Bab -11-

1782 Words
Pagi hari suasana sarapan terasa canggung bagi Soora. Hal itu bersumber dari Jihoon yang sejak tadi memperhatikannya tanpa berkedip. "Ada sesuatu di wajah ku?" tanya Soora memastikan. "Ya," jawaban singkat Jihoon membuat Soora meraba wajahnya sendiri, saat ia akan beranjak untuk bercermin ucapan Jihoon membuatnya mengurungkan niat. "Matamu, terlihat sembab juga hitam. Kau terjaga semalaman?" Soora diam. Ia ingat jika semalam ia menangis hebat karena Hunjae dan hal wajar saat matanya menjadi bengkak pagi harinya. "Eung, ada beberapa hal yang harus diurus," sahut Soora berbohong. Sebenarnya tidak juga, ia memang terjaga untuk menangis semalaman. Jika mengingat hal itu membuat perasaan Soora kembali bercampur aduk. Jihoon mengangguk saja, dirinya bersikap seolah tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. "Kompres matamu dengan es batu, maka itu akan terlihat lebih baik," saran Jihoon yang diangguki Soora. "Hari ini aku ingin keluar untuk bertemu teman, jika boleh aku juga akan membawa Taeoh," tanya Soora. Jihoon mengiyakan asal tidak pulang terlalu larut. Soora mengangguk lantas kembali menyuapi Taeoh yang duduk di sebelahnya. Setelah sarapan Jihoon bergegas pergi ke kantor, pria itu terlihat terburu-buru setelah mendapat telepon. "Nah, saatnya kita bersiap," kata Soora pada Taeoh. Gadis itu segera menggendong Taeoh, membawanya ke arah kamar untuk segera bersiap. Keduanya kompak memakai baju dengan nuansa pastel, Soora juga menambahkan aksesoris berupa topi untuk Taeoh. Keduanya berangkat dengan taksi yang sudah di pesan. Rencana awal keduanya akan bertemu dengan salah satu teman lama Soora sewaktu SMP. Keduanya sudah lama berpisah semenjak Soora dan keluarga memutuskan untuk tinggal Jepang sementara waktu. Mereka akan bertemu di Taman Hiburan tidak jauh dari apartemen Jihoon, Soora sengaja meminta bertemu di sana daripada di caffe, agar Taeoh merasa nyaman dan tidak merasa bosan nantinya Sekitar lima belas menit kemudian Soora juga Taeoh sudah sampai di tempat tujuan. Soora mengecek ponsel, mengabari sang kawan lama jika keduanya sudah sampai di tempat tujuan. Tak lama setelahnya balasan pesan masuk ke ponsel Soora, sang teman mengatakan jika mereka menunggu di caffe dekat wahana Merry Go Round. Setelah mencari-cari pada akhirnya Soora bertemu dengan sang teman. Bukan hanya sang teman tapi juga dua orang dan satu anak kecil yang Soora sendiri tidak tahu siapa. "Ya, Kang Soora kau sudah memiliki anak? Kau menikah tanpa memberitahu ku?" ujar Yeonhee heboh. Soora tersenyum kecil kemudian menggeleng. "Aku belum menikah." "Lalu anak ini? Aku yakin dia bukan keponakan atau sepupumu, kalian tidak terlihat mirip," komentar Yeonhee lagi. Soora mengangguk mengiyakan. Ia terdiam beberapa saat, bingung harus mengatakan apa. Ia tidak mungkin mengatakan jika Taeoh adalah anak calon suaminya bukan? Ia saja masih belum yakin dengan perjodohan mereka. "Sudahlah. Mereka siapa?" tanya Soora mengalihkan pembicaraan. Matanya mengarah pada sepasang pria dan wanita juga seorang anak lelaki yang sejak tadi hanya terdiam memperhatikan. "Kenalkan dia kakak ku, Kim Jongsoo. Ini Soondeuk eonnie dan itu adalah Jesper anak Soondeuk eonnie," terang Yeonhee. Soora terdiam, sejak tadi ia merasa sesuatu. Ia seperti familier dengan wajah Soondeuk, ia seperti pernah melihatnya hanya saja ia lupa. "Siapa namanya," ujar Soondeuk mendekati Taeoh yang terdiam di strooler. Wanita cantik itu mengusap lembut pipi Taeoh. "Taeoh," jawab Soora. Soondeuk mengulanginya dengan lirih, wanita itu tersenyum saat Taeoh menggengam jarinya dan bermain dengan itu. "Sepertinya Taeoh dan Jesper seumuran," celetuk satu-satunya pria dewasa di sana. Jongsoo. Yeonhee mengangguk. "Sepertinya iya, berapa usia Taeoh, Soora-ya?" ditanya seperti itu Soora hanya bisa menggeleng karena ia juga tidak tahu berapa usia Taeoh. "Satu tahun," gumam Soondeuk yang masih bisa Soora dengar. "Maaf?" Soondeuk tergagap, ia menoleh ke beberapa arah setelah Soora bertanya. "Ah, aku hanya mengira-ngira. Menyamakan umurnya karena Jongsoo mengatakan Taeoh dan Jesper terlihat seumur," ujar Soondeuk menjelaskan. Soora lagi-lagi mengangguk. Ia percaya saja karena tidak ingin terlalu mengambil pusing. Tapi lain hal dengan Jongsoo, pria itu menatap lekat ke arah Soondeuk yang juga tengah menatapnya, kemudian pria itu mengangguk sambil tersenyum kecil. Rombongan kecil itu berjalan di sekitar taman bermain sambil mengobrol, sesekali salah seorang dari mereka membuat lelucon dan membuat yang lain tertawa lebar. Mencoba beragam permainan, tertawa puas dan bersenang-senang. Semua terlihat bahagia sampai kemudian. "Maa," Taeoh merengek. Anak itu terlihat kurang nyaman dan seperti akan menangis. Soora yang semula akan mengangkat Taeoh dari stoler tertahan saat Soondeuk maju lebih dulu. "Apa boleh aku menggendong Taeoh?" tanya-nya. Soora mengangguk kaku di tempat. Entah hanya perasaanya atau memang benar, Soondeuk terlihat amat bahagia bersama Taeoh. Ia bahkan lebih sering memperhatikan Taeoh daripada Jesper yang lebih banyak bermain bersama Jongsoo. Tidak lama waktu Soondeuk bermain bersama Taeoh, anak laki-laki itu menangis kencang setelah lima menita berada di gendongan Soondeuk. Wanita itu memberikan Taeoh dengan tatapan tidak rela yang membuat Soora kian bingung. "Haruskah kita makan dan beristirahat sebentar? Ku lihat anak-anak mulai merasa kurang nyaman," usul Jongsoo yang diangguki semua orang. Pada akhirnya mereka semua beristirahat. Mereka memilih kedai eskrim sebagai tempat singgah. Setelah menerima menu, pesanan segera ditentukan. Dua es krim rasa coklat untuk Taeoh dan Soora juga Jongsoo, satu es krim rasa stroberi untuk Jesper dan Soondeuk juga satu rasa vanila untuk Yeonhee. "Eoh, beruang," seru Yeonhee heboh melihat Taeoh yang tengah sibuk sendiri dengan mainan kesayangannya. "Taeoh sangat menyukai beruang," sahut Soora sambil tersenyum, ia mengelus rambut gelap si anak. "Wahh, sama seperti Jongsoo Oppa. Dia juga penyuka beruang, sampai-sampai dia dijuluki Oppa Gom di rumah," ujar Yeonhee sambil melirik ke arah Jomgsoo yang hanya tersenyum. "Benarkah?" tanya Soora antusias. Jongsoo tersenyum kemudian mengusak surai Taeoh. "Taeoh juga manis seperti Bayi Beruang, jadi aku memanggilnya Aegi Gom," tutur Soora berhasil membuat Jongsoo terkejut tapi tidak lama setelahnya ia kembali tersenyum. "Nama yang cocok." Pukul empat sore saat Soora juga Taeoh kembali ke rumah. Soora yang menggandeng Taeoh berjalan pelan tertawa saat anak itu terus-terusan tersenyum juga tertawa riang, suasana hati Taeoh terlihat amat baik setelah bermain-main di taman hiburan. Setelah selesai membersihkan diri, Soora berniat untuk memasak. Ia mendudukan Taeoh pada kursi khusus bayi yang ia letakan tidak jauh dari dapur. Soora memeriksa isi kulkas, melihat bahan apa saja yang sekiranya bisa ia gunakan untuk membuat menu makan malam. Pada akhirnya Soora memutuskan untuk membuat Kimchi Jjigae, telur goreng, tahu pedas dan beberapa menu pendamping lainnya. Sesekali disela kegiatan masaknya ia mengawasi Taeoh yang tengah asyik memakan biskuit yang sudah disediakan. Beruntung Taeoh termasuk anak yang tidak banyak tingkah, meski perkembangannya bisa dibilang lebih lambat dari anak seusianya ia termasuk anak pengertian. Taeoh bukan tipe anak yang mudah menangis atau merengek, ia melakukan hal itu hanya saat merasa benar-benar tidak nyaman. Hal itu juga yang memudahkan Soora untuk mengerjakan berbagai hal sembari mengasuh Taeoh disaat bersamaan. Tepat saat Soora selesai menghidangkan makanan, suara deru mobil terdengar dari arah luar. Tidak berselang lama pintu terbuka dan menampakan Jihoon dengan setelan kantornya yang agak berantakan juga dasi yang sudah tidak lagi rapi. Pria itu meletakan tas kantornya di atas sofa kemudian berjalan menuju dapur untuk minum. Langkahnya terhenti, Jihoon sempat terdiam sebentar saat ia melihat Soora yang baru saja selesai memasak dan tengah menyiapkan piring untuk makan malam. Gadis itu tersenyum tipis menyadari Jihoon tengah menatapnya. "Kau sudah pulang?" Jihoon menjawab sepuluh detik setelahnya, ia mengangguk lantas berjalan ke arah lemari pendingin untuk mengambil minuman. "Bersihkan dirimu dulu, setelah itu makan. Maaf aku mengunakan dapurmu." "Tidak apa. Tidak masalah," setelah meminum airnya Jihoon beranjak untuk membersihkan diri. Di dalam kamar Jihoon kembali terdiam. Entah kenapa ia kembali teringat dengan Soora yang tengah menyiapkan makan malam, dan tepat saat itu juga ia merasa desiran aneh di dadanya. "Apa yang terjadi? Ada apa denganku?" Jihoon bukannya tidak tahu soal apa yang ia rasakan, ia tahu dan ia paham. Tapi ia masih ragu, terlebih apa memang benar apa yang ia pikirkan adalah apa yang sebenarnya ia rasakan. "Soondeuk-ah, apa yang terjadi dengaku? Kenapa aku begini?" gumamnya sambil menatap foto Soondeuk. "Aku harus segera membawamu kembali. Tidak ada yang bisa menggantikan mu, termasuk Soora sekalipun." Jihoon kembali turun untuk makan malam, di meja makan Soora juga Taeoh telah menunggu. Kali ini Soora menyiapkan mangkok khusus untuk Taeoh, ia akan membiarkan Taeoh untuk mulai belajar memakan makanannya sendiri. Jihoon bergabung, pria itu duduk tepat di hadapan Soora yang kini tengah menyiapkan makanan untuknya. Suasana makan malam hanya diselingi celoteh Taeoh juga peralatan makan yang beradu. Sebenarnya Soora ingin mengatakan beberapa hal, tapi karena Jihoon yang terlihat serius dengan kegiatannya menyuap makanan ia jadi urung melakukannya. "Ada apa?" tanya Jihoon sadar akan gelagat Soora. "Aku ingin bertanya, apa boleh aku membawa Taeoh berbelanja besok? Bahan makanan di kulkas hanya tersisa sedikit." "Boleh, akan ku temani." Jika Soora terkejut akan jawaban Jihoon, maka pria itupun sama. Ia juga sama terkejutnya dengan gadis itu, ia sendiri tidak menyangka jika ia bisa berkata seperti itu. "Baiklah jika kau tidak sibuk," sahut Soora. Ia menggulum bibir bawahnya, masih ada satu hal yang ingin ia sampaikan pada Jihoon. "Ada lagi yang ingin ku tanyakan." Alis Jihoon mengernyit, ia melihat Soora dengan ekspresi bertanya. "Apa, kau benar-benar serius untuk menikahi ku?" Jihoon terdiam sebentar. Pria itu menghela nafas kemudian meletakan sumpit ke meja. "Ya." "Kau bersungguh-sungguh? Maksud ku kau sama sekali belum mengenal ku. Kau tidak tahu bagaimana sifat ku yang sebenarnya tapi kenapa kau terlihat sanggat serius?" Sebenarnya Jihoon malas menanggapi pertanyaan ini, karena ia harus menjelaskan hal yang sama lagi dan lagi. "Kau sudah pernah bertanya soal itu dan aku juga sudah menjawab mu dengan jelas, kenapa bertanya lagi? Dan kenapa aku bersungguh-sungguh, aku bukan tipe orang yang akan bermain-main dengan keputusan yang sudah ku ambil." "Soal belum saling mengenal, itu mudah. Kita bisa saling mengenal seiring berjalannya waktu, aku tahu kau baru saja terluka dan akan sulit untuk menata hati seperti apa yang pernah kau katakan. Tapi apa kau akan terus terjebak di tempat yang sama? Membiarkan dirimu menderita sendirian karena pemikiran mu sendiri?" "Kita masih punya waktu sampai hari pernikahan nanti benar-benar datang, ku rasa itu cukup untuk saling mengenal dan memahami satu sama lain. Ku lihat juga kau sudah nyaman dengan Taeoh begitu juga Taeoh," tutup Jihoon setelah berbicara panjang lebar. Soora tersenyum kecil, ia menarik nafas sebelum mengatakan hal yang sanggup membuat Jihoon tertegun di tempat. "Maaf karena pernah mencecarmu dengan berbagai pertanyaan berulang. Saat itu aku benar-benar tidak tahu harus melakukan apa karena perjodohan ini terlalu tiba-tiba," ujar Soora. "Aku sudah berpikir, menimbang baik dan buruk dari berbagai sisi. Dan aku sudah memutuskan aku mau menerima perjodohan ini, aku juga akan tinggal di sini untuk lebih mengenal Taeoh juga .... dirimu." "Mungkin akan terasa sulit untukku, karena hal itu aku ingin kau bisa membantuku," lanjut Soora menunduk. Ia benar-benar tidak bisa bertemu pandang dengan Jihoon, ia malu. Jihoon tersenyum tipis. Semua berjalan sesuai rencana, batinnya. Soora sudah masuk ke dalam rencananya dan kini saatnya ia untuk lebih meyakinkan gadis itu lagi juga lebih giat mencari Soondeuk sampai bisa membawa wanita itu dan putranya kembali. "Ya. Aku akan membantumu."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD