Bagian 3

861 Words
Dira dan Reno berdiri dengan kedua tangan saling bertautan. Hari ini, mereka akan melakukan liburan akhir pekan bersama. Berdasarkan kehendak Reno, mereka akan berlibur ke pulau Jawa. Tepatnya Yogyakarta, dimana Tante sekaligus Adik Mama Dira berada. "Hati-hati disana, ini Reno dijaga ya?" Dira mengangguk, ia memandang jengah Mama nya yang tak henti memberi wejangan agar ia tak lalai menjaga Reno. "Iya, Bu..." "Ren, kamu yakin gak nangis? Gak akan kangen Mama atau Papa?" Tanya Wina. Si kecil manis itu menggeleng. "Enggak, paling cuma kangen Papa. Nanti kalo kangen, Papa suruh nyusul ya?" Reno menoleh pada sang Papa yang sedari tadi diam. "Pa? Ya? Nanti Papa nyusul ya kalo kerjaan Papa udah selesai?" Bara mengangguk sekali. Dia memang berencana akan menyusul jika pekerjaannya disini telah selesai. Ngomong-ngomong soal Mama Reno. Perempuan itu pergi entah kemana, Bara sudah tidak peduli lagi. Selagi ia tak merugikan siapa pun. Bara akan tetap diam sampai waktunya tiba. "Ya sudah, pesawat kami bentar lagi take off. Kami berangkat ya? Salam dulu Ren," Suruh Dira. Selesai Reno, kini gantian Dira. Giliran ia dihadapkan pada Bara. "Dira pergi Mas." "Iya, hati-hati Dek. Kalo ada apa-apa jangan sungkan telfon Mas ya? Nanti Mas kabarin kapan Mas bisa nyusul." Jawab Bara. Lelaki itu menatap Lekat gadis di hadapannya. "Gak perlu nyusul Mas. Dira tahu kerjaan Mas banyak.." Bara menggeleng. "Enggak, pokoknya nanti Mas nyusul.. hati-hati." Setelah selesai, Dira meraih tangan Reno. Kedua nya berjalan menjauh menuju pintu pesawat. Reno sesekali menoleh ke belakang melambaikan tangannya, serta melakukan Kissbye. Membuat orang di sekitar dibuat gemas dengan tingkahnya. "Jangan kangen sama Reno ya? Biar Reno aja." Bocah laki-laki itu berteriak sedikit kencang, diakhiri cengiran khas anak-anak nya. *** "Ini rumah siapa, Nte?" Reno mengucek mata nya beberapa kali, selama perjalanan dari bandara hingga ke rumah Tante nya, anak itu tertidur pulas. "Rumah Mbah Rini. Nanti jangan nakal-nakal ya disana.." "Iya, Reno anak baik Nte." Sahutnya. Reno memperhatikan Dira yang tengah berbincang dengan sopir taksi menggunakan bahasa yang tak di mengertinya. Dengan tangan kiri membawa koper, dan tangan kanan menggenggam Reno, Dira berjalan perlahan memasuki pagar rumah. Tok Tok Belum sampai 3 kali ketukan, kedua nya disambut antusias pemilik rumah. "Oalah, Ra. Sudah lama kamu gak kesini, ayo-ayo masuk dulu.." Bude Rini, membuka lebar pintu rumahnya. Didalam sudah ada Pakde Ari dan seorang anak lelaki yang mungkin kelas 3 smp. "Ayo, duduk dulu. Ga, ini tas Mbak mu di bawa ke kamar yo." "Nggeh, Buk.." Ga atau Arga anak dari Bude Rini membawa koper Dira dan Reno kedalam. "Lho, iki anakmu?" Tanya Bude Rini. "Bukan, ini Anak nya Mbak Ria.." "Bude kira kamu udah Nikah gak ngundang-ngundang, Ndok. Sopo ki jenenge?" "Ayo kenalin nama kamu, sekalian kasih salam sama Mbah.." Reno berjalan pelan kemudian menyalami kedua nya. "Aku Reno Aldebaran, Mbah." "Manggil nya, siapa?" "Reno." "Oalah cucu ku. Ganteng banget ini." Kata Bude Rini. Reno mengerjap lucu. "Kan Papa nya Reno ganteng, Mbah. Jadi kata Nenek, wajar kalo Reno juga ganteng.." Jelasnya dengan logat khas anak kecil. Pakde Ari dan Bude Rini terkekeh, "Aduh, lucu nya Reno." "Ya sudah, istirahat aja dulu, ndok. Sudah malam.." "Nggeh bude, makasih." *** Dira terbangun karena mendengar dering telfon. Tangannya meraba di bawah bantal tempatnya meletakkan handphone. Mata nya mengernyit, sedikit menebak-nebak nama si penelfon, sebab mata nya belum terlalu fokus. "Lho, Mas Bara." Bisik nya. "Halo, Mas?" "Dek, jangan pergi kemana-mana dulu ya? Mungkin jam 10 nanti Mas kesana.." "Kenapa Mas?" Tanya Dira. Terdengar helaan nafas dari seberang. "Cerita nya panjang, Mas bakal cerita kalo udah disana. Pokoknya jangan keluar, jangan buat status apa pun di sosmed yang buat orang-orang tahu keberadaan kamu. Kamu dengar kan dek?" "Iya, Mas.." "Reno mana?" Tanya Bara. "Reno masih tidur lah, Mas. Coba liat jam dulu, masih jam 5 tapi Mas udah telfon." Bara terkekeh kecil. "Ya sudah, maaf Mas mengganggu kamu. Lanjutin lagi tidurnya. Ingat apa yang Mas bilang tadi. Mas matiin ya?" "Hm." Setelahnya, Dira tidak melanjutkan tidur seperti yang dikatakan Bara. Gadis itu lebih memilih melakukan Shalat subuh. "Nte!" Dira menoleh, baru saja ia selesai melipat mukena yang di pakai nya. "Lho, kok udah bangun aja? Masih pagi lho," Dira mendekati Reno kemudian duduk di samping bocah laki-laki itu. Tangannya bergerak mengelus kepala Reno sayang. Andai dia yang bertemu Mas Bara terlebih dahulu, apakah Reno akan jadi anak kandung nya? Dira meringis mengingat perlakuan kakak perempuannya terhadap Reno. Mbak Ria, belum pernah sekalipun melakukan tugas nya sebagai ibu. Dira tahu itu, karena itulah, Dira melimpahkan kasih sayang nya pada Reno. Agar Reno tak merasa kekurangan kasih sayang. "Mau bobo lagi, puk-pukin ya nte?" Pinta Reno. Setelah melihat Dira mengangguk. Reno segera merebahkan dirinya di samping Dira yang juga menghadap pada nya. Bocah laki-laki itu mendekap tubuh Dira dengan tangan kecil nya. Dira mengecup sekali puncak kepala Reno. "Reno sayang, Nte!" Kata Reno. "Nte lebih sayang kamu, Reno.." "Kenapa bukan Nte aja, ibu nya Reno?" Bocah itu mendongak menatap langsung mata bening Dira. "Udah ah, kata nya mau tidur?" Ujar Dira mencoba mengalihkan. "Ayo dong, Nte aja yang jadi ibu Reno. Terus papa nya tetap Papa Bara. Ya Nte?" Dira menepuk-nepuk punggung Reno sembari sesekali mengusapnya pelan. Membuat si kecil Reno memejamkan mata nya. Mudah sekali membuat Reno tertidur.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD