7 - Xiao Cang dan Xiao Dong

1248 Words
Tiankong akan melangkah keluar dari aula pelajaran tepat setelah hampir seluruh generasi muda yang lain sudah meninggalkan tempat. "Hei Xiao Dong! Apa kau berencana untuk tidur di tempat ini?" Ucap Tiankong, pada seorang anak yang masih tinggal di aula pelajaran. Bocah lelaki yang dipanggil oleh Tiankong dengan nama Xiao Dong tersebut, tampak sedang membenamkan kening pada meja belajar pojok belakang ruang aula belajar. Dia adalah satu, dari dua orang selain Xiao Cang yang sebelumnya sempat mengabaikan Tiankong ketika berdebat dengan Tetua Kesebelas. Sementara itu, Xiao Dong yang mendengar Tiankong berbicara dengannya, kini mulai membuat gerakan mengangkat tangan. Seraya kemudian membuat tanda mengibas beberapa kali. "Tuan Muda, tak bisakah kau hanya pergi? Abaikan saja aku! Cukup anggap sudah tak ada orang lagi yang tinggal di ruangan ini!" Ucap Xiao Dong. Dengan intonasi nada malas. Menjawab pertanyaan Tiankong tanpa mengangkat kepala. Masih membenamkan kening pada meja belajar. "Kau ini benar-benar pemalas ya?" Dengus Tiankong. Seraya mulai berjalan kembali memasuki aula pelajaran. Dari semua anak yang seumuran dengannya, entah kenapa Tiankong hanya memiliki minat pada dua orang saja. Pertama tentu saja adalah Xiao Cang. Sepupu dekatnya yang dianggap merupakan salah satu bakat terbaik Xiao Klan pada generasi yang sama dengan Tiankong. Tiankong pantas menaruh minat dan perhatian pada Xiao Cang. Karena bisa dianggap bahwa gadis tersebut merupakan rivalnya dalam generasi saat ini. Apapun yang berhasil di capai oleh Xiao Cang, maka Tiankong akan menargetkan untuk melampaui capaian tersebut dalam waktu sesingkat yang ia bisa. Aksi tersebut, membuat hubungan antara Xiao Cang dan Tiankong, berkembang menjadi layaknya orang asing. Dingin satu sama lain, meskipun memang keduanya adalah sepupu dekat. Tiankong tak pernah menyapa Xiao Cang. Begitu pula sebaliknya. Xiao Cang hanya akan bersikap tak perduli dan sering kali tak menganggap keberadaan Tiankong. Meskipun tak pernah mengatakan secara langsung bahwa ia tak senang dengan Tiankong karena terus menerus berusaha menyainginya, Xiao Cang menunjukkan ketidaknyamanan dengan bersikap dingin pada sepupunya tersebut. Tiankong sendiri, tampak tak peduli dengan sikap Xiao Cang kepadanya. Ia justru terlihat menikmati atmosfir persaingan yang sedang terjadi. Terus-menerus membiarkan Xiao Cang mencetak prestasi, sebelum dengan sombong mematahkan prestasi tersebut. Selain Xiao Cang, satu orang lain yang berhasil menarik minat Tiankong, tak lain adalah Xiao Dong. Seorang bocah seumuran yang memiliki status bak langit dan bumi jika dibandingkan dengan Tiankong maupun Xiao Cang. Jika Tiankong adalah anak dari seorang Patriarch, Tuan Muda Pertama yang kelak akan mewarisi kepemimpinan Klan, sementara Xiao Cang adalah putri dari adik pertama Patriarch, tak lain adalah Tetua Pertama Klan, itu bertolak belakang dengan Xiao Dong, statusnya adalah anak dari anggota kelas rendahan Xiao Klan. Ayah Xiao Dong, hanyalah penjaga gerbang utama Klan. Sementara sang ibu, bahkan tak memiliki garis darah Klan Xiao sama sekali. Seorang wanita biasa dari kelompok luar yang secara tak sengaja bertemu dengan ayah Xiao Dong, pada sebuah misi klan saat dirinya masih muda. Namun, meski Xiao Dong berasal dari keluarga biasa saja, cenderung kelas bawah, ternyata ia memiliki bakat yang diatas rata-rata. Pada suatu pemeriksaan rutin generasi muda yang dilakukan oleh para Tetua kepada anak-anak mendekati usia pelatihan calon Knight, Xiao Dong yang dipaksa sang ayah untuk turut serta dalam prosesi pemeriksaan, ternyata berhasil mendapatkan hasil luar biasa. Dari pemeriksaan awal, Ranah jiwa Xiao Dong memiliki aura yang beberapa kali lipat lebih pekat dari pada ranah jiwa anak-anak dengan usia yang sama. Sementara untuk garis-garis Meridian, Xiao Dong juga unggul, garis Meridan bocah tersebut, memiliki kepadatan yang lebih tinggi dari generasi muda lainnya. Sebuah hasil yang sebenarnya cukup mencengangkan. Karena sebagai seorang anak yang memiliki latar belakang biasa saja, Xiao Dong jelas tak pernah mendapat sokongan perawatan berkala pada dua hal yang menjadi kunci perjalanan kultivasi. Yakni Ranah Jiwa dan Meridian. Tak seperti para generasi muda unggul lain, dimana kebanyakan adalah anak dari sosok-sosok penting Klan. Tiap-tiap dari mereka, termasuk juga Tiankong dan Xiao Cang, sedari lahir sudah mendapatkan suplai sumberdaya berharga yang mencukupi dari keluarga masing-masing. Mendapat perawatan berkala untuk menjaga perkembangan serta kualitas dari Ranah Jiwa dan juga Meridiannya. Dipersiapkan semenjak dini untuk menjadi calon-calon Knight berbakat generasi selanjutnya Xiao Klan. Xiao Dong, bisa dikatakan adalah sebuah anomali, bakat yang muncul secara alami. Hasil dari pemeriksaan awal dari bakat bawaan bocah tersebut, segera menarik minat beberapa sosok penting Klan. Beberapa tetua kelas tinggi dari Xiao Klan, salah satunya adalah Tetua Kedua, adik ketiga dari ayah Tiankong, dimana memang tak memiliki seorang anak, berusaha mendekati Xiao Dong. Isu liar yang menyebar dikalangan internal Klan, mengatakan bahwa Xiao Sun, Tetua Kedua, mempunyai keinginan untuk mengangkat Xiao Dong sebagai anak angkat. Selain Tetua Kedua, beberapa Tetua lain, diisukan ingin mengangkat Xiao Dong sebagai murid kelak ketika ia telah resmi menjadi seorang Knight tahap awal. Bagaimanapun juga, dengan bakat yang ia miliki, Xiao Dong jelas memiliki masa depan cerah. Tak menutup kemungkinan kelak ia akan menjadi salah satu pilar terpenting dari Xiao Klan. Peluang besar tersebut, adalah hal yang menjadi penyebab dari banyaknya tatapan mata kini mengarah pada Xiao Dong. Capaian seorang murid, tentu berbanding lurus dengan kehormatan yang didapatkan oleh sang Master. Menjadikan Xiao Dong seorang murid, bisa dikatakan adalah investasi menjanjikan untuk masa depan. Jika ada satu list dari urutan bakat terbaik generasi muda Xiao Klan, maka Xiao Dong, akan menempati urutan ketiga. Posisi bakat bocah tersebut, hanya akan berada dibawah Tiankong dan juga Xiao Cang. Hanya saja, semua bakat bawaan yang dimiliki Xiao Dong, nyatanya sangat berbanding terbalik dengan sifat yang ia miliki. Meskipun sangat berbakat, Xiao Dong yang mulai mengikuti pelatihan dan juga pelajaran dalam kelompok generasi muda emas bakat-bakat terbaik Klan Xiao, ternyata adalah seorang bocah yang sangat malas. Ia kerap kali tertangkap sedang tidur pada ruang kelas aula pelajaran ketika ceramah sedang berlangsung. Berakhir beberapa kali mendapat hukuman berat dari Tetua yang sedang memberi ceramah. Meskipun lambat laun ia terpaksa menahan diri untuk tak sampai tertidur, tetap saja Xiao Dong susah fokus saat menjalani pelajaran ataupun pelatihan. Bakat bawan dari kualitas Ranah Jiwa serta garis-garis Meridian, ternyata tak berbanding lurus dengan minat Xiao Dong untuk menjadi seorang Knight. Dalam beberapa kali kesempatan ketika ia sedang dihukum, Xiao Dong mengatakan bahwa ia hanya ingin hidup normal. Menjadi manusia biasa layaknya sang ibu. Pergi ke ladang untuk berkebun di pagi hari, serta pulang di sore harinya untuk kemudian tidur. Menikah dan membentuk satu keluarga biasa. Tiankong yang dalam satu kesempatan secara kebetulan mendengar cita-cita sederhana Xiao Dong, entah kenapa justru malah tertarik dengan bocah tersebut. Karena itu adalah pertama kalinya bagi Tiankong yang biasa hidup dalam lingkungan ketat bakat-bakat muda Knight, terlebih kedua orang tuanya baik itu ayah ataupun ibu adalah Knight kelas tinggi, mendengar ada seorang generasi berbakat yang ternyata sama sekali tak berminat untuk menempuh jalan Knight. Tiankong merasa bahwa Xiao Dong adalah orang yang menarik. Berusaha mendekati dalam beberapa kesempatan. Merasa bocah tersebut, adalah satu-satunya orang yang selama ini tak selalu risau harus memakai topeng untuk menyembunyikan wajah ambisius dibaliknya. Xiao Dong adalah bocah sederhana yang akan dengan polos menyampaikan apapun itu terlintas dalam benaknya. Satu sifat yang sangat bertolak belakang dengan Tiankong. Dimana sudah licik sejak dini. *Tap…!! Tiankong, akhirnya sampai di hadapan Xiao Dong yang masih membenamkan kening pada meja belajar. "Tuan Muda, ayolah! Tolong abaikan saja aku! Kenapa kau senang sekali mengganggu waktu bermalas-malasanku!" Dengus Xiao Dong. Dengan nada kesal tepat setelah merasa keberadaan Tiankong kini ada di hadapannya. "Bangun! Jika tidak, akan kulaporkan pada Tetua pengawas bahwa kau beberapa kali mencuri waktu tidur siang dengan alasan pergi ke kamar mandi!" Ucap Tiankong. Sembari memasang sebuah senyum lebar nan licik. "Ahhh… Bagaimana kau tahu?" Tanya Xiao Dong. Seketika terkesiap dan mengangkat wajah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD