Hari ini merupakan hari kedua Keyra tinggal di istana inti kerajaan Blutenblatt. Seperti biasa dia melakukan aktivitas mandi dan berhias, setelah itu ia mendapat bimbingan untuk menjadi seorang permaisuri yang baik atas perintah Kaisar Han melalui kepala dayang Xiu Ling.
Ia mendapat pelatihan bagaimana tata cara makan dengan baik dan anggun. Tentu hal tersebut tidak terlalu sulit bagi Keyra mengingat selama ini ia selalu diajari oleh ibunya untuk makan dengan baik sebagai seorang perempuan, meski pun ia bukan seorang bangsawan yang mengenyam pendidikan tinggi. Setelah itu ia juga mendapat bimbingan tata cara berjalan dengan anggun dan elegan, serta berbagai macam tata cara untuk menjadi seorang permaisuri yang baik. Mengingat tak lama lagi, kurang lebih sekitar satu bulan Keyra akan resmi diangkat menjadi permaisuri di Kerajaan Blutenblatt mendampingi Kaisar Han dalam menjalankan pemerintahannya.
Keyra hanya bisa pasrah menerima semua bimbingan yang dilakukan oleh kepala dayang Xiu Ling. Karena sesungguhnya ia belum siap atau pun menginginkan kedudukan sebagai seorang permaisuri kerajaan. Yang ia inginkan saat ini adalah segera kembali ke kampung halamannya dan hidup berdua bersama dengan ibunya sebagai seorang penjahit di desanya. Tapi keinginan hanyalah menjadi sebuah angan. Sangat kecil kemungkinan hal itu akan bisa terwujud. Apa lagi jika hal tersebut adalah perintah langsung dari Kaisar Han, maka Keyra hanya bisa menurutinya tanpa bisa menolak jika memang dia masih menyayangi nyawanya.
Mengingat bahwa sebentar lagi ia akan dijadikan sebagai seorang permaisuri membuat Keyra kembali bergidik ngeri. Semalam saja dalam tidurnya Keyra bermimpi bahwa Kaisar Han berniat membunuhnya menggunakan pedang yang selalu ia bawa di balik jubah merah kebesarannya. Keyra hanya bisa berdoa semoga mimpinya jangan sampai menjadi sebuah kenyataan. Karena pada faktanya Keyra tidak menyadari bahwa apa yang Keyra mimpikan semalam bukan hanya sebuah mimpi belaka, melainkan sebuah fakta yang tidak diketahui kebenarannya oleh siapa pun. Hanya Kaisar Han sendiri dan sang pencipta alam yang mengetahuinya.
Pelatihan untuk menjadi seorang permaisuri yang baik ternyata tidak semudah yang dibayangkan Keyra. Hal tersebut cukup menguras energinya selama seharian penuh. Hingga kini dia tengah beristirahat di taman bunga yang masih termasuk area istana inti kerajaan.
Terlihat Keyra tengah terduduk di atas bebatuan yang cukup besar mengelilingi kolam ikan berukuran lumayan luas terletak di tengah taman bunga tersebut. Kolam tersebut dibuat memanjang dan mengalir layaknya perairan sungai yang jernih dengan ikan hias berwarna-warni yang semakin mempercantik kolam ikan tersebut untuk dilihat. Di sekitar kolam ikan tersebut dihiasi dengan bebatuan berbagai ukuran, mulai dari bebatuan besar hingga kecil yang di antaranya diselingi bebungaan yang mulai mekar dengan variasi warna yang begitu cantik. Ditambah beberapa pohon besar dan rindang yang semakin membuat taman tersebut menjadi tempat favorit Keyra sejak pertama kali ia menginjakkan kaki di istana inti kerajaan Blutenblatt.
Suara gemericik air terjun buatan yang berada di ujung taman seakan menghipnotis Keyra untuk memejamkan kedua matanya menikmati semilir angin sepoi-sepoi yang menenangkan. Menerbangkan rambutnya yang setengah terurai. Kedua kaki telanjangnya telah tercelup ke dalam air kolam yang jernih hingga sebatas mata kaki. Sensasi air dingin yang segar seakan menyengat telapak kaki Keyra untuk menggerak-gerakkan kakinya mengayun di dalam riak air yang ditimbulkannya.
"Permaisuri Keyra, yang mulia Kaisar Han memanggil Anda untuk menghadap." Panglima Lou tiba-tiba datang menghampiri Keyra dan seketika membuat Keyra yang tengah asik bermain dengan air kolam terlonjak kaget. Bahkan hampir saja Keyra jatuh terjerembab ke dalam kolam ikan jika saja Panglima Lou tidak dengan sigap menahan pinggang Keyra yang limbung akibat kehilangan keseimbangan tubuhnya dengan kedua tangan miliknya.
Keyra mendongak dan seketika tatapan matanya langsung beradu pandang dengan sepasang mata hazel milik Panglima Lou yang juga tengah menatapnya. Dari kejauhan, hal tersebut tak luput dari pandangan Kaisar Han yang secara kebetulan tengah berniat untuk menuju ke ruang kerjanya selagi menunggu Keyra datang untuk menghadap padanya.
Kepalan kedua tangan Kaisar Han yang menguat dan juga tatapan tajamnya yang ditujukan pada sepasang objek yang membuatnya marah. Suara gemelatuk gigi yang bergesekan dan juga rahang sang kaisar yang kini telah mengeras menunjukkan bahwa sang kaisar kini tengah menahan amarahnya.
Dengan langkah pasti dan tegap, Kaisar Han berjalan mendekati Panglima Lou dan juga Keyra yang masih terpaku menatap satu sama lain. Hal tersebut kembali membuat Kaisar Han geram.
"Panglima Lou, aku menyuruhmu untuk memanggil Keyra agar menghadap padaku. Bukan untuk saling berpandangan dengannya," suara Kaisar Han yang dalam dan menusuk seketika membuat Keyra yang tadinya masih menatap Panglima Lou langsung memutuskan kontak mata dengannya. Keyra segera bergegas mengeluarkan kakinya dari kolam ikan dan langsung menunduk takut, tanpa berani menatap Kaisar Han sama sekali.
Sementara Panglima Lou sudah dapat merasakan bahwa kini Kaisar Han tengah menatapnya dengan tatapan tajamnya yang mengintimidasi. Seakan-akan jika tatapan mata bisa membunuh, maka sudah dapat dipastikan bahwa saat ini Panglima Lou sudah terkapar tak berdaya akibat tatapan tajam yang diarahkan Kaisar Han padanya.
"Mohon maaf yang mulia Kaisar Han, jangan salah paham terlebih dahulu. Hamba tadi hanya berniat untuk menolong Permaisuri Keyra yang hampir saja jatuh terjerembab ke dalam kolam ikan. Tentu saya sebagai seorang panglima tidak mungkin membiarkan Permaisuri Keyra jatuh ke dalam kolam ikan jika saya masih bisa menolongnya." Panglima Lou mencoba untuk menjelaskan apa yang tengah terjadi, berharap Kaisar Han mengerti dan tidak salah paham. Tak lupa ia juga menundukkan badannya sembilan puluh derajat menghadap ke arah Kaisar Han. Akan tetapi Kaisar Han hanya menanggapinya dengan tatapan dingin.
"Keyra, seharusnya kamu menyadari posisimu. Sekarang ikut aku ke ruang kerjaku dan jangan membantah. Sementara kau Panglima Lou, pergilah dari hadapanku. Tinggalkan aku dan Permaisuri Keyra berdua," lagi-lagi Kaisar Han mengucapkan titahnya dengan suara dingin yang semakin membuat Keyra semakin merasa gugup.
Sebelum Panglima Lou beranjak pergi dari hadapan Kaisar Han dan Permaisuri Keyra, ia sempat melihat bahwa Keyra tengah menunduk takut sambil menautkan kedua jemarinya gugup. Ia hanya bisa berdoa semoga saja Kaisar Han tidak melakukan suatu hal yang buruk terhadap Keyra. Mengingat ia telah mengetahui tabiat buruk Kaisar Han jika sampai ada yang membuatnya marah.
"Tunggu apa lagi Panglima Lou. Cepat pergilah," ujar Kaisar Han tak sabaran melihat Panglima Lou yang masih belum beranjak dari tempatnya berdiri.
"Baik yang mulia, hamba mohon undur diri." Panglima Lou kini segera beranjak pergi hingga meninggalkan Kaisar Han yang tengah menatap Keyra tajam.
"Sekarang ikuti aku," titah Kaisar Han yang langsung dituruti Keyra.
Setibanya di ruang kerja Kaisar Han, suasana yang ada malah terasa semakin mencekam bagi Keyra. Kaisar Han tadi menyuruhnya untuk duduk di atas permadani yang menjadi alas duduk Kaisar Han. Keyra duduk masih dengan menundukkan kepalanya tanpa berani menatap Kaisar Han yang terlihat masih sibuk dengan gulungan kertas yang entah apa tidak diketahui oleh Keyra.
