benci

1576 Words

Ale kedua matanya melotot, melihat adiknya yang mengambil dengan lancang ponsel Hendra yang ada di atas nakas samping ranjang, kesal, Ale tak mau memanggil Om pada Hendra di belakang laki-laki sialan dan pembawa siala itu. Kembali pada adiknya, bahkan adiknya saat ini, sudah kembali berbaring dengan posisi bebas di atas ranjang, membuat Ale yang duduk di sofa di depan ranjang, jarak sekitar 4 meter, sontak bangun, dan berjalan terburu menuju adiknya. “Yang sopan, Ava…”Ucap Ale geram. Pasalnya, adiknya banyak melakukan kesalahan. Kesalahan yang dapat membuat ia celaka, Ava celaka, maka mamanya…. Ale bahkan tidak bisa membayangkan, apa yang akan terjadi pada mamamnya, misal Ava atau dirinya terluka, saking dari malaikat tak bersayapnya itu, menyayangi mereka berdua. “Santai dong, Kak. Aku

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD