Sebesar Itu Cintanya

1227 Words
Beberapa menit kemudian, Sarena keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah, ia mengibas rambutnya, membuat Jeffry tersenyum penuh nafsu. Sarena berhasil menggagalkan rencana sang Ayah untuk ke California. Karena Sarena tidak bisa pisah dengan Jeffry, ia ingin selalu bersama laki-laki itu. Jadi, Sarena melakukan banyak cara untuk menggagalkan itu. Apa pun yang Sarena lakukan, semua ini demi sang kekasih yang sangat ingin ia miliki itu. "Apa kau tahu, aku menyukaimu bukan karena tubuh indahmu, bukan karena wajah cantikmu," kata Jeffry yang kini duduk di tepi ranjang, membuat Sarena mendongak menatap laki-laki yang sangat tampan yang kini duduk ditepian ranjang. Menunggu giliran untuk mandi. "Lantas apa yang kau sukai dariku?" tanya Sarena sesaat menoleh melihat sang kekasih. "Karena kau manis dan pemalu," jawab Jeffry dengan senyuman yang paling indah. "Jangan terlalu menilai orang secepat itu," kata Sarena menggeleng sesaat. "Aku mencintaimu. Aku juga sempat mengira aku gila karena menyukai seseorang sehebat ini, namun begitu lah cinta. Kamu membuaku tak bisa tidur, kamu membuatku tidak bisa makan, semuanya." Jeffry bangkit dari duduknya dan menghampiri sang kekasih yang kini duduk di depan meja rias, Jeffry memijat tubuh Sarena, membuat Sarena merasa lebih baik setelah mendapatkan pijatan itu. "Aku hanya akan menyulitkanmu ...aku seorang anak konglomerat yang tidak akan pernah bisa mendapatkan cinta yang ia inginkan," lirih Sarena menatap Jeffry melalui cermin meja riasnya. "Siapa pun kamu, kamu adalah hidupku," sergah Jeffry. "Aku akan selalu mencintaimu, siapa pun kamu dan bagaimanapun kamu terlahir, jadi kaya atau miskin, bagiku sama saja.” Sarena mengangguk, lalu duduk diam. Perkataan Jeffry membuatnya melayang, dunianya seolah menjadi hal yang paling indah. "Aku tidak tahu, Tuhan ternyata menakdirkanku bertemu lelaki sepertimu." Sarena men-cut hair dryer, lalu mengeringkan rambutnya yang basah. “Lelaki sepertiku?” tanya Jefry. “Memangnya ada apa denganku?” “Sempurna dan penuh dengan kasih sayang.” Jeffry tersenyum dan memeluk Sarena begitu erat. Jeffry membuat Sarena terbuai oleh cintanya dan nantinya akan menjadikan Sarena sebagai senjata utama menghancurkan semuanya. Hal itu lah yang selalu Jeffry impikan. Ia tidak bisa begitu saja menerima kematian keluarganya. “I love you,” ucap Jeffry lalu mengecup pipi Sarena. “I love you to,” jawab Sarena dengan senyum yang cantik. Sarena lalu menggunakan hairdryer, ia menggunakannya untuk mengeringkan rambutnya basah. “Sayang, pergi lah mandi.” “Aku akan membantumu,” jawab Jeffry lalu meraih hairdryer itu dan langsung menggunakannya ke rambut Sarena. Sarena tersenyum dan menggelengkan kepala. Seindah ini kah cinta itu? “Tapi kenapa kamu melakukan hal itu?” “Hal yang mana?” “Kamu membuat ayahmu kebingungan.” “Hehe. Ini demi kita kok,” jawab Sarena. “Demi kita? Kan kita bisa bertemu lagi.” “Sayang, aku tidak mau berpisah dengan kamu. Setiap ke luar kota, kamu pulangnya terlalu lama.” “Tapi aku dapat kabar lagi dari ayahmu, bahwa besok pagi kami akan ke California.” “Lagi?” “Heem. Karena di sana memang sangat membutuhkan kami.” “Duh. Aku mengira kalian tidak akan pergi lagi.” Sarena menggeleng, lalu berpikir sejenak. Dan, kembali berkata, “Bagaimana kalau aku menyusulmu? Kita bertemu di hotel?” tanya Sarena. “Sayang, jangan. Aku tidak mau membuat masalah. Pekerjaan ini pasti akan sangat menyita waktuku dan aku tidak punya waktu untuk bersantai.” “Aku benar-benar kehilangan kamu lagi.” “Doakan ini hanya sebentar.” “Tidak akan sebentar. Kamu selalu saja mengatakan itu dan aku yakin, kamu tidak akan pulang secepatnya. Walaupun Daddy kembali, tapi kamu pasti akan tetap di sana.” “Sayang, aku hanya menjalankan perintah ayahmu,” jawabnya lagi. Sarena semakin ingin memiliki Jeffry, ia terlalu mencintai laki-laki itu sampai ia tidak perduli dengan apa pun rintangan didepan sana yang kapan saja menghampiri hubungan mereka. Sarena mencintai Jeffry dan itu sudah cukup untuk menjalin hubungan suami istri. Sarena jadi semakin bertekad untuk memberitahu ayahnya hubungannya dengan Jeffry. Sarena tidak pernah perduli dengan rintangan itu, yang penting ia bisa bersama Jeffry semuanya sudah lebih dari cukup, jika sang Ayah menolak dan tidak merestui hubungannya dengan Jeffry, Sarena akan kawin lari dan membawa Jeffry bersamanya. Sarena punya banyak uang yang tidak perlu memiliki persetujuan sang Ayah untuk memiliki uang tersebut, ini hasil tabungannya sendiri dan itu akan cukup untuk membuat usaha baru. Bagi Sarena hidup susah dengan Jeffry tidak masalah. Ia juga bisa memulai semuanya dari nol. Ia punya uang dan ia punya Jeffry, semuanya sudah lebih dari cukup. Baginya, ia lebih menentang Ayahnya daripada berpisah dengan Jeffry, pujaan hatinya. “Sayang, kenapa kamu diam saja?” tanya Jeffry menatap sang kekasih melalui cermin didepannya. “Aku tidak apa-apa.” “Kamu sedih akan berpisah denganku?” “Iya. Sedih sudah pasti. Tapi, aku juga tidak bisa melarangmu, ‘kan?” Jeffry mengangguk dan kembali berkata, “Ya. Benar katamu. Kamu tidak bisa melarangku karena ini tugas dan pekerjaanku. Menjadi asisten ayahmu adalah tugasku, dengan begitu aku bisa lebih dekat dengan kamu, ‘kan?” tanya Jeffry berusaha meyakinkan Sarena bahwa semua hal yang mereka impikan akan tetap terwujud. Ia memiliki impian sendiri. “Kamu mencintaiku, ‘kan?” tanya Sarena. “Heem. Aku sangat mencintaimu,” jawab Jeffry tanpa ragu. “Baiklah. Itu sudah cukup bagiku.” “Kamu kenapa? Karena mau berpisah?” tanya Jeffry. “Aku akan merindukanmu, sangat,” lirih Sarena. “Aku juga,” jawab Jeffry lalu mengecup kepala Sarena. “Kamu tidak akan pernah tahu bagaimana hatiku saat ini, aku tidak bisa berpisah dengan kamu terlalu lama, dan aku menderita. Hanya saja tidak ku katakan hal itu.” Sarena bangun dari duduknya dan memeluk sang kekasih. “Aku berjanji kita akan selalu bersama. Aku rela kehilangan keluargaku dibandingkan kehilangan kamu, karena jika aku kehilangan keluargaku itu tidak akan mempengaruhi mereka, karena mereka memiliki banyak uang. Tapi, jika aku kehilangan kamu, seluruh hidupku pun tak akan berguna.” Secinta itu Sarena pada Jeffry sehingga rela kehilangan keluarganya. “Sayang, apa pun yang terjadi nantinya, aku minta maaf,” ucap Jeffry. Sarena melepaskan pelukannya dan mendongak menatap sang kekasih. “Maksudnya? Minta maaf karena apa? Kamu tidak berniat meninggalkanku, ‘kan?” “Tidak. Aku akan selalu ada untuk kamu,” jawab Jeffry. Sarena kembali memeluk Jeffry, seolah tidak ingin melepaskan pelukan itu. Terlalu nyaman dan terlalu indah. Andai Sarena memiliki kuasa, ia pasti akan membuat Jeffry menjadi miliknya tanpa harus meminta restu atau semacamnya. “Sudah waktunya aku ke kantor,” kata Jeffry. Sarena semakin mengeratkan pelukannya. “Jangan tinggalkan aku.” “Sayang, jika aku tidak bekerja, itu pasti akan membuat ayahmu marah dan memecatku. Kamu mau?” tanya Jeffry. “Lalu kita tak akan pernah bertemu.” Sarena melepaskan pelukan Jeffry dan mengangguk pelan. “Iya. Aku tidak mau.” “Ya sudah. Aku ke kantor dulu dan kamu juga pulang lah ke rumah. Malam ini bukannya Tuan Besar dan Nyonya Besar akan mengadakan acara makan malam?” “Acara makan malam?” “Ini aniversary mereka, Sayang.” “Astaga. Kok aku bisa lupa? Mana aku belum menyiapkan kado.” “Dan—” “Dan apa, Sayang?” “Giozan akan datang,” jawab Jeffry. “Giozan akan datang? Ah tidak mungkin.” “Ayahmu sudah mengatur pertemuan dengannya. Dan, mengundang ke acara makan malam hari ini.” Jeffry melanjutkan. “Daddy keterlaluan.” “Temui saja. Heem?” “Tapi bagaimana denganmu?” “Yang penting hati dan pikiranmu untukku, itu tidak masalah.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD