, Kau yang menggodaku?! Jangan-jangan itu juga kesengajaanmu, Kau memang sudah merencanakan malam itu, menjebakku, supaya bisa menuntutku seperti sekarang?!" sarkas Regan diakhir kalimatnya.
Tiba-tiba Mita menjadi pucat, meneguk ludahnya kasar dan mendadak rasa gusar yang tadi ada, menguap begitu saja. Ucapan Regan memang tidak salah, meskipun tidak sepenuhnya benar.
"Menggodamu atau bukan, apa bedanya. Kamu sudah merenggut kehormatanku, dan Aku akan menuntutmu ke polisi jika tidak mau bertanggung jawab!" ancam Mita dengan menebalkan muka.
Sebenarnya Mita memang sengaja menjebak Regan malam itu, tapi bukan berarti Mita perempuan murahan. Hanya saja dia mempunyai alasan yang begitu kuat dan terpaksa melakukannya.
"Cih, lakukan saja sana. Kau pikir Aku takut dengan petugas kepolisian?!" sarkas Regan dengan enteng.
Mita kaget dan kecewa, namun dia juga tidak putus asa. "Aku punya rekaman saat kita melakukannya, Aku bisa menyebarkannya jika Kamu tidak mau bertanggungjawab!"
"Kau gila?!" Regan kaget dan tak percaya.
Namun hal itu juga memperkuat dugaan Regan. Mita memang sengaja dan malam itu pasti sudah direncanakan. Meskipun alasannya belum jelas, tapi Regan sangat yakin sekarang.
"Aku jadi yakin, Kau benar-benar menjebakku malam itu!!"
Mita melipat tangannya di depan d**a. Menghempaskan rasa malu dan semakin menebalkan wajahnya. Biarlah dihujat, tapi Mita harus mendapatkan tujuannya.
"Aku sudah bilang tadi, mengoda, menjebak atau apapun itu. Apa bedanya, Kamu sudah merenggut kehormatanku dan Kamu harus bertanggungjawab dengan menikahiku!!"
"Wanita sialan!" umpat Regan kesal. "Apa Kau tidak berpikir dua kali sebelum menyebarkan rekamannya? Bukan hanya wajahku yang ada di dalam rekaman itu!"
Mita terdiam sesaat dan berpikir keras. "Aku bisa mengeditnya!"
"Kau tidak malu mempertontonkan tubuhmu ke muka umum?" ujar Regan menegur kekonyolan Mita.
Wanita itu tak menjawab, dan hanya menatap Regan dengan tajam. Seolah tidak mau kalah.
"Sial! Kau wanita tergila yang pernah Aku temui!" umpat Regan kesal.
Selama ini Regan memang tidak sepenuhnya bersih. Dia sesekali mencoba, dan bermain aman. Namun, masih saja ada wanita yang menuntut pertanggungjawabannya dan Mita adalah yang paling gila. Dia satu-satunya wanita yang berani menantang dan mengancam Regan selama ini.
"Aku tidak perduli, Aku hanya butuh pertanggungjawabanmu, Aku ingin Kita menikah!" ujar Mita bersikeras.
Membuat Regan terpikirkan mengenai tujuannya yang gigih minta dinikahi. "Aku akan bertanggungjawab jawab, jika kau tidak suka uang, aku akan bertanggungjawab jawab dengan cara lain, tapi bukan pernikahan!"
"Aku hanya ingin pernikahan!"
"Kalau begitu sebarkan saja rekamannya, Aku tidak perduli! Kau pikir Aku bisa diancam? Aku bisa menyewa hacker atau membungkam media!"
Mita terdiam syok dan lemas. Hilang sudah kesempatannya menikah dengan Regan. Wanita menghela nafas dan menggeleng-gelengkan kepala.
Melihat itu Regan tersenyum puas, merasa sudah mengalahkan Mita. "Tidak usah jual mahal, dan lagipula tidak ada untungnya pernikahan. Ambil saja uangnya dan anggap hal ini tidak pernah terjadi."
"Aku tidak bisa, Aku tetap menginginkan pernikahan! Terserah, Kamu mau mengatakan apa, menghina atau mengejekku, tapi Aku hanya ingin Kamu menikahiku karena sudah merenggut kehormatanku," jelas Mita.
"Tapi kenapa? Kau sangat bersikeras?! Sadarlah, kita bahkan orang asing, dan Kau masih ingin menikah?!"
"Bagimu hal itu gampang, karena kau pria. Tidak kehilangan apapun setelah malam itu, tapi aku?!"
Keduanya saling beradu tatap, tidak ada yang mengalah atau menyerah. Sama-sama bersikeras. Mita ingin menikah demi tujuannya, sementara Regan tentu saja tidak mau menikah sembarangan, meskipun dengan wanita yang sudah ditidurinya.
"Sudahlah, Aku sudah muak dengan omong kosongmu. Lebih baik ambil uangnya dan pergi dari sini!"
"Aku hamil!!!" bentak Mita dengan tiba-tiba.
Dia menatap Regan dengan semakin intens dan juga tajam. "Apa yang kau pikirkan soal uangmu setelah tahu ini, ya, Aku hamil. Jika saja bukan kerena hal itu, sejak tadi kau pikir kenapa Aku harus bersikeras terus menuntutmu menikahiku?!"
Regan syok dan terdiam dalam seketika. Untuk sesaat ucapan itu mempengaruhinya sampai tak bisa berpikir jernih.
"Aku hamil anakmu ...," lirih Mita dengan suara yang melemah.
Brugh!
Tiba-tiba suara sesuatu yang terdengar jatuh, segera menarik perhatian keduanya. Baik Regan atau Mita, keduanya kompak menoleh dan menemukan sosok wanita tua baru saja menjatuhkan tasnya.
"Apa maksudnya, Regan? Katakan pada Mama apa yang sudah terjadi, bagaimana bisa wanita ini hamil anakmu?!"
*****