Sekian lama Keyra duduk dengan canggung, bahkan kini ia dapat merasakan bahwa kedua kakinya terasa keram akibat terlalu lama duduk dengan posisi yang kurang nyaman baginya. Ia duduk di antara kedua kakinya yang tertekuk ke belakang sebagai tumpuan badannya. Akan tetapi ia melihat bahwa Kaisar Han terlihat tidak lelah atau pun menggeser posisinya sama sekali. Posisi Keyra saat ini adalah duduk bersebrangan dengan Kaisar Han yang mengacuhkan kehadiran Keyra seolah-olah Keyra tidak berada di dalam ruangannya. Terdapat sebuah meja berukuran sedang yang menjadi penghalang antara Kaisar Han dengan Keyra.
"Tegakkan kepalamu," terlalu sibuk dengan pemikirannya sendiri, Keyra kembali tersentak ketika mendapati titah yang keluar dari Kaisar Han. Ia bahkan tidak menyadari bahwa Kaisar Han telah selesai dengan gulungan kertas yang terlihat penting itu.
Dengan takut-takut Keyra mendongakkan kepalanya menghadap lurus ke arah Kaisar Han, tetapi tidak dengan memandang matanya.
"Tatap mataku," setiap kata yang keluar dari mulut Kaisar Han bagaikan sebuah titah. Akan tetapi Keyra terlihat ragu untuk melakukannya. Hingga terdengar geraman tertahan yang keluar dari mulut Kaisar Han.
"Mengapa kau begitu takut menatap mataku, sementara dengan mudahnya kau menatap mata Panglima Lou." Kaisar Han berkata dengan nada sarkasme yang terselip disetiap untaian kata yang diucapkannya. Sementara Keyra hanya bisa memejamkan matanya bingung harus menjawab apa. Sebenarnya dia ingin menuruti perintah Kaisar Han, tapi disisi lain ia takut. Takut jika ia menatap mata Kaisar Han, maka ia akan mendapati kemarahan Kaisar Han yang semakin membuatnya takut. Ia takut, bahwa Kaisar Han akan menghukumnya.
Terlalu banyak ketakutan yang dimiliki Keyra setiap ia berada di dekat Kaisar Han. Entah setiap apa yang diperbuatnya selalu salah di mata Kaisar Han. Ia benar-benar bingung harus berbuat apa. Karena ia hanya bisa mengikuti arus takdir yang seakan mempermainkannya, memporak porandakan hidupnya yang dulu tenang bersama sang bunda.
Keyra dapat merasakan dagunya terangkat karena tangan besar seseorang tengah memegang dagunya hingga membuatnya mendongak, perlahan ia membuka kedua matanya dan lagi-lagi matanya harus bertemu dengan sepasang mata serwarna merah darah milik Kaisar Han yang mampu membuatnya menahan napas.
Jarak antara wajah Keyra dengan Kaisar Han begitu dekat, bahkan ia dapat merasakan deru napas Kaisar Han yang menerpa wajahnya. Menimbulkan sensasi menggelitik yang seketika membuat seluruh darahnya seakan berkumpul di area wajahnya tanpa dikomando. Wajahnya memerah, ia tak pernah sedekat ini dengan lelaki mana pun sebelumnya. Bahkan bisa dikatakan bahwa selama ini ia tak memiliki teman lelaki sewaktu masih tinggal di desa bersama sang bunda. Keyra memejamkan kedua matanya, ia tak sanggup jika harus berdekatan dengan Kaisar Han dengan jarak seintens ini.
"Kuperingatkan padamu sekali lagi Keyra," mendengar Kaisar Han membisikkan nama Keyra dengan suara beratnya di sisi telinga gadis itu, perlahan membuat Keyra tanpa sadar kembali menahan napasnya untuk yang kesekian kalinya.
"Jangan lagi bertindak ceroboh, apa lagi sampai membiarkan tubuhmu dipegang oleh lelaki lain. Aku tidak menyukainya, kau dengar itu," secara spontan Keyra langsung mengangguk bahwa ia mengerti dan mendengarkan.
"Kau milikku! Sampai kapan pun kau hanya milikku, camkan itu," lagi-lagi Keyra hanya mengangguki perkataan Kaisar Han seolah-olah ia mengerti arti dan maksud perkataan Kaisar Han.
"Bagus," ujar Kaisar Han yang seketika menjauhkan tubuhnya yang semula condong mendekati Keyra. Tanpa sadar Keyra kini telah menghembuskan napas panjang ketika Kaisar Han telah beranjak pergi dari hadapan Keyra dan meninggalkan Keyra di ruang Kerja Kaisar Han sendiri.
"Aku tidak dihukum? Lalu apa maksud perkataan Kaisar Han padaku tadi, sebenarnya aku tidak terlalu paham sama sekali. Tapi biarlah yang penting aku tidak di hukum," gumam Keyra pada dirinya sendiri sambil mengelus dadanya lega mendapati kenyataan bahwa ia tidak dihukum.
***
Sudah seminggu semenjak Keyra bertemu dengan Kaisar Han yang pada saat itu memintanya untuk menghadap di ruang kerjanya. Bisa dikatakan bahwa itu adalah terakhir kalinya Keyra bertemu dengan Kaisar Han. Entah apa yang dilakukan oleh Kaisar Han sehingga Keyra tidak melihat Kaisar Han berada di istana inti kerajaan selama seminggu ini. Toh apa pun yang dilakukan oleh Kaisar Han juga bukan urusannya. Malah Keyra bersyukur karena selama seminggu ini ia tidak bertemu dengan Kaisar Han. Karena jujur, ia masih merasa takut dengan aura intimidasi yang menguar begitu kuat pada diri Kaisar Han.
Pernah Keyra mencoba bertanya sekali pada kepala dayang Xiu Ling saat melakukan pelatihan rutin yang dilakoninya selama seminggu terakhir ini untuk menjadi seorang permaisuri yang baik. Ia bertanya mengapa Kaisar Han tidak pernah terlihat berada di kediaman istana inti kerajaan yang notabenya adalah kediaman pribadi Kaisar.
Awalnya Keyra sempat mengira bahwa mungkin Kaisar Han tengah mengadakan kunjungan ke daerah atau pun kerajaan lain. Akan tetapi apa yang dipikirkan Keyra ternyata salah besar.
"Kepala dayang Xiu Ling, bolehkah aku bertanya?" Keyra bertanya kepada Kepala dayang Xiu Ling saat mereka tengah beristirahat dari pelatihan yang cukup melelahkan bagi Keyra.
"Tentu saja Permaisuri Keyra, apa yang ingin permaisuri tanyakan?"
"Emm itu, apakah Kaisar Han tengah melakukan kunjungan ke kerajaan lain sehingga beliau tidak terlihat sama sekali di istana inti kerajaan?" Tanya Keyra yang mulanya terlihat ragu untuk menanyakannya pada kepala dayang Xiu Ling.
"Itu yang mulia Kaisar Han tidak sedang melakukan kunjungan ke kerajaan mana pun Permaisuri," jawab kepala dayang Xiu Ling yang seketika ditanggapi Keyra dengan mengerutkan dahinya pertanda sedang mencoba menebak alasan Kaisar Han tidak berada di istana inti kerajaan.
"Lalu, mengapa Kaisar Han tidak berada di istana inti kerajaan? Apakah telah terjadi sesuatu terhadap Kaisar Han?" Tanya Keyra memastikan.
"Tidak Permaisuri Keyra, tidak terjadi sesuatu apa pun terhadap Kaisar Han. Hanya saja," kepala dayang Xiu Ling tidak langsung menjawab pertanyaan Keyra yang malah membuat gadis itu semakin penasaran karena kepala dayang Xiu ling malah menggantungkan perkataannya.
"Hanya saja?" Keyra mengulangi perkataan kepala dayang Xiu Ling berharap bahwa kepala dayang Xiu Ling akan melanjutkan perkataannya tadi.
"Hanya saja, tampaknya Kaisar Han saat ini tengah sibuk dengan para selirnya Permaisuri Keyra," jawab kepala dayang Xiu Ling dengan kepala menunduk, merasa segan bahwa perkataannya tadi akan menyakiti hati Permaisuri di hadapannya.
"Maaf Permaisuri, jika perkataan hamba meyinggung perasaan Permaisuri Keyra," lanjut kepala dayang Xiu Ling dengan kepala yang semakin menunduk dalam.
"Tenanglah kepala dayang Xiu Ling, aku tak apa. Lagi pula apa pun yang di lakukan oleh Kaisar Han adalah haknya. Aku tak memiliki alasan mengapa perkataanmu harus menyinggung perasaanku," ucap Keyra disertai senyum manisnya untuk menenangkan kepala dayang Xiu Ling.
"Dan mungkin, Kaisar Han telah menemukan calon pengganti yang tepat untukku sebagai seorang permaisuri. Aku tak keberatan," lagi-lagi Keyra mengucapkannya dengan senyum manisnya yang membuat kepala dayang Xiu Ling tersenyum.
"Yang Mulia Kaisar Han memang tak salah memilih Anda sebagai Permaisurinya, Permaisuri Keyra," ujar kepala dayang Xiu Ling yang membuat Keyra kembali bingung akan maksud perkataan kepala dayang Xiu Ling.
To be continued...