kenangan dan mimpi

1557 Words
“ kakak udah baikan?” “ he eh..kakak gak papa.” “ kakak harus kuat, jangan biarkan kata-kata Mommy membuat kakak bersedih.” “ aku gak kuat mendengar kata kata Mommy menyebut- nyebut nama Ayah.” “ iya kak aku juga sedih kenapa Mommy seperti itu” “ sudahlah..jangan ikut sedih juga.” Ayunda merangkul adiknya Marcella. Sejenak mereka terdiam dengan pikirannya masing-masing. Kehidupan yang mereka jalani semenjak Ayah mereka pergi memang sangat berbeda, tidak ada lagi sosok yang selalu melindungi ketika mereka kena marah oleh ibunya, pun dengan perlakuan manja oleh Ayahnya yang sangat mereka rindukan. Sosok Ayah yang selalu sabar tidak pernah marah kepada anak-anaknya. ** Empat tahun lalu menjadi hari yang sangat kelam bagi mereka. Sore hari itu tidak ada yang menyangka bahwa hari itu hari terakhir mereka bersama Ayah, dihalaman rumah yang cukup luas meraka asik bercengkrama, ayahnya yang sedang merawat tanaman, sedangkan anak-anaknya asik bermain. “ ayah..kak Jesika nakal,lihat ini bajuku kotor dengan tanah” sambil memasang wajah cemberutnya dan memamerkan bajunya yang telah kotor, Marcella mengadukan kelakuan kakaknya jesika yang jail dengan adik nya. “tidak yah, Marcella yang jail duluan lihat bajuku kotor semua” kata Jesika yang tidak terima dengan tuduhan adiknya itu. Ayahnya hanya tersenyum menanggapi kelakuan anak-anaknya. Sedangkan Ayunda ikut tertawa melihat Marcella dan Jesika. “ sudah..kalian jangan bertengkar, sini bantu ayah membersihkan tanaman ini.” Mereka pun menggerubungi sang ayah dan membantu membersihkan tanaman-tanaman yang sebagian layu dan sebagian lagi perlu ditambah tanah dan pupuk supaya tambah subur. Ayahnya sangat rajin memelihara tanaman, oleh sebab itu Ayunda dan Marcella juga menuruti apa yang dilakukan ayahnya dulu yaitu senang menanam tanaman. Keceriaan sore itu sungguh tidak ingin berakhir, canda tawa bahagia yang ada pada kebersamaan mereka. “anak-anak Ayah sini semua, nanti kalau ayah tidak ada kalian jangan ribut dan bertengkar ya dengan saudara kalian.” Ayahnya memanggil mereka untuk mendekat. “ kalian kan saudara, semuanya harus akur dan rukun, gak boleh marah-marahan ya.” Ayahnya mengerti sikap Marcella yang lebih kecil suka lebih dulu menjahili kakak-kakaknya. “ Ayah kok ngomong nya gitu.” Kata ayunda. “Ayah mau pergi kemana?” “ Ayah tidak kemana-mana..”kata Ayahnya “ kirain Ayah mau pergi”kata jesika “ tidak..Ayah tidak kemana-mana, ayah akan ada buat kalian, jadi kalian jangan bertengkar lagi ya, janji sama Ayah.” Sambil mengacungkan jari kelingking, ayahnya meminta anak-anaknya untuk berjanji tidak akan bertengkar lagi. “ iya kami janji Ayah” kata mereka serempak sambil mengacungkan jari kelingking dan bergantian mengaitkannya dengan jari kelingking ayahnya. Sore itu mereka bahagia dan puas bermanja dengan sang Ayah. Namun kebahagiaan itu seketika pudar ketika malam telah menjemput. Ayahnya yang tiba-tiba terkena serangan jantung saat mereka masih berkumpul di ruang keluarga. “ Ayah kenapa?, ada yang sakit?” tanya Marta melihat gelagat aneh di raut wajah suaminya. “d**a Ayah terasa sakit.” Kata Bayu sambil memegang d**a kirinya yang terasa sakit “ sebentar, Ayah tetap duduk dulu, aku ambilkan minum” Marta segera mengambilkan gelas berisi air di atas meja. “ ini ayah minum dulu.” Ketika hendak meminum nya Bayu tidak kuat lagi dan langsung jatuh tersungkur. Seketika mereka berteriak dan menangis melihat kondisi ayahnya yang jatuh tak sadarkan diri lagi. “ ayah..ayah kenapa, bangun ayah” kata ayunda “ ayah..ayah...” kata Jesika dan Marcella yang menangis melihat kondisi ayahnya yang tidak sadarkan diri. Pemakaman pun telah usai, namun ketiga aanak itu tidak ingin pergi dari pusara ayahnya, mereka masih meraung dan menangis melihat batu nisan yang bertuliskan nama Ayah mereka. Marta tidak bisa berbuat apa-apa, melihat kondisi anak-anak nya yang sangat kehilangan dan terpukul atas kepergian ayah mereka, ia juga bersedih, ia tidak menyangka akan ditinggal suami nya begitu cepat. Empat tahun itu berlalu dengan singkat namun sangat terasa bagi Ayunda dan Marcella, mereka sangat merindukan ayah mereka, berbeda dengan jesika ia lebih sering bermain bersama teman temannya dari pada bermain di rumah saja. ** Siang terasa lebih cepat dan berganti dengan malam, kembali di ruang makan, mereka masih asik memainkan sendok dan garpu dan merasakan nikmatnya masakan, namun tidak ada yang bicara sedikitpun sampai makan malam usai. Ayunda kembali naik keatas bersiap ke pembaringannya, tiba-tiba Marcella ikut menyusul kakak nya dan bergabung merebahkan diri nya ke kasur “ aku mau tidur bareng kakak” jelas marcella dengan cengir nya “ kamu ini, nanti ketahuan Mommy” “ tenang aja kak, Mommy sudah masuk kamar, dan Jesika sudah tidur.” Mereka menikmati udara malam yang masuk melewati jendela balkon kamarnya. Dengan melihat pemandangan bintang yang berkelap-kelip. “ kakak..bintang nya cantik ya..” “iya cantik berkelap-kelip” “ aku ngantuk kak..” “ iya kakak, juga ngatuk, sekarang kita tidur ya, aku mau nutup pintu jendela dulu.” Setelah ayunda menutup jendela kamarnya, ia pun merebahkan dirinya kembali dan memeluk boneka teddy bear. Merekapun terlelap dan ke alam mimpi mereka masing-masing. ** Ayunda sudah berada di sebuah pasar malam, disana ia berkeliling melihat para dagangan yang menjajakan dagangannya, ada yang berjualan mainan, ada juga yang berjualan makanan ringan, dan berbagai permaianan menarik semua ada disana. Ia melihat biang lala yang berputar dengan lampu warna warni nya, kereta api kecil yang penuh dengan anak-anak disana yang dengan riang gembiranya, kembali ia berjalan mengitari orang yang ramai berkumpul melihat unjuk kebolehan, ia pun mendekat melihat dengan jelas atraksi-atraksi yang hebat, dari api yang keluar dari mulut, menginjak bara api yang panas, sampai badan yang kebal akan benda tajam. Ayunda bergidik ngeri, ia pun pergi meninggalkan tempat itu dan kembali berjalan menyusuri wahana menarik lainnya. Disana ia berhenti lagi pada permainan melempar gelang yang apabila terkena pada targetnya maka berhak memilih hadiah yang di inginkan. Mata nya tertuju pada sebuah boneka besar yang mirip dengan boneka teddy bear miliknya. Ia pun mencoba melemparkan gelang tersebut ke posisi sasarannya. “ yeayyy kena” tawa senang ketika gelang yang ia lemparkan mengenai posisi yang diinginkan. “ asyik dapat boneka” mata nya berbinar ketika ia memegang boneka yang ia inginkan dan kemudian ia pergi lagi melihat wahana lainnya. Kaki Ayunda terhenti pada sebuah komidi putar di depannya, ia pun mendekat melihat wahana tersebut, bayangan masa kecil ketika ia, Ayah dan kakak adik nya bersama-sama menaiki komidi putar. Ayunda tersenyum mengingat masa-masa itu yang penuh dengan kebahagiaan, limpahan