Rumah Michelle
Michelle masih menangis dalam kamarnya. Entah kenapa terasa sesak dalam dadanya. Mungkin Michelle belum bisa menerima kenyataan tentang Dimas yang sakit. Padahal Michelle berharap itu tidak nyata. Itu hanya rekayasa Dimas. Tapi kenyataan memang selalu terlihat pahit. “Kenapa harus kaya gini lagi :'( Ya Allah berikan kesempatan aku dan dia bahagia. Aku ga mau kehilangan orang-orang yang aku sayangi untuk yang ke sekian kalinya,” Michelle menangis sesegukan.
Rini masuk dalam kamar. “Kenapa sayang? Kok nangis?” Rini terkejut melihat adiknya sudah bersimbah air mata dengan tubuh bergemetar.
“Kakak,” Michelle memeluk Rini sambil menangis. Mungkin memang terasa sakit bagi Michelle. Karena Michelle pernah kehilangan orang yang di cintainya dulu. Namanya dan Aldryan. Aldryan adalah pacar pertama Michelle dulu. Aldryan meninggal karena sakit. Sedangkan Michelle tidak tahu kalo Aldryan sakit. Michelle di beri tahu Aldryan sakit saat dia sudah tiada. Sejak itu Michelle sedikit cuek dengan cowok. Bahkan menutup hati untuk cowok. Kenapa harus terulang lagi? Di saat Michelle mulai membuka hatinya lagi. Ia harus menelan kepahitan yang sama. Harus menerima orang yang ia sangat cintainya sedang menderita. Berjuang melawan mautnya. Seakan de javu. Setelah lega menangis akhirnya Michelle cerita pada Rini. Semua kenyataan tentang Dimas, Michelle ceritakan pada Rini.
“Dimas sakit kak. Umurnya tinggal tiga bulan lagi,” ucap Michelle mengakhiri ceritanya pada Rini. Meskipun telah berjanji pada Dimas untuk tidak bercerita pada siapapun. Tapi, rasanya Michelle tidak mampu menampung beban ini sendirian. Michelle yakin kakaknya Rini bisa di percaya.
“Huss jangan bilang gitu. Nyawa itu di tangan Allah dan orang yang udah ngevonis Dimas belum tentu bener,” nasihat Rini.
“Dia sakit jantung kak, sewaktu-waktu bisa saja detak jantungnya berhenti. Dan aku takut kak,” Michelle mulai menangis sesegukan lagi.
“Obat sebaik baiknya obat itu do'a sayang. Nangis ga akan nyelasaiin masalah. Oke, kalo kamu sedih boleh nangis. Tapi jangan terlalu terlarut dalam kesedihan kamu. Coba kamu bangkit. Berdo'a pada Allah dan terus semangatin Dimas biar cepet sembuh,” Rini masih mencoba menenangkan Michelle.
“Ta.. tapi..” Michelle menangis lagi. Tak mampuh melanjutkan ucapannya.
“Sabar sayang. Kakak tahu dulu kamu kehilangan Aldryan. Tapi kamu harus belajar ikhlas. Sekarang ada Dimas. Kamu harus coba yakinin Dimas, kalo kamu bener-bener mau Dimas sembuh,” nasihat Rini.
“Kenapa harus aku kak? kenapa? Kenapa Dimas harus sakit? Luka aku aja kehilangan Aldryan sama mama belum pulih. Kalo aku kehilangan Dimas lagi aku ga mau kak. Engga,” Michelle masih belum bisa menerima kenyataan tentang Dimas.
“Kuat sayang. Ini perjalanan hidup. Kamu harus yakin, kalo Dimas bisa sembuh. Dimas kan orang kaya. Metode pongobatan sekarang udah canggih. Kakak yakin Dimas bisa sembuh,” Michelle terus menangis. Sangat sulit sekali menerima kenyataan semua ini. Tadinya Michelle berharap Dimas berbohong soal penyakitnya. Tapi ternyata semuanya benar.
“Udah sayang. Sekarang kamu sholat sana. Belum sholat isya kan?” saran Rini.
Michelle mengangguk, “Iya kak,” Michelle menghapus air matanya.
“Udah jangan nangis lagi. Kamu harus kuat. Kamu harus kuatin Dimas juga,” Rini memberikan semangat.
“Kakak jangan bilang-bilang ini ke siapa-siapa ya kak. Tadinya aku ga boleh bilang sama siapa-siapa sama Dimas. Tapi aku ga kuat kalo harus aku sendirian nyimpen semua ini,”
Rini mengangguk mantap, “Iya sayang kakak janji kok, kamu tenang aja,”
********
Keesokan Harinya
Vegasus International High School.
“Rasain tuh lo!”
“Iya anak koruptor macam lo pantes mandi coberan kaya gini,” Ardina menyiramkan air selokan pada tubuh Michelle.
“Gunting!!” pinta Idha. Saat gank Jupiter akan menggunting rambut Michelle, Liana datang. “Biar gue yang gunting,” Liana tersenyum sinis.
“Wellcome Liana. Sekarang lo resmi jadi anggota gank Jupiter,” sambut Fiya sang ketua.
“Chell Chell so kecantikan banget sih lo! Coba kita lihat, kalo rambut lo botak. Apa Dimas masih cinta sama lo?”
Grek gerk gerk.
Liana menggunting rambut Michelle. Fiya, Ardina dan Idha menahan Michelle yang meronta-meronta. Lagi-lagi Michelle di bully. Tapi kali ini Michelle di bully oleh mantan ganknya. Gank Jupiter. Sepertinya semenjak bertemu dengan Dimas. Michelle selalu terlibat pembullyan terus.
“Berhenti!”
“Ngapain lo ke sini mau ikut campur?” hardik Fiya.
“Lo siapa?” tanya Adrina.
“Pahlawan kesianganya si anak koruptor namanya Davin,” jawab Liana.
“Jangan beraninya main keroyokan aja. Malu-maluin sekolah internasional tapi kelakuannya minus. Sumpah lo semua, pada ga di ajarin etika ya sama orang tahu lo semua!” seru Davin. Michelle hanya diam dan menangis. “Kalo lo semua cowok, udah abis gue pukulin,” ancamnya.
“Gue ga takut!” tantang Liana.
“Chell ikut gue! Kenapa lo ga lawan?” Michelle hanya menggeleng. Davin menarik Michelle. Namun gank Jupiter menahan Michelle.
“Urusan kita sama Michelle belum selesai,” damparat Fiya.
“Urusan apa lagi sih? Hah? Gue ga bakalan biarin lo semua motong rambut Michelle lagi!!!” Davin mendorong Fiya dari hadapanya. Davin membawa Michelle pergi meninggalkan gank Jupiter.
“s****n tuh cowok! Dia anak baru kali ya!” ucap Fiya sebal.
“Udah lama kok. Dia yang nolong Michelle waktu itu, pas Michelle dapet bintang merah dari gank GHS,” terang Liana.
“Oh pantesan. Tapi lo berhasil juga potong rambut si anak koruptor itu. Sayangnya ga sampe botak. Kita lihat apa Dimas masih mau jalan sama cewek yang rambutnya ga karuan kaya gitu. Ahahaha” Fiya tertawa ala setan yang berhasil mengerjai mangsanya.
“Ya keles. Dimas kan orangnya perfecsionis. Kalo kaya gitu mah namanya cacat. Ahahah” tambah Ardina.
Ini belum seberapa Chell. Kalo gue ga bisa dapetin Dimas. Lo juga ga boleh dapetin Dimas. Ini baru pembalasan gue yang pertama. Gue akan ngelakuin berbagai cara suapaya lo pisah sama Dimas. Enak aja. Dimas itu engga pantes sama lo, batin Liana.
********
Davin membawa Michelle ke salon. “Kenapa sih lo ga lawan? Chell ini udah berlebihan,”
“Mereka temen-temen aku Vin, Aku ga bisa,” bantahnya.
“Terus, lo biarin rambut lo, di botakin gitu aja?” Michelle malah diam. Entah kenapa Michelle jadi mellow kaya gini. “Mbak tolong rapihin potongan rambutnya ya,” pinta Davin kepada petugas salon. Petugas salon itu segera memangkas rambut Michelle.
Selang beberapa menit.
Michelle selesai. Davin melongo melihat Michelle. Cannnttiikk banget asli.
Michelle tersenyum. “Rambut pendek juga cantik,” Ups! Nampaknya mulai ada benih-benih cinta di hati Davin.
“Apa?”
“Engga! Ayo kita pulang. Lagian mana si Dimas. Bukannya jagain kamu, malah ga ada di saat kamu butuh dia,” ujar Davin sedikit dongkol.
“Aku ga apa-apa kok,”
“Ya ampun. Lo itu udah di kerjain abis-abisan masih aja ga dendam. Heran deh udah dua kali gue lihat lo kena bully terus. Pasti gara-gara lo deket sama Dimas kayanya. Apalagi sekarang lo jadi pacarnya Dimas. Dimas kan banyak musuhnya. Otomatis yang jadi bahan bulan-bulanannya itu, elo sebagai pacarnya, Chell,” Davin heran.
“Udah lah. Ga penting juga. Ini semua bukan karena Dimas juga,” Michelle mencoba menenangkan suasana panas di hati Davin. Michelle yang di bully. Davin yang panas.
“Lo emang hebat. Hati lo emang bersih. Hati lo terbuat dari baja kali yah. Kuat amet sih. Sayang banget, kalo cewek kaya lo di sia-siain gitu aja,” puji Davin.
Rambut Michelle di potong sebahu membentuk huruf O. rambutnya yang hitam berkilau membuat ia tampak tebih cantik. Wajahnya yang tirus menambah aruanya seperti dua tahun lebih muda dari usianya. Untung saja ada Davin yang menolong Michelle. Kalau tidak, Michelle pasti habis dibully gank Jupiter. Liana juga pake acara gabung dengan gank jahat itu. Sepertinya ia sengaja masuk ke gank Jupiter agar bisa balas dendam pada Michelle.
********
Ke esokan harinya.
Vegasus International High School.
Saat Michelle datang ke sekolah semua melihat Michelle. Mungkin aneh melihat potongan rambut barunya Michelle. Michelle memang terlihat lebih fresh dengan rambut pendeknya. Michelle malah sedikit minder menjadi tontonan anak-anak Vegasus. Ia kurang percaya diri dengan potongan rambutnya yang baru. Mau bagaimana lagi. Kalau tidak di potong pendek. Pasti rambutnya sudah tidak karuan. Secara di potong paksa tanpa arah oleh Liana.
“Pede aja,”
“Davin! Aku ga pede aja, soalnya kan aku belum pernah potong rambut sependek ini,” ujar Michelle sambil memegangi rambutnya yang sebahu.
Davin tersenyum dan memuji Michelle ”Cantik kok,”
“Gombal!”
“Yuk masuk kelas. Biar gue anter,”
“Sebentar dari kemaren, aku ga lihat Dimas. Ya ampun aku lupa,” Michelle menepok jidatnya.
Pikiran Michelle melambung jauh pada Dimas. Apa jangan-jangan jantung Dimas kambuh lagi? Kemarin kan Dimas ga sekolah. Ya ampun bodoh. Kenapa kemaren aku sibuk sama rambut aku. Jadi lupa sama Dimas, rutuknya dalam hati.
“Udah lah. Pacar lo kan bisa bolos,”
“Dia ga bolos dia sakit...” ups Michelle keceplosan.
“Sakit? Sakit apa Dimas?”
“Ups! Engga kok. Ya.. Ya barang kali Dimas sakit,” elak Mihelle.
“Ya udah kita ke kelas aja,”
********
Vegasus 3 IPA 1
“Ya ampun Chell, lo cantik banget,” puji Putri.
“Iya ya ampun. Potongannya bagus banget. Keren Chell,” Ivha ikut memuji.
“Ga kaya Dora kan?”
“Ga kok cantik sumpah. Lo engga potong ramut karena mau buang s**l kan?” tanya Chanes sedikit bercanda.
“Haha engga lah Nes, ada-ada aja. Pengen coba tampilan baru aja,” Michelle tersenyum. Ternyata temen-temannya malah suka dengan rambut barunya. Syukurlah, engga sia-sia dia ikuti saran Davin.
“Tuh kan, gue bilang juga apa. Lo cantik kok. Temen-temen lo aja bilang cantik,” Davin setuju.
“Iya Chell. Bener kata Davin,” dukung Chanes.
“Memang cantik kok,”
Michelle melirik ke arah suara “Dimas!” Michelle langsung peluk Dimas.
“Ehem ehem.. Lengket amet kaya perangko,” goda Chanes sambil berdeham-deham.
Michelle melepaskan pelukannya. “Kamu ga apa-apa kan sayang? Kamu ga sakit lagi? Aku khawatir banget sama kamu,” terlihat sekali wajah khawtir di paras cantik Michelle.
“Emang, lo sakit apa Dim? Sampe-sampe Michelle khawatir berat sama lo?” Davin penasaran.
“Kepo banget sih? Emang penting ya, lo tahu tentang gue?” sahut Dimas nyolot.
“Dimas udah. Davin.. Dimas ga apa-apa kok. Cuma aku aja yang berlebihan,” Michelle mencoba menetralkan keadaan. Salah Michelle juga terlalu perhatian di depan Davin dan teman-temanya. Seharusnya ia bisa tahan dengan berprilaku biasa saja di depan mereka.
“Dasar cowok lembek!” sindir Davin.
“Apa lo bilang?!” Dimas mendekati Davin. Mereka akan bertengkar. Dimas sudah menarik kerah baju Davin.
“Udah udah udah.. Davin udah. Dimas ikut aku,” lerai Michelle. Perlahan Dimas mulai melepaskan tanganya dari kerah baju Davin.
“Urusan gue sama lo, belum selesai,” ucap Dimas sambil menunjuk Davin.
“Gue ga takut sama lo!” Davin kesal.
“Udah sayang. Udah ya, yuk ikut aku dulu,” Michelle menarik Dimas menjauh dari gank Merkurius dan Davin. Bisa gawat kalau di biarkan lama-lama.
********
“Kamu ga apa-apa kan sayang?” tanya Michelle perhatian.
“Lo ngapain sama cowok tengil itu? Ini lagi kenapa rambut lo jadi kaya gini,” Dimas memegang rambut Michelle yang sudah di potong sebahu.
“Loh kok kamu jadi marah-marah gini. Davin tuh nolongin aku dari gank Jupiter. Mereka potong-potong rambut aku. Mereka mau botakin aku,” jelas Michelle sedikit kesal.
“Masalah buat gue?! Hah? Yang sebenernya pacar lo tuh siapa sih?” Dimas malah marah.
“Ya kamu lah,”
“Terus kenapa lo sama dia?”
“Dimas! aku udah bilang, kalo rambut aku hampir di botakin gank Jupiter. Dan untungnya..”
“Ada Davin gitu! Bangga banget tuh orang jadi pahlawan buat lo!” Dimas tampak sangat marah.
“Cemburuan banget sih! Kalo ga ada Davin, rambut aku udah botak tahu”
“Biar botak sekalian!!” bentak Dimas.
“Lagian kemaren kamu kemana? Hah? Ga ada kabar? Seenganya kamu sms kek, bbm kek atau telepon,”
“Gue males ngomong sama lo!”
“Ya udah terserah kamu. Kalo gini caranya mendingan kita ga usah pacaran!” bentak Michelle.
DEG!
Dimas inget taruhannya yang tiga bulan itu. Kalau Michelle udah bilang gitu, tandanya dia pengen putus. Gue ga boleh putus sama Michelle. Duhh kenapa lagi gue pake emosi. Padahalkan Michelle cuma status palsu gue. Lagian ngapain gue cemburu sama si Michelle? Aaaduuhh amit-amit gue sampe jatuh cinta sama cewek cupu macem dia, batin Dimas.
“Ya udah kita ga usah ketemu lagi!” Saat Michelle akan pergi. Dimas meraih tangan Michelle.
“Ja.. Jangan.. hhhh..” Dimas meremas dadanya. Dimas pura-pura jantungnya kambuh.
“Kamu kenapa?” Michelle panik.
“Sa.. sakit Chell,” rintih Dimas.
“Maaf Dim, kata-kata aku ada yang salah ya? Ya udah kamu minum obat dulu, mana obatnya?” Dimas mengeluarkan obatnya dari saku celananya. “Aku ambil air dulu ya sayang,” Michelle berlari menuju kantin buat membeli air untuk Dimas. Setelah itu ia kembali lagi pada Dimas, “Ini Dim. Ayo minum!” Dimas meminum obatnya.
“Gimana udah aga enakan?” tanya Michelle memastikan.
“U.. u.. dahh. Maaf ya Chell tadi aku marah-marah. Emosi aku ga stabil akhir-akhir ini,” sesal Dimas pura-pura.
“Ya udah ga apa-apa. Perlu kamu tahu aja, aku sama Davin ga ada hubungan apa-apa. Dia cuma nolong aku,” Michelle mempertegas ucapannya.
“Iya aku ngerti maaf yaa,”
“Ya udah kamu jangan emosi. Aku ga mau kamu kesakitan lagi,”
“Iya. Oh ya Chell. Hari ini kamu libur kerja ga?”
Michelle menggeleng “Aku masuk. Emangnya ada apa Dim?”
“Yaah padahal hari ini ada jadwal aku cek up. Aku takut, kalo kesana sendirian. Karena kan yang tahu aku sakit, cuma kamu. Kamu mau yah temenin aku cek up?” Dimas memelas.
“Eummm.. gimana yaaa..”
“Pleaseeeee..”
“Oke deh. Aku temenin kamu. Kamu jangan takut ya. Ada aku di samping kamu. Biar hari ini aku izin ga masuk dulu ke Bos,” Michelle tersenyum. Kemudian Michelle mengeluarkan ponselnya. Ia sepertinya sedang mengetik sesuatu, Dimas melirik dari pinggir kepo. Ternyata Michelle sedang sms atasanya, ia meminta izin untuk tidak masuk hari ini.
Ya ampun Chell Chell. b**o banget sih lo. Ada ya cewek sebego lo. Ahahhaaa.. Gue tambah yakin gue bakalan menang taruhan. King Of Master Vegasus keles di lawan. Lagian harusnya gue tadi engga semarah itu. Apa gue cemburu? Aaaahhh engga mungkin lah. Michelle bukan tipe gue banget. Masa iya gue cemburu? Acting gue pas pura-pura kambuh bagus juga. Sampe dia percaya gitu aja. Gue pantes kayanya jadi artis. Haha.. gumamnya dalam hati.
********
Tempat lain.
Rini di keluarkan dari tempat kuliahnya, karena selalu bolos. Rini mengerti. Rasanya dia harus pilih kerjaannya karena harus menghidupi Michelle, Shella, Irma dan Rahmi. Semoga ini jalan yang terbaik. Ia bisa memulai kuliah lagi. Setelah masalah ekonomi keluarga mereka sedikit membaik yang terpenting sekarang hanyalah adik-adiknya.
Ya Allah sungguh rencanamu lebih indah. Semoga dengan aku di keluarkan dari kampus. Aku bisa kerja lebih keras buat membiayai adik-adik aku. Aku memang ingin kuliah. Jika aku kuliah sambil kerja, gaji aku sebagai pegawai part time hanya sedikit. Sementara kebutuhan semakin membengkak tiap harinya. Ada bagusnya kalau aku fokus kerja. Biar penghasilan aku lebih banyak lagi. Engga apa-apa aku berkorban untuk adik-adik aku. Kalau ada rezeki lebih nanti, aku bisa kuliah lagi kok. Semangat Rini! Pikir Rini.
********
Heart Care Hospital.
Ruang USG Jantung.
“Kamu mau lihat aku periksa ya. Kamu ga fobia lihat jantung orang kan? Aku takut, kalo periksa sendiri. Aku udah izin kok, ke dokter Leo. Dan dia ngizinin.” Pinta Dimas.
“Iya sayang aku balakan nemenin kamu,” ucap Michelle lembut.
Dokter Leo datang.
“Sudah siap?” tanya dokter Leo.
“Siap dok!”
Monitor USG di nyalakan. Pemeriksaan di mulai. Terlihat jantung Dimas berdenyut-denyut di layar monitor. Dokter Leo mulai menjelaskan.
“Kamu lihat ini. Fungsi serambi kanan kamu sudah mulai menurun. Di usahakan kamu kuarangi aktivitas kamu di sekolah. Jangan kecapean, jangan juga terlalu banyak pikiran. Ini akan semakin memburuk kalau kamu tetap beraktivitas berat seperti biasanya. Kurangi dulu bermain basketnya. Bukannya tidak boleh. Boleh tapi hanya sebentar saja,” keterangan palsu dari dokter Leo membuat Michelle semakin yakin kalu Dimas itu benar-benar sakit parah.
“Baik dok,” ucap Dimas parsah.
Selang beberapa menit pemeriksaan Selesai.
Ruang Dokter Leo.
Michelle dan dokter Leo sedang ada di ruangan dokter Leo. Michelle konsultasi pada dokter Leo mengenai kondisi Dimas. “Apa ga ada cara lain dok supaya memperpanjang usia Dimas?” tanya Michelle sedikit cemas.
“Bisa. Harus ada donor jantung. Itupun tak mudah kita bisa dapatkan,”
“Tapi.. Dimas masih bisa bertahankan dok?”
“Selama dia cek up rutin dan minum obat-obatan yang saya berikan. Kondisi Dimas akan baik-baik aja. Dan satu hal lagi dia ga boleh kecapean atau stress,” jelasnya.
“Baik dok. Saya bantu jaga emosi Dimas,”
Parkiran Rumah Sakit.
“Biar aku yang nyetir lagi,” ujar Michelle.
“Aku udah ga apa-apa kok, biar aku aja,” elak Dimas.
“Udah kamu istirahat aja,”
“Kamu hebat juga. Bisa juga nyetir mobil sport waktu itu,” puji Dimas.
“Biarpun aku sekarang miskin. Tapi aku bisa kok nyetir mobil, dulu juga kan pernah punya mobil. Meskipun bukan mobil sport. Kemarin sih nekat aja. Engga mungkin juga kan minta kamu yang nyetirin mobil. Kamu kan lagi sakit. Bukannya selamat sampai rumah sakit. Mungkin aja sesuatu yang buruk akan terjadi. Kalau aku maksain kamu yang nyetir. Ya udah aku nekat,” terang Michelle.
Tiba-tiba ada segerombolan orang mengepung Dimas dan Michelle. “Mereka siapa Dimas?” tanya Michelle sedikit ketakutan.
Dimas menyipitkan matanya. Ia memperhatikan segerombolan orang itu. Jelas sekali itu ada rivalnya selama ini. Mereka adalah rivalnya saat balapan liar. “Aku sering ikutan balapan liar. Mereka musuh aku. Yang itu ketua ganknya namanya Gervhan,” Dimas menunjuk cowok bermuka sangar, bertubuh tegap dan berisi. Ia memakai jaket kulit hitam yang membuat aksen gagah dan pas di kenakan Gervhan. Meraka mendekati Michelle dan Dimas.
“Cewek baru lo cantik juga. Boleh dong malem ini tidur sama gue,” goda Gervan pada Michelle.
“s****n lo!” karena merasa tidak terima Michelle di goda seperti itu Dimas turun dari mobilnya. Dimas akan menghajar Gervan namun tiba-tiba teman-teman Gervhan mengeroyok Dimas. Memukulinya dengan membabi buta.
Karena kasian pada Dimas, Michelle ikut turun dari mobil berusaha melerai mereka. “Stop please! Stop! Jangan pukulin Dimas!” Namun mereka tetap memukuli Dimas. Michelle ingin menolongnya, namun dia di tahan dua orang teman Gervhan. Tak lama Michelle melihat teman Gervhan mengeluarkan pisau. Michelle meronta-ronta dan akhirnya lepas.
“Dimaaaaaaass Awaaaaas!” teriak Michelle.
Srrrrttttttt..
Pisau itu menyayat tangan Michelle. Kalau Michelle tidak menghalanginya mungkin orang itu sudah menusuk Dimas tepat di dadanya. Mungkin saja jantung Dimas akan tertusuk.
“s****n lo! Kenapa salah sasaran. Tusuk Dimas bukan ceweknya! Ayo kabur!” seru Gervhan panik. Mereka semua pergi. Salah sasaran membuat Gervhan sedikit panik dan memutuskan untuk mundur.
Dimas panik melihat tangan Michelle berlumuran darah. “Chell kenapa lo tolong gue sih? Ini urusan gue sama mereka,”
“Karena aku cinta kamu Dimas. Aku ga mau kamu terluka. Kamu udah cukup menderita dengan penyakit kamu. Aku cinta kamu. Rasa sakit ini ga seberapa. Aku rela mati demi kamu,” ucapan itu langsung membuat darah Dimas berdesir, rasanya ada hal aneh dalam dadanya. Begitu berdebar, begitu sejuk.
“Iya Chell, tapi ga gini juga. Kita ke rumah sakit. Lihat tangan kamu sekarang berdarah,” Dimas menggendong Michelle menuju mobil dan membawanya lagi ke rumah sakit. Mobil melaju cepat menuju rumah sakit.
Ya Tuhan perasaan apa ini? Nyesek banget ngeliat Michelle kesakitan kaya gini. Ga ga ga mungkin gue jatuh cinta sama Michelle. Tapi Michelle bener-bener cinta sama gue. Gue terlalu kejam, kalo ga bales cintanya. Tapi kalo gue cinta sama Michelle beneran. Gue kalah taruhan dong. BODOH!! Apa sih Dimas!! Michelle tuh cuma kelinci percobaan lo! Tapi Michelle bener-bener cinta sama gue. Dia bela-belain terluka demi gue. Untungnya cuma tangan Michelle yang kena. Kalo perut atau d**a Michelle. Dia pasti dah mati. DIMAS!!! t***l banget! Udah jangan mikirin itu yang penting Michelle tertolong dulu. Batin dan pikiran Dimas saling betengkar, tapi hati kecilnya benar-benar sangat kuat.
Nampaknya Dimas mulai jatuh cinta sama Michelle. Apakah Dimas akan jatuh cinta sama Michelle? Apa Dimas rela kalah taruhan? Bagaimana dengan kondisi Michelle?