Clary tampak begitu cantik di dalam balutan baju pengantinnya. Gaun putih dengan manik-maniknya yang berkilauan membuat gaun itu terlihat semakin mewah.
Wartawan sudah ada di tempat penikahan sejak tadi. Mereka tak kan mau melewatkan momen untuk meliput pernikahan Clary dan Zaky. Di kursi tamu, keluarga Clary dan Zaky duduk berkumpul, berdampingan. Tampak juga Adrian dan Quensha di sana. Pasangan itu pun memakai pakaian yang jadi sorotan wartawan. Seorang publik figur memang selalu menjadi incaran untuk jadi bahan berita.
Hyei dan teman-teman Zaky yang lain duduk di tempat yang berbeda. Pernikahan yang sebelumnya direncanakan akan biasa saja, malah jadi perikahan akbar karena banyak teman yang tidak diundang datang sendiri dan protes kenapa mereka tidak mendapat undangan. Jadilah tamu undangan mereka membludak. Untung saja WO mereka bisa mengatasi masalah itu. Semua kekurangan konsumsi bisa dihandle dengan cepat.
Acara berlangsung dengan khidmat. Semua tahapan-tahapan upavara pernikahan itu berhasil dilewati dengan baik, tanpa ada masalah.
Sesekali Adrian mengalihkan pandangannya agar tak melihat bagaimana Clary dan Zaky mengucap janji suci penikahan mereka. Quensha menyentuh tangan kekasihnya, lalu menggenggam erat jemarinya.
Adrian menoleh, lalu tersenyum. "Terima kasih," bisiknya. Quensha pun tersenyum manis.
Sementara itu di atas podium, Zaky telah menyematkan cincin pernikahan di jari manis istrinya. Mereka pun dinyatakan sah menjadi pasangan suami-istri.
Zaky dipersilakan untuk membuka cadar Clary. Dengan sedikit gugup pria itu menyingkap cadar putih yang menutupi wajah cantik di depannya. Pria itu sungguh terkesima. Clary yang secantik bidadari membiusnya.
"Ciuuumm!" Sebuah teriakan membuat Zaky menoleh ke arah penonton. Rupanya itu suara Adrian, yang kemudian disusul oleh suara-suara orang-orang yang hadir di tempat itu.
Zaky menoleh lagi menatap Clary yang tersipu malu. Bagaimanapun, tetap saja upacara ini membuat keduanya begitu gugup.
"Clary, apa aku boleh ...."
Belum selesai Zaky bicara, tiba-tiba Clary menarik kerah baju suaminya, lalu mencium bibir pria itu. Gemuruh tawa dan tepuk tangan penonton pun membahana.
"Kau terlalu lamban," bisik Clary setelah menghentikan ciumannya.
Zaky yang masih belum puas karena ciuman itu terlalu singkat, pun kembali menarik tengkuk leher istrinya dan menyatukan bibir mereka. Suara tawa dan tepuk tangan penonton membahana.
Clary terkesiap. Dia ingin mendorong pria itu karena malu dengan kelakuannya berakhir diam saja sebab tak ingin Zaky merasa dipermalukan.
Ciuman itu berlangsung cukup lama sampai membuat orang tua mereka geleng-geleng.
"Sepertinya pengantin kita sudah tak tahan untuk berbulan madu," kata Bian yang menjadi moderator acara.
Mendengar kata-kata itu, Clary pun memutuskan untuk menarik diri dari ciuman panas itu. Zaky baru menyadari kekeliruannya. Dia hanya bisa cengengesan dengan telinga memerah.
Acara pun dilanjutkan dengan pelemparan bunga. Banyak orang yang berkumpul di belakang untuk mendapatkan lemparan bunga tersebut.
"Kau tak ingin ikut?" Adrian bertanya kepada kekasihnya.
"Memangnya kau sudah siap menikah denganku?"
"Jika itu takdir kita, aku selalu siap," jawab Adrian.
"Jika bukan takdir?"
"Artinya kita tak akan pernah menikah. Sudah, pergi sana dan tangkap bunga itu untuk kita. Kau tak iri melihat betapa cantiknya Clary dengan busana pengantin itu?"
Quensha sangat bahagia. Dia pun turut mengantre dengan yang lain. Semua tampak bahagia dan sangat antusias.
Clary dan Zaky menoleh ke belakang, lalu kembali menghadap lurus ke depan. Mereka berdua menghitung sampai tiga, lalu bucket bunga itupun melayang ke udara mencari tempat berlabuh yang tepat. Orang-orang yang menunggu bunga itu jatuh mengenainya berteriak. Mereka berusaha meraih bunga itu. Perebutan mereka malah membuat bunga itu kembali terpental dan kemudian jatuh di pangkuan Adrian yang sedang mengobrol dengan orang tua Clary.
Adrian terkejut. Dia mengambil bunga itu dari pangkuannya. Gemuruh tepuk tangan pun terdengar.
"Akhirnya kau akan menyusul juga, Adrian," kata Ayah angkatnya. Adrian hanya tersenyum.
Quensha sangat bahagia, dia pun mendekati Adrian dan memeluknya. "Kau mendapatkan bunganya, Sayang. Apa itu artinya kita akan segera menikah?"
Adrian tersenyum, lalu mencuri kecupan di bibir Quensha. "Semoga saja," ucapnya.
Akhirnya pernikahan itu pun selesai di gelar. Hari sudah malam ketika mereka semua memburkan diri. Seluruh keluarga Clary sudah kembali ke hotel tempat mereka menginap. Begitu juga Adrian dan Quensha. Mereka berdua harus kembali cepat untuk mempersiapkan diri untuk keberangkatannya kembali ke Belanda dinihari nanti.
Sementara itu, pengantin baru sudah ada di kapal wisata menuju pulau Jeju untuk menikmati masa bulan madu mereka. Setelah dua jam perjalanan, keduanya pun sudah sampai di salah satu resort di pulau itu.
Zaky tengah memeluk istrinya dari belakang sembari menatap indahnya malam di Jeju. Clary sudah memakai gaun yang lebih simple dibandingkan gaun pengantinnya yang tadi. Mereka tak lagi memikirkan tentang cara membereskan sisa-sisa upacara pernikahannya karena ada WO yang akan membereskannya. Yang mereka pikirkan sekarang hanya, bagaimana cara menghabiskan malam pertama.
"Terima kasih," bisik Zaky.
Clary merebahkan kepala di bahu prianya. Dia mengangguk sambil tersenyum. "Aku juga berterima kasih padamu, Sayang."
Pria itu menatap istrinya, lalu mencium bibir merekah itu. Clary pun tak tinggal diam. Dia membalas lumatan demi lumatan yang diberikan Zaky.
Pertarungan bibir itu semakin panas dan intens. Tangan Zaky tak tinggal diam. Dia meraba resleting gaun istrinya, lalu menurunkannya hingga gaun itu kini tergeletak di lantai.
Clary melenguh saat tangan Zaky menangkap dadanya. Remasan-remasan lembut di d**a itu membuat Clary makin meronta dalam gairah. Zaky mengangkat tubuh istrinya. Kaki Clary pun melingkar di pinggang sang suami.
Napas mereka tersengal. Zaky melepaskan ciumannya, lalu bibirnya mulai bermain di d**a sang istri. Clary menggila dibuatnya. Zaky memang punya banyak pengalaman di bidang itu. Dia sangat tahu bagaimana membuat wanitanya kalang-kabut menahan gairah.
"Za ... ky ...." Clary mengerang sambil meremas sambut suaminya. Sensasi yang luar biasa dia dapatkan dari apa yang dilakukan pria itu. Dia tak tahan lagi. Clary bahkan sudah merasa basah di bawah sana.
Melihat Clary sudah ada di fase klimaks ingin segera dimasuki, Zaky pun membawa wanitanya ke tempat tidur. Dia membuka pakaiannya sendiri dengan cepat.
Clary sedikit terkejut melihat benda pusaka milik suaminya. Benda yang dia rasa terlalu besar dan panjang untuk masuk ke inti dirinya.
Zaky meminta Clary untuk membelainya. Mereka kembali bergulat dalam ciuman-ciuman yang kian b*******h, sebelum Clary menjerit dan meremat seprai dengan kedua tangannya ketika benda pusaka itu menembus inti dirinya. Dia menitikkan air mata.
Zaky memahami rasa sakit yang dialami istrinya ketika miliknya menembus inti sang istri. Zaky meyakinkan semua baik-baik saja. Akhirnya, yang terdengar berikutnya hanyalah lenguhan-lenguhan kenikmatan dari dua insan yang berpacu, bermandikan keringat dalam gairah yang terus bergelora menghempaskan mereka ke samudra kenikmatan duniawi. Keduanya bergerak seirama dan saling memuji akan kenikamatan cinta yang merek bagi.