kasih sayang dari seorang Ayang yang selalu ia dapatkan. Namun semua hanya menjadi kenangan ketika ayahnya telah pergi untuk selamanya. Senyum itu berubah menjadi sendu dengan linangan air mata yang membasahi pipinya, ia yang masih terisak-isak kemudian perlahan berjalan mendekat menaiki kuda kosong yang ada di komidi putar. Ada rasa tersendiri ketika semua kenangan bercampur baur menjadi satu dengan suka cita yang ia rasakan ketika wahana tersebut berputar dengan di iringi irama musiknya. Ia pejamkan mata dengan merasakan alunan musik serta gerakan kuda yang naik turun. Cukup tenang seperti dapat ia rasakan kehadiran ayahnya di samping nya. Tiba-tiba komidi putar itu terhenti, ayunda turun dengan perlahan melihat sekeliling nya, alangkah terkejut nya ketika kakinya tidak menginjak tanah, ayunda merasa ingin jatuh, namun sebuah tangan telah menyambut tangannya agar tidak terjatuh. ia pun menoleh dan melihat sosok ayahnya lah yang menangkap tangan itu. “ ayah..” terkejut nya ayunda ketika ayahnya lah yang menolong nya Ayahnya pun tersenyum seraya membanatu ayunda untuk berdiri tegak. “ ayah jangan pergi..jangan tinggalkan ayunda..” “ dengarkan ayah, setelah ini kehidupan mu akan berubah,kamu jangan terkejut dan tak perlu khawatir, ini tidak hanya mimpi, kamu akan memiliki kehebatan luar biasa, tidak seperti manusia pada umumnya. Kehebatan ini akan mengiring mu menuju misi untuk menemukan diamond putih dan merebut kembali diamond hitam yang telah dicuri.” “ maksud ayah..aku tidak paham yah..” “ kamu memiliki kehebatan bisa melayang diudara seperti bisa terbang, dan nanti nya pun kamu akan memiliki kehebatan lainnya yang akan membuat mu takjub.” “ apa ayah serius?” “ ya..ayah serius, sekarang ayo kita coba” ayahnya menuntun ayunda untuk berjalan menginjak angin “ ayah ini beneran kita terbang.” Ayahnya hanya mengangguk dan tersenyum. Mereka pun seperti mengawang di udara, ayunda sangat takjub, ia merasa tidak percaya. Mereka dapat melihat pemandangan sepenuhnya dari atas, cahaya lampu yang gemerlap dan padat nya ibu kota. “ sekarang kamu harus percaya, dan nanti kamu harus belajar mencoba menyeimbangkan tubuh mu sendiri.” “ tapi ayah..” namun ketika ayunda menoleh kesamping nya, ia sudah tidak menemukan ayahnya lagi. Ia pun bingung dan melihat kesana kemari, dan keseimbangannya pun mulai goyah dan akhirnya ia akan terjatuh. “ aaaaa...ayahhh..tolong ayunda..aaaa” ia pun merasa terjatuh kebumi. “ kakak..kakak bangun” Marcella menguncang tubuh kakaknya yang gelisah dalam tidur nya. “ ayahh..” nafas nya tersengal-sengal ia pun langsung terduduk bangun dari tempat tidur nya, melihat sekeliling nya ia baru sadar semua hanya lah mimpi. “ kakak mimpi apa, tadi aku lihat kakak gelisah dan manggil-manggil ayah ?” “ kakak mimpi ayah, kami sama-sama terbang, namun ketika aku menoleh ke ayah lagi, ayah sudah tidak ada, dan aku merasa akan jatuh” ayunda menyapu keringat yang membasahi dahi nya. “sekarang kakak tenang dulu ” marcella menuangkan air dalam gelas dan meminumkan nya ke ayunda. Setelah mulai tenang ayunda pun kembali berbaring dan mengingat-ingat mimpi yang baru saja ia alami. “ kakak ayo kita tidur lagi, ini masih jam dua dini hari “ “ iya..” Marcella pun tidur kembali, namun berbeda dengan ayunda, ia tidak lagi merasa mengantuk, mata nya tetap terjaga sampai subuh tiba.